Bagian 50

41 1 0
                                    

Anas melirik Ella yang sudah mencincing jaket bagian lengannya, berancang-ancang untuk memanjat tembok.

"Tunggu dulu," cegah Aril sedikit panik. "Aduh, Mbak, cantik eh tomboy. Mbak jangan nekat, kita pake motor aja," saran Aril.

Pemuda itu ngeri sendiri melihat seorang gadis yang hendak memanjat tembok setinggi dua setengah meter ini.

"Boleh juga tuh." Ella menaik-turunkan alisnya mengkode Anas.

Sementara Anas hanya pasrah memposisikan motornya untuk dijadikan bantuan.

Ella berjalan menjauh dari tembok, memasang ancang-ancang sebelum berlari menginjak jok motor Anas hingga tangannya mencapai ujung tembok dan menumpu dengan kekuatan lengan untuk dapat berada di puncak tembok.

Gadis itu terduduk sejenak, setelah memastikan kondisi benar-benar aman untuk menyelinap di rumah Adit. Ella melompat turun.

Aksinya itu diikuti Aril serta Giral dan terakhir Anas.

Mereka mengendap-ngendap hingga sampai di pintu yang terletak di bawah tangga. Mengintip untuk memastikan keadaan. Dari ventilasi kecil ini, mereka dapat melihat banyak orang berkumpul. Termasuk Adit.

Anas mengernyitkan alisnya saat melihat mereka menggunakan jaket Cornelord.

"Siapa?" tanya Anas pada Aril dan Giral, tanpa suara.

Mereka berdua menggeleng serentak, "Kan, gue udah bilang, Bang. Kita ikut keluar di hari yang sama kayak lo."

Anas terdiam mendengar ucapan Aril.

Ella yang menyadari dirinya tak diajak, mendengus malas.

Gadis itu menarik handle pintu dan membukanya, aksinya itu membuat Anas, Aril dan Giral menganga tak percaya. Sementara dari pihak dalam, lebih banyak tatapan terkejut, sisanya bingung.

Siapa gadis yang berani masuk di wilayah mereka?!

"Go****!" hina Anas.

"Hehehe." Ella cengengesan. Menatap tak bersalah ke arah Anas sebelum berubah datar saat memandang Adit.

Gadis itu berjalan mendekat dengan sombong.

"LO?!"

"Hallo guys! Nama gue El. Gue penyusup di sini, kalian jangan langsung serang, gue bawa niat baik. Niat gue agar kalian bebas dari polisi, dengan lo lepasin Fero!" Ella mengganti raut wajahnya yang semula ceria menjadi datar.

Gadis itu menatap Adit nyalang, "Balikin Fero!"

Adit terkekeh sinis menanggapi. "Dia pantas dapet itu." Setidaknya Adit sadar, cepat atau lambat informasi ini akan mudah mereka temukan.

Anas yang hendak keluar dari persembunyiannya, dihadang Aril.

"Jangan, Bang." Anas menatap datar Aril.

"Itu bukan anggota Cornelord, Bang. Mereka orang baru, gue bahkan nggak kenal."

Aril mengangguk menyetujui pendapat Giral. Pemuda itu menunjuk serombongan orang yang berdiri di belakang Adit sebagai tameng.

Mengabaikan Anas yang justru salah fokus dengan Abigail, Hendra, Awan, dan Dian yang duduk di sofa tanpa minat.

Manik Anas melunak, pemuda itu berjalan pelan hendak menghampiri mereka, namun sebuah suara membuat dia berbalik arah menuju Ella.

"LO?! PENGHIANAT! Berani banget dateng ke sini, mau cari mati?!" bentakan Adit membuat Anas memasang tameng untuk Ella.

"Fero mana?" tanya Anas lempeng. Bahkan pemuda itu mengabaikan tatapan Adit yang semakin tajam.

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang