Beberapa tahun silam, tepatnya saat Tasya masih di panti asuhan dengan Nenek sebagai pengelolanya. Gadis itu menatap beberapa orang yang asik bermain di depannya. Mereka saling bergurau, bergandeng tangan berlarian. Berebut boneka hingga salah satu menangis.
Halaman panti yang tergolong luas dengan rumput halus yang mengalasi. Pagar tertutup rapat, mencegah anak-anak agar tidak main ke luar. Tatanan bunga anggrek menghiasi udara dan tanah halaman panti. Nenek memang penyuka bunga anggrek.
Tasya duduk di ayunan bawah pohon yang nampak rindang. Menatap iri teman-temannya yang bermain, mereka enggan mengajak Tasya untuk bergabung.
Alasannya satu, kehadiran gadis itu membuat Nenek seringkali memarahi mereka. Nenek lebih sayang Tasya daripada mereka.
"Kasihan ya kamu, enggak ada temen." seorang gadis dengan muka penuh bedak bayi menatap mengolok. Tatapan sinis yang ketara dalam muka babyfacenya.
Tasya hanya diam, meladeni anak di depannya hanya akan membuat mereka dimarahi Nenek. Dan lagi Tasya tidak mau berdebat hanya karena masalah sepele.
"Kamu pasti iri sama aku. Aku banyak teman kamu enggak." Gadis itu dengan sengaja mendorong ayunan Tasya hingga Tasya terjatuh tengkurap menyentuh tanah.
"AL!" Suara teriakan dari belakang membuat Tasya segera bangkit.
"Nenek," gumamnya bergetar. Tasya takut Al yang akan dimarahi Nenek karena hal tadi.
"Nenek Tasya nakal!" Al mulai menangis, menunjuk Tasya yang mengangguk pelan.
"Kamu ini!" geram Nenek tertahan. Menatap tajam Al yang meremat tangannya di belakang tubuh.
"Sekarang minta maaf, ayo baikan. Kalian itu saudara, salaman terus pelukan. Nenek hukum kalian berdua dalam 1 ruangan yang sama semalaman." Nenek selalu menerapkan cara itu bagi anak-anak yang terlibat berkelahi atau sekedar bermusuhan. Memberi makan 1 piring untuk berdua, agar dapat melatih sikap kepedulian dan perhatian sesama. Namun cara itu tidak mempan bagi Tasya dan Al. Setiap Nenek menghentikan hukuman kedua, selalu dia dapati tubuh Tasya yang memar dan pucat. Bibir gadis itu bergetar, mencengkram perut yang lapar. Al tidak mau membagi makanannya dengan Tasya.
"SELALU TASYA YANG NENEK SAYANG!" Gadis kecil itu berteriak. Mencubit lengan Tasya yang memakai baju pendek. Memutar tangannya hingga memunculkan ringisan dari belah bibir Tasya.
"Alifia!"
Gadis itu tersentak, melepaskan tangannya dari lengan Tasya dan menatap Nenek dengan mata bergetar hebat.
Dia tidak salah. Al hanya ingin Nenek berbagi kasih sayang dengannya juga. Bukan hanya Tasya yang dibuang, Al juga dibuang. Al tidak nakal, kenapa Nenek tidak pernah menoleh padanya. Ia suka teman-temannya mendekatinya, dia suka mereka menyayanginya. Tapi Al juga butuh perhatian Nenek. Nenek memberikan perhatian kepadanya, tetapi kenapa berbeda dengan Tasya.
Dia iri. Makanya dia senang mengejek Tasya. Tasya tidak mendapat perhatian dari teman-temannya yang lain, berbeda dengannya. Tapi Tasya mendapat kasih sayang lebih dari Nenek yang tidak Al dapat.
"Nenek pilih kasih! Nenek nggak sayang sama Al. Nenek jahat!"
Suara tamparan membuat Nenek menutup mulutnya shock. Menatap tak percaya pada gadis kecil yang ia sayangi. "Tasya?"
"Kamu nggak boleh bentak Nenek!" gadis itu menatap Al tanpa ekspresi. Tangannya masih mengudara siap menampar kembali jika Al mengeluarkan suara yang membuat Nenek sakit hati. Ia tidak suka orang yang dia sayang merasakan sakit.
Nenek mengusap wajahnya kasar. "Al masuk kamar, dan kamu Tasya ikut Nenek ke ruangan."
Al menangis keras, berlari meninggalkan halaman panti diikuti tatapan tajam temannya kepada Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASYA {END}
Novela JuvenilDicintai secara tsundere? Di mana enaknya?! About Tasya dan Anas. Keadaan yang mengikat Tasya dan Anas dalam suatu hubungan pernikahan. Akibat wasiat dari Nenek Tasya, kehidupan Anas bertambah rumit. Anas hanya ingin mencapai tujuannya, berharap ti...