Important Part 2

31 1 0
                                    

Kakek menatap seseorang yang berusia kepala empat itu dengan datar.

Kehadirannya yang tiba-tiba ke kantor membuat Kakek ingin segera mengusirnya.

"Ada apa?" tanya Kakek datar.

Pria itu tertawa pelan, namun tidak membuat suasana yang mencengkram itu mereda, justru tawanya membuat suasana tegang lebih mendominasi.

"Memenuhi wasiat." Pria itu menaruh kasar map dengan ukiran yang hampir mirip seperti pigura dengan lapisan kaca ke depan Kakek.

"Nona Clarie memerintahkan saya untuk mewariskan organisasinya kepada cucu satu-satunya. Dan saya kesini hanya menyampaikan perintah."

"Jangan bawa-bawa cucuku di dunia gelapmu itu!"

"Oh Anda salah, Tuan. Dunia gelap istrimu. Istrimu yang memulai semua itu." Pria itu tersenyum mengerikan saat menyadari sesuatu. "Oh apakah Anda masih dendam dengan kami karena kematian Nona Clarie?"

"C'mone, Tuan. Kematian Nona Clarie karena kebencian musuh kami, bukan karena kami."

Kakek menggeram marah, melemparkan bawaan Pria itu dengan keras, hingga bingkainya tercerai berai. "Sekali lagi saya peringatkan, jangan bawa-bawa cucu saya! Cukup istri saya yang menjadi korban atas organisasi gelapmu itu! Saya tidak akan membiarkan Anas dan keturunannya menerima kebencian dari target gila kalian!"

Pria itu mengedikkan bahunya tak acuh. "Urusan saya dengan Tuan Anas, menurut saya sekarang tepat dengan umurnya yang ke delapan belas." Pria itu menunduk sekilas sebelum berlalu keluar. Mengabaikan barang bawaannya terlantar di lantai, dia sudah menggandakannya sejak awal.

Inilah alasan kenapa Brenda jarang menghabiskan waktu bersama ibunya. Karena pekerjaan Clarie yang cukup sadis.

Semenjak dirinya ditetapkan sebagai pewaris, Clarie mendirikan organisasi pembunuh bayaran di California. Wanita itu selalu membuka jasa pembunuh bayaran bagi mereka yang membutuhkan jasanya. Awalnya hanya beberapa yang bisa bergabung, namun saat bakat mereka juga memenuhi, akhirnya berkembang pesat. Bergerak tanpa melibatkan pemerintahan California.

Clarie sejak kecil sudah dilatih untuk menguasai beberapa bakat dalam mempertahankan diri, karena dirinya adalah pewaris. Banyak rintangan dan musuh yang harus dihadapinya. Andai kata dirinya masih hidup saat Anas berusia 7 tahun, sudah dirinya ajarkan teknik turunan untuk mempertahankan diri sebagai pewaris.

Ada banyak resiko yang datang dari organisasi itu. Selain banyaknya orang yang memesan dengan penyamaran sebagai pihak berwajib, juga ada pihak target yang melakukan pembalasan dendam.

Salah satunya saat penculikan Anas dulu. Itu juga karena keluarga korban yang organisasinya targetkan mencoba membalas dendam lewat Anas. Namun Clarie berhasil menemukan lokasinya cepat. Hal itu tidak bisa membuatnya bertahan lebih lama menemani Anas di dunia. Clarie harus melindungi Anas dari peluru, dengan menumbalkan tubuhnya sendiri. Rela meninggal agar cucunya tetap hidup.

Masa depan cucunya masih panjang, biarkan dia yang pergi. Satu hal yang Clarie tidak pikirkan. Bahwa kehidupan Anas lebih suram saat dirinya meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

•••

Anas menatap seseorang di depannya dengan alis yang terangkat sebelah. Dirinya capek, ingin istirahat setelah seharian menjalani pengenalan dengan mahasiswa baru di kampusnya.

Namun tamu tanpa undangan ini tiba-tiba muncul dan mengucapkan rentetan kalimat yang membuatnya terdiam.

"Saya harap, jawaban kamu tidak seperti Kakek kamu, Nak. Apa kamu tidak mau membalas mereka yang membunuh Nenek kamu?" Pria itu tersenyum miring saat melihat lawan bicaranya mulai terpengaruh.

Anas menggeleng lirih. Kakek sudah menceritakan semuanya kepada Anas, sebelum pria ini datang. Kakek sudah memberikan semua informasi kepadanya, keputusan untuk menerima atau menolak seratus persen ada pada Anas.

Kakek hanya memberi wejangan. Keputusan akhir ada pada Anas, karena pemuda itu yang menjalani.

"Saya akan jawab dengan satu kalimat." Anas menjeda ucapannya, "Tidak."

Pria itu tetap tersenyum. "Lantas siapa yang akan melanjutkan ini semua?"

Anas mengedikkan bahunya tak acuh. "Bubarin! Clear, kan? Gue mau istirahat!" Anas langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Meninggalkan pria itu yang menatapnya sulit. Setelahnya dia berdecak pelan, "Nona saya harus gimana? Jika cucu Anda menolak, maka tidak ada cara lain."

"Nona maafkan saya," ucapnya. Yang terpenting dirinya sudah menyampaikan wasiat Nonanya untuk menyerahkan itu semua kepada Anas. Masalah diterima atau tidak, memang seratus persen keputusan Anas.

Anas hanya ingin hidup bahagia bersama keturunannya kelak. Tidak akan dia biarkan keturunannya tubuh dengan dendam yang menggerogoti hati. Rasanya tidak bisa menikmati hidup dengan bebas jika hati kita dipenuhi oleh perasaan dendam.

Anas pastikan akan membawa keluarga kecilnya kelak pada kebahagiaan.

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang