Bagian 7

33 2 0
                                    

Tasya menatap takut-takut ke arah dua perempuan yang menatapnya seolah menemukan mangsa. Gadis itu menekan ludahnya untuk dia telan susah payah, tatapan penuh getar sangat ketara dalam manik Tasya. Tangannya refleks saling bertaut di balik tubuhnya.

Alda dan Imel tersenyum miring, ekspresi ini yang membuat hati mereka berteriak puas.

Tasya ketakutan, mereka kesenangan. Seperti seorang majikan yang berhasil membuat bawahannya menunduk patuh.

"Ikut gue ke kantin!" titah Alda tanpa bantahan, gadis itu berjalan duluan dengan Tasya dan Imel yang berdampingan mengikuti.

Alda berhenti mendadak tepat di tengah kantin, ditatap oleh puluhan pasang mata yang menatap mereka seperti hal biasa. Alda yang terkenal sebagai anak kepala sekolah membuat mereka segan, seolah mereka dipaksa menunduk saat berpapasan dengan gadis angkuh penuh pesona.

Alda itu cantik, bahkan menurut Tasya, Alda seolah memiliki daya pikat tersendiri. Ada sisi seram dari gadis itu yang menuntut lawan bicara yang berada di hadapannya untuk patuh. Dan Tasya rasa Anas dan Alda itu sama, mereka memiliki sisi yang berhasil membuat orang sekitarnya segan.

walaupun kesan yang sering Anas keluarkan cuek, entah mengapa firasat Tasya mengatakan untuk waspada terhadap manusia yang kini menjadi suaminya.

"Gue mau jus anggur sama mie ayam satu," ucap Alda. Gadis itu mengibaskan rambutnya pelan saat berbalik badan.

"Gue sama kayak Alda, minumnya es jeruk aja." Imel mengeluarkan uang dan menyodorkan pada Tasya. Membuat gadis itu tersenyum tipis, setidaknya Imel masih punya hati.

Tasya membawa nampan berisi pesanan Alda dan Imel dengan penuh hati-hati. Namun entah mengapa ada seorang siswi yang menjulurkan kakinya berniat menjegal Tasya.

Suara pecahan piring yang membentur lantai menggema di kantin. Semua orang menatap kaget tingkah Alda yang tiba-tiba.

Tasya menutup mulutnya, entah kapan perempuan bersurai black purple itu sudah berdiri di depannya.

"Maksud lo apa!" Alda menarik kerah seorang siswi yang berniat menjegal Tasya. Tatapan gadis itu menajam, bola mata itu melotot menatap tanpa kedip lawan bicaranya.

Sementara seorang siswi yang ditarik Alda sudah menegak ludahnya kasar. Tatapan tajam Alda membuatnya tidak bisa berkutik, sebisa mungkin matanya meliar menghindari fokus Alda. Dahinya seketika dipenuhi oleh bintik keringat.

"Ganggu makan siang gue, nyali lo berapa?" Alda menghempas tubuh siswi di depannya.

Segelas es teh manis mengalir dari rambut hingga membasahi baju siswi tersebut. Alda sengaja menginjak kaki siswi di bawahnya dengan cukup kencang.

Tasya mundur selangkah kala melihat tatapan Alda berganti menghunus ke arahnya.

"Ceroboh! Jangan harap gue toleran tindakan lo barusan." Sedetik kemudian, rambut terikat Tasya sudah dalam genggaman Alda.

Perempuan itu menjunjung tinggi dagunya dan berjalan anggun sembari menarik rambut Tasya bagai menarik tali yang mengikat kambing.

Tasya memegangi kepalanya yang berdenyut keras, menatap Alda yang sudah membawanya ke taman belakang sekolah yang jarang terlihat oleh cctv.

"Lo ganggu makan siang gue!" Alda menendang keras perut Tasya, membuat gadis itu meringis pelan.

Tak sampai hanya pada satu titik, Alda juga menginjak paha Tasya dengan sepatu. Lebih tepatnya menekan dengan bagian heel breast sepatunya yang tidak terlalu tinggi.

"GUE BENCI SAMA LO SIALAN!" Alda menggila. Gadis itu tidak segan mencakar wajah yang berusaha ditutupi oleh pemiliknya. Menarik keras seragam Tasya hingga nampak kusut, kuku runcingnya menekan kulit Tasya yang tertutup oleh seragam. Tangan Alda juga bergerak melinting telinga Tasya.

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang