Anas menatap pemandangan di depannya gugup, pemuda itu sudah menyiapkan sebuah lagu untuk Tasya. Mengabulkan permintaan gadis itu dulu.
Saat Tasya memintanya untuk menyanyikan satu lagu, namun Anas menolak dengan alasan jika suaranya tidak enak didengar.
Tetapi untuk malam istimewa ini, Anas akan menyanyikan lagu yang menurutnya cukup romantis. Sudah dari lama Anas menghapalkan lirik lagu ini. Saat di mana Tasya memintanya untuk menyelesaikan masalah, Anas sudah memikirkan ini matang-matang.
Masalahnya sudah selesai, jadi dia akan kembali pada istrinya. Momen ini yang dia nanti. Malam ini jugalah yang akan Anas gunakan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Tasya. Biarkan gadis itu sadar jika sekarang, cintanya tidak hanya cinta sepihak. Anas membalas cinta Tasya.
Anas sudah melambatkan laju larinya, pemuda itu menoleh ke belakang. Menunggu Tasya agar bisa menyeimbangi langkahnya. Menunggu dengan senyuman dan rentangan tangan.
Rencana ini sudah Anas susun rapi saat Tasya memintanya menyelesaikan masalah. Semoga dengan ini kehidupan lebih baik akan tercipta.
"Gugup, Nat?" ledek Amirati. Masalahnya pemuda itu terus-terusan menghela napas berat. Seperti sedang mencoba tenang.
"Maklum, baru pertama kali kencan sama cewek." Auriella bergurau. Terkekeh kecil.
Tempat yang mereka pilih berada di pinggiran kota, yang tidak banyak orang melihatnya. Memilih tempat outdoor lantai atas, agar dapat menikmati gelapnya malam yang menenangkan.
Iringan musik sudah di bawah kendali Galaksi, Vino, Jendra dan Nolan. Mereka masih berdiri di pojokan, memeriksa alat musik mereka masing-masing agar tidak terjadi kendala. Memastikan dengan sangat agar acara sahabatnya berjalan dengan lancar.
"Gue lihat tadi dia cari kalimat romantis dari internet."
Anas mendengus malas mendengar ucapan Gabritta. Dia hanya mencari ilmu. Lagian juga tidak ada salahnya, kan?
Auriella dan Amirati tertawa pelan, menepuk pundak Anas bebarengan. "Payah!"
"Nanti awas aja lo ngomong pake bahasa buaya! Jijik gue!" Auriella bergidik ngeri membayangkan.
"Itu gimana?" tanya Anas polos.
"Gini gue contohin. Kamu belahan jiwaku, makasih telah hadir di bumi pertiwi ini. Jika ada Ibumu di sini, mungkin aku akan bersujud syukur karena telah melahirkan mentari penyinar hidupku seperti kamu." Auriella menggerakkan tangannya seolah membawa puisi. Anas mendengarnya dengan seksama merasa tak ada yang salah dari ucapan Auriella tadi.
"Terus salahnya dimana?"
"Terlalu berlebihan, Nat. Bukannya suka, justru cewek malah ilfeel," jelas Amirati.
Anas mengangguk sok paham, dia juga tidak akan menggunakan kalimat panjang seperti itu. Anas sudah menyusun kalimat dengan rapi di otaknya. Sudah dibilang Anas akan mewujudkan rencana ini dengan matang.
"Coba nanti lo mau ngomong gimana?" tanya Auriella kepo.
Anas mendelik sinis. "Ogah!"
Amirati terkekeh pelan. Menepuk pundak Anas memberi semangat. Penampilan pemuda itu tidak terlalu formal. Hanya menggunakan kaos putih polos dikombo dengan kemeja abu polos. Menggunakan bawahan jeans hitam dipadu sneakers putih belang.
"Tinggal tunggu temen lo ke sini bawa Tasya," ucap Auriella.
Anas menatap cemas ke arah bawah. Menanti sebuah mobil yang akan digunakan Abigail untuk menjemput Tasya.
Kenapa dia jadi resah begini. Namun perasaan itu sirna saat melihat mobil Abigail terparkir. Anas segera menyiapkan dirinya. Menatap penampilannya dari bawah hingga atas.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASYA {END}
Fiksi RemajaDicintai secara tsundere? Di mana enaknya?! About Tasya dan Anas. Keadaan yang mengikat Tasya dan Anas dalam suatu hubungan pernikahan. Akibat wasiat dari Nenek Tasya, kehidupan Anas bertambah rumit. Anas hanya ingin mencapai tujuannya, berharap ti...