Bagian 30

65 1 0
                                    

Tasya menatap sekeliling kantin, berharap menemukan tempat duduk kosong yang dapat digunakan. Namun lambaian tangan dari Dian membuat gadis itu memilih menghampiri meja Dian yang terisi banyak orang.

"Anas mana Sya?" tanya Dian.

"Iya baru berangkat 1 hari udah mau bolos lagi aja," sahut Hendra. Pemuda itu menatap lamat Tasya yang sedikit canggung, tangan gadis itu membawa nampan berisi sepiring mie ayam dengan es jeruk.

"Anas sakit," jawab Tasya singkat. "Aku pergi dulu, ya." Saat hendak berlalu mencari tempat duduk kosong, lengan gadis itu sudah digapai oleh tangan besar seseorang.

Tasya tersentak pelan, berjalan menjauh hingga genggaman itu terlepas.

"Sorry. Lo siapanya Anas?" Adit yang sedari tadi menatap Tasya penasaran berucap, setelah meminta maaf atas kelancangannya.

Tasya hanya tersenyum pelan, "Permisi." Gadis itu benar-benar akan pergi sebelum suara Hendra menghentikan.

"Gabung sama kita aja, Sya."

"Iya tuh, lagian tempat lain udah penuh, sulit kalo mau gabung tapi belum terlalu kenal," sahut Awan. Pemuda itu mengambil bulatan bakso milik Carnia yang berada di sebelahnya.

"Sialan lo!"

Tasya menimang tawaran dari Hendra, jika dipikir ulang memang sulit bergabung atau satu meja dengan orang asing. Pasti terasa canggung dan kaku, tapi bersama mereka, Tasya seperti tidak memiliki hak, lagian mereka tidak terlalu dekat.

"Boleh, deh." Tasya duduk di sebelah seorang gadis yang tengah menggerutu menatap prihatin baksonya yang hilang satu.

"Hai kenalin gue Carnia, nama lo siapa?" Carnia menjulurkan tangannya, ingin berjabat tangan.

Tasya menerima uluran tangan dari Carnia, "Tasya."

"Oh murid baru yang berangkat bareng Anas itu ya?"

Tasya tertawa canggung, segitu famous Anas hingga berita sepele seperti itu harus diingat oleh mereka semua.

"Beritanya panas banget itu, sampe Anas yang dorong tuh gadis siapa namanya? Intinya itu! Beritanya panas kemarin di sini," jelas Carnia.

"Starla g*****! Dia punya nama!" sentak Awan menempeleng bahu Carnia.

"Yaudah sih intinya itu."

Awan menghela napas kasar. Memang berita itu panas kemarin namun saat ini sudah timbul berita baru yang lebih panas terpercaya secara aktual dan faktual.

Apa Anas tidak tahu jika gadis yang berurusan dengannya itu siapa, entahlah dengan sifat Anas yang seperti itu, Awan jadi yakin jika Anas tidak tahu siapa Starla sebenarnya. Namun kenapa gadis itu memeluk Anas terlebih dahulu?

"Lo siapanya Anas?"

"Yaelah, Bos, dari tadi nanya itu mulu," sindir Dian santai. Tak mengindahkan tatapan tajam dari ketuanya.

"Dia pacarnya Anas, dulu nggak sekolah di sini. Tapi sekarang pindah," jelas Hendra menengahi perdebatan ringan Dian dan Adit.

Adit mengangguk paham, menatap Tasya menilai, sebelum tersenyum miring penuh makna.

"Hai sayang." Suara seorang gadis yang merayu mengalun. Feral dan Starla yang mengekor.

Tasya menatap intens gadis yang tak asing di pandangannya, gadis yang memeluk suaminya.

"Kamu bukannya?" Starla menaruh jari telunjuk di dagu, menatap Tasya sembari mengingat-ingat. "Oh iya, kamu yang kemarin sama Kak Anas kan?"

"Kak? Serius lo manggil gitu? Padahal kalian seangkatan, loh," celetuk Carnia yang tak menemukan jawaban.

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang