Bagian 5

40 3 0
                                    

Anas menaruh mixer di atas adonan kuenya, menekan tombol on hingga alat itu berputar mencampur ratakan bahan-bahan dalam baskom kecil.

Tatapannya berpindah, dari hp yang menyediakan tutorial pembuatan kue nastar beralih pada baskom kecil di depannya.

Anas mengerutkan kening saat melihat salah satu bahan masakan yang belum dicampurkan kedalam adonan tadi.

"500 gram butter kira-kira seberapa ya?" gumamnya bertanya pada diri sendiri. Masalahnya tadi Anas membeli bahan dengan berat sesuai yang diperlukan, atau kalau tidak ada beratnya seperti gula halus, Anas tambahkan sesuai insting.

Suara langkah kaki membuat Anas mengalihkan tatapannya. Ia kira karena baru awalan masuk semua sekolah pulang lebih awal, tapi ternyata sekolah cewek itu tidak. Karena itu juga Anas rela berkutat dengan dapur untuk membunuh rasa bosannya.

Tasya memasuki ruangan dengan penampilan yang berantakan. Kakinya hanya terbalut kaos kaki tanpa sepatu, rambutnya tergerai basah, baju gadis itu juga basah hingga menempel pada kulit namun Tasya membawa cardigan untuk menutupi.

Tatapan Tasya terkunci pada pemuda yang kini menatapnya sinis. Ia bahkan tidak sadar ada motor Anas di depan, ia hanya masuk dengan pikiran yang terus mengatakan tidur dan istirahat.

"A-Anas?" panggil Tasya terbata.

"Setau gue semua sekolah hari ini pulang cepat, lo kemana aja?" Anas keluar dari dapur, pemuda itu menghampiri Tasya dan melipat kedua tangannya. Mendekatkan bibirnya pada telinga Tasya, "Pasti seru ya?"

Tasya menunduk, sedikit mengepalkan tangannya melihat tatapan merendahkan yang dilayangkan Anas. "Aku bukan cewek kayak gitu."

"Mau ngelak gimana lagi, penampilan mendukung seratus persen pernyataan gue."

"Aku nggak semurahan itu," lirih Tasya.

"Oh bukan murahan tapi diem aja ditarik cowok masuk gudang. Cewek kayak gitu kalo bukan murahan apa, lo sama aja kayak cewek malam."

Tasya melonggarkan tangannya, mengangkat wajah dengan bola mata membulat. "Kamu tau dari mana?"

"Lo pikir aja, emang gue mau nikahin cewek yang asal-usulnya nggak jelas?" Anas sudah mencari tau tentang gadis di depannya.

Sehari setelah Kakek memberikan perintah untuk menikahi gadis itu, Anas langsung mencari tahu asal-usul gadis yang diberitahukan oleh Kakek. Anas juga tau bahwa Tasya menjadi korban bully di sekolahnya oleh tiga orang sok berkuasa. Namun diantara ketiganya ada salah satu yang menarik perhatian Anas.

Anas hanya sekedar tau, tidak ada niatan baginya untuk membantu gadis yang saat ini berstatus istrinya, saat ini. Entahlah kalau kedepannya.

Dan Anas telah mencari tau semua rekaman cctv yang menayangkan semua perlakuan mereka terhadap Tasya. Termasuk saat satu cowok menarik Tasya memasuki gudang. Saat itu juga Anas langsung berpikir bahwa Tasya termasuk dalam salah satu cewek dibayangannya.

Untuk apa berduaan dengan seorang cowok di dalam gudang, kan?

Tasya terdiam mendengar ucapan Anas, jangan bilang selama ini Anas yang selalu berucap kasar karena hal itu. Karena kesalahpahaman semata.

•••

Anas memandang datar masakannya yang gagal total. Kue nastar dalam foto kenapa tidak seperti ini, rasanya juga sedikit aneh. Apalagi ada sebagian kue yang hancur, apakah bahannya kurang kalis.

Entahlah yang pasti Anas sudah malas sekarang, percuma segala bahan yang dia beli di supermarket. Kalo berakhir di tempat sampah.

Anas melangkah menuju ruang santai, di sana terlihat gadis yang sedang berkutat dengan buku dan kalkulatornya.

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang