Bagian 3

48 3 1
                                    

Adit selalu memandang Samuel seolah Abangnya itu memiliki mahkota yang membanggakan.

Dia selalu mengagumi apapun yang Abangnya lakukan, termasuk keputusan untuk membentuk geng agar tali persaudaraan dengan temannya tidak terputus. Hal itu menjadi simbol bahwa mereka keluarga, apapun masalahnya semua anggota bisa kembali ke Cornelord untuk menjadi tempat bersandar. Adit selalu mengikuti itu meskipun umurnya yang terbilang masih kecil.

Saat itu umurnya sepuluh tahun, Samuel tujuh belas tahun. Adit sudah seperti adik kecil bagi anggota Cornelord yang saat itu berjumlah dua puluh lima. Adit selalu ikut saat Cornelord mengadakan acara, kecuali tawuran. Adit sudah menjadi bagian Cornelord sejak geng itu pertama kali dibangun.

Puncaknya satu tahun yang lalu, saat Adit, Abigail, Hendra, Awan, dan Dian menjadi anggota biasa. Salah satu teman Samuel yang menjadi panglima dalam bertarung membawa seorang pemuda seusianya dan menyatakan bahwa pemuda itu yang akan menggantikan jabatannya sebagai anggota inti.

Awalnya Samuel menolak, maka mereka mengadakan kesepakatan untuk menyaksikan duel antara Anas dan Derry--sahabat Samuel yang membawa Anas.

Sampai Samuel menyetujui--bahkan anggota inti lain--untuk menjadikan Anas sebagai pengganti Derry.

Tepat setelah itulah Adit menyimpan setitik hitam dalam hatinya. Titik kebencian yang terpancar jelas untuk Anas, pemuda baru yang meruntuhkan keinginannya.

Adit yang setia mengabdi sejak kecil untuk Cornelord kenapa orang asing seperti Anas langsung dapat bergabung, bahkan langsung mendapat posisi inti. Ia yang adik kandung Samuel kenapa masih anggota biasa. Rasa iri yang memupuk hingga berubah menjadi benci.

•••

Anas menatap luka Hendra yang berusaha melindunginya hingga menumbalkan dirinya sendiri dipukul oleh Adit.

"Lo ngeremehin gue!" Anas menatap Hendra datar. Dia bukan anak kecil yang butuh perlindungan, dia bisa melindungi dirinya sendiri. Dan tindakan refleks Hendra membuatnya seperti direndahkan.

"Bu-bukan gitu Nas, gue cuman--" ucapan gugup Hendra terpotong oleh ucapan Abigail yang menengahi.

"Udah."

Anas hanya mengedikkan bahu dan menatap sekelilingnya yang masih terdapat beberapa anggota Cornelord. "Ada yang tidur sini nggak?" tanyanya.

Mereka semua menatap Anas dan menggeleng pelan.

"Lo mau tidur sini?"

Anas menatap Awan dan mengedipkan matanya sedetik, "Niatnya."

"Yaudah gue temenin," tawaran Hendra membuat Anas tersenyum tipis kearah pemuda itu.

"Bukannya abang sepupu lo balik hari ini ya?" celetukan Awan dihadiahi Hendra tatapan tajam.

"Nggak usah kalau gitu," Anas mengalihkan pandangannya ke arah Hendra yang masih menatap tajam Awan. "Lo balik aja, pasti keluarga besar lo udah nunggu."

Abangnya Hendra baru saja menyelesaikan kuliahnya di luar negeri, pasti momen sambutan tidak terelakan dari keluarga Hendra yang cukup terpandang.

"Terus lo sendiri di sini, gue temenin aja. Lagian abang gue udah netep di sini jadi masih bisa ketemu, kayak nggak ada waktu besok aja." Hendra terkekeh pelan, mencoba menyakinkan.

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang