Bagian 49

36 1 0
                                        

"Ell?"

Ella menengok saat melihat Anas dan dua pemuda yang mengekor.

"Yo Paketu." Ella melakukan tos. Gadis itu juga mengayunkan tangannya di depan Aril dan Giral.

"Yo bro!"

Aril dan Giral menjawab tos Ella dengan kaku, "Y-yo."

Ella ini mudah akrab dengan orang asing, kecuali orang yang dia benci.

"Ngapain?"

Ella menjentikkan jarinya mendengar pertanyaan Anas, mereka duduk melingkar di kursi warung tempat Fero kerja. "Gue nemu rekaman cctv depan warung ini."

Anas terdiam. Damn! Kenapa dia tidak kepikiran untuk mengecek rekaman cctv di sini tadi?

Ella terkekeh kala menyadari raut Anas yang berubah. "Gue tau banget tabiat lo, Nas. Kalo udah panik jadi lupa kendali."

Anas hanya mengedikkan bahunya, lagian rekan kerja Fero tidak menawarinya untuk melihat rekaman cctv.

"Gue tadi iseng ngikutin lo, gue lihat lo ngebut di jalan, makanya gue ikutin." Ella berseru agak panik saat menyadari tatapan dingin Anas.

"Udahlah nggak penting itu, yang penting sekarang, lo harus lihat ini."

Di dalam rekaman cctv itu terlihat Fero yang mengobrol dengan rekan kerjanya, orang yang sama yang tadi ditemui Anas. Semua berjalan biasa saja, hingga saat Fero mengeluarkan tas kecil dari punggungnya, bertepatan dengan sebuah motor yang melaju di depan Fero dan merampas tas kecil di tangan pemuda itu. Fero berlari kencang, mengejar pengemudi motor hingga hilang dari jangkauan cctv.

"Rampok?"

Ella mengangguk setelah mem-pause rekaman. "Betul! Dan kemungkinan isinya uang." Untuk apa rampok mengambil tas jika tidak ada yang menguntungkan.

"Jangan bilang itu uang buat lunasin utang, Bang?" duga Aril.

"Kalo iya, berarti itu juga uang hasil jual motor?" tambah Giral.

Anas mengangguk mengerti. "Semua serba mendadak. Kebakaran kos, rampok."

"Bisa jadi ini udah direncana?" Ella mengangkat bahu saat ditatap intimidasi oleh 3 pria di depannya. "Gue nggak tau, sih."

"Jangan-jangan emang ulah seseorang, Bang?"

"Tapi siapa?" tanya Giral menanggapi asumsi Aril.

"Gue curiga," ucap Anas memancing rasa curiga mereka. "Adit."

Satu nama itu membuat mereka terdiam kaku. Memang Adit orang yang terlihat sangat marah di markas dulu saat mengetahui Fero adalah penghianat di Cornelord.

"Terus sekarang lo tau dimana Fero?"

Ella berbinar setelah mendengar ucapan Anas. "Bentar."

Ella mengotak-atik laptopnya sebelum mengarahkan layar laptop ke arah Anas. "Lo lihat, plat nomornya."

Anas menyipitkan matanya untuk memperjelas.

"Udah, kan?" Anas mengangguk menanggapi.

"Dan sekarang lo lihat." Ella beralih mengotak-atik laptopnya sebelum kembali mengarahkan kepada Anas. "Lihat!"

"Itu motornya sama, Nas!"

Anas tersenyum tipis. Menatap Ella dengan senyum tulus, "El, makasih."

Ella tersenyum conggah, "Yoi!" Gadis itu menepuk dadanya bangga.

•••

Anas menatap Omanya dengan dingin.

"Masih mau bertahan?"

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang