Anas tidak tau apa yang terjadi pada dirinya. Jujur saja, dia itu bukan orang yang akan menyangkut pautkan masalah pribadi kepada orang lain, sangat kekanakan. Tapi dia sadar seratus persen bahwa perilakunya tadi kelewatan. Orang lain tidak tau apapun dan berakhir terkena imbas atas kemarahannya.
Anas marah. Tapi dia tidak tau apa penyebab kemarahannya. Suasana hatinya sedang tidak baik, apalagi mengingat perkataan mantan kakak kelasnya tadi, membuat Anas memandang penuh benci kearah seseorang.
Dan tanpa dia minta seseorang yang mengganggunya akhir-akhir ini datang dan seenaknya memegang lengan Anas. Tasya saja tidak pernah berani memegang Anas, namun gadis asing ini tiba-tiba berperilaku lancang.
Abigail, Hendra, Awan dan Dian selalu waspada jika suasana hati Anas sedang buruk. Salah sedikit saja akan membuat pemuda itu mengamuk, tetapi hal itu justru dimanfaatkan Abigail. Suasana hati Anas yang buruk dan rasa bencinya terhadap Adit dan pacarnya membuat Abigail menumbalkan Feral sebagai pelampiasan emosi Anas.
Bukan jahat, tapi bijak.
Niatnya tadi dia akan menjebak Adit, namun justru gadis itu yang datang dengan sendirinya, bukankah itu lucky?
"SIALAN!" Anas menyentak tangan gadis yang bertengger di lengannya. Pemuda itu berdiri, menatap Shaquel yang sudah berkeringat dingin di bawahnya.
Melupakan tindakannya barusan melanggar aturan dan visi misi sekolah.
"Lancang!" Anas berdesis tajam, mengangkat dagu Shaquel untuk menatapnya.
"Lo!" Feral turun tangan. Gadis itu mendorong Anas ke belakang dan membantu Shaquel berdiri.
"Okay, kan?" Shaquel mengangguk pelan.
"Banci lo mau main tangan sama perempuan?" Feral bersedekap dada. Menatap remeh ke arah Anas yang masih mengatur emosinya.
"Ajarin temen lo sopan santun!" Menurut Anas, setiap orang memiliki standar attitude masing-masing. Mereka berhak menilai segala perbuatan menurut mereka. Dan pastinya setiap orang memiliki respon risih saat orang lain mengganggu privasinya.
Tapi bagi Anas, orang yang berilmu adalah orang yang ber-attitude tinggi. Mereka mampu menahan diri demi menghargai orang lain, seperti Tasya. Gadis itu tidak bertingkah meskipun Anas sudah sah menjadi suaminya. Bahkan menurut pandangan Anas, Tasya takut berdekatan dengannya.
Anas benci saat seseorang mengganggu privasinya, termasuk menyentuhnya. Itu juga privasi menurut Anas.
"Dia cuman pegang, ada unsur ngelecehin?" Ucapan menantang Feral mampu membuat Hendra meneguk ludah. Pasalnya pemuda itu melihat tangan Anas yang semula terlihat biasa, kini mengepal.
"Lo ngehina gue Feral!" Sedetik kemudian rambut panjang gadis itu berpindah dalam genggaman tangannya.
"Bre****!"
"Lo nggak tau apapun tentang gue!" Anas semakin menarik rambut Feral, membuat gadis itu kini meringis. "Lo pikir dengan status lo sebagai pacar ketua Cornelord lo bisa jadiin anggota Cornelord tunduk sama lo?" Anas terkekeh sinis.
Tangan Feral terangkat meninju perut Anas hingga jambakan itu terlepas. Menampar kuat kedua sisi pipi pemuda di depannya.
"Songong! Mentang-mentang lo ganteng, lo bisa seenaknya gini? Ingat, gue nggak akan segan lapor perbuatan lo tadi ke kepala sekolah. Pembullyan!"
"Terus apa bedanya sama lo barusan?" tanya Anas santai.
"Jangan harap karena tampang lo gitu, gue bisa luluh ya an****! Gue nggak akan pernah mau tunduk sama lo meskipun lo anggota Cornelord!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASYA {END}
Fiksi RemajaDicintai secara tsundere? Di mana enaknya?! About Tasya dan Anas. Keadaan yang mengikat Tasya dan Anas dalam suatu hubungan pernikahan. Akibat wasiat dari Nenek Tasya, kehidupan Anas bertambah rumit. Anas hanya ingin mencapai tujuannya, berharap ti...