Bagian 47

14 1 0
                                    

"Udah nemu, Sya?"

Hendra menaruh sebuah buku di meja perpustakaan. Mengambil tempat di depan Tasya yang sedang membolak-balik buku mencari referensi.

"Bingung banget."

Tasya menggeleng pelan, masih fokus mencari topik untuk seleksi olimpiade.

"Gue ada beberapa rekam jejak Adit waktu kelas 10 sama 11. Ya siapa tau butuh, gimana?"

Tasya menghentikan gerakannya. "Kamu masih punya dokumennya?"

"Fotocopy. Mungkin kurang jelas kalo dibaca, tapi siapa tau lo butuh." Hendra menaikkan bahunya acuh. "Adit selalu nyuruh gue kalo mau copy dokumen, makanya gue punya di rumah."

"Mau. Boleh lihat? Aku nggak contek, kok."

"Boleh, nanti gue anter." Hendra terdiam sejenak menyadari situasi yang sudah berbeda. "Rumah lo mana?" Niatnya tadi Hendra mau memberikan pada Anas di markas.

"Aku ambil aja, nanti aku mampir ke rumah kamu, aku nggak bareng Anas."

Hendra mengangguk. "Fighting ya, semoga lo bisa ngelawan juara 2 tahun berturut." Pemuda itu sedikit terkekeh.

"Semangat dong. Biar aku bisa menang," balas Tasya ikut terkekeh.

"Lumayan, benefitnya."

Tasya mengangguk pelan. Dirinya juga setuju dengan itu. Ada banyak keuntungan yang didapat jika memenangkan olimpiade ini.

"Tapi biasanya Adit ngundurin diri kalo udah jenjang nasional, katanya rugi."

Tasya mengerutkan alisnya heran, "Kenapa?"

"Pertukaran pelajar, Sya. Adit nggak mau ninggalin Feral sendiri di sini, makanya dia biasanya ngundurin diri."

Tasya terdiam sejenak mendengar hal itu.

"Rugi banget, padahal belum tentu dia menang, kan?"

Hendra tertawa kecil menanggapi. "Btw Anas gimana?"

"Gimana. Maksudnya apa?"

"Ya, mungkin happy atau sedih? Keadaannya," ucap Hendra. Sedikit memalingkan wajah saat menyadari gadis di depannya tersenyum aneh.

"Kalian ini." Gadis itu terkekeh kecil. "Tenang aja, keadaan Anas nggak terlalu buruk, nggak terlalu baik juga."

"Maksudnya?"

"Ya gitu." Tasya mengedikkan bahunya tanda tak tahu. Gadis itu menatap buku yang Hendra pegang. "Ohiya, kamu gimana?"

"Udah dapet materinya, gue cuman tinggal nguasai materi aja," balas Hendra.

"Ambil tema apa?"

"Impresi keadaan lingkungan dalam segala aspek."

Tasya menaikkan matanya ke atas, mencerna ucapan Hendra. "Boleh kasih saran nggak?"

Hendra menangguk.

"Menurut aku temanya kurang spesifik. Segala aspek mungkin bisa kamu jabarkan," saran Tasya. Gadis itu menatap buku yang dibawa Hendra mengenai salah satu gejala yang sudah marak dikalangan remaja. "Emangnya kamu mau ambil aspek apa?"

"Banyak. Ekonomi, sosial, kesehatan. Tapi gue lebih tertarik sama aspek kesehatan." Hendra tersenyum tipis. "Gue mau ambil soal anxiety, gue sedikit tertarik sama itu."

Tasya tersenyum cerah mendengarnya. Gadis itu menjentikkan jari saat mendapat sebuah ide untuk materinya.

"Makasih. Aku jadi ada ide buat materi aku."

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang