Anas memasuki markas, melihat kondisi markas yang sudah berantakan. Fero yang terduduk di lantai dengan keadaan babak belur.
Pemuda itu mengernyitkan alisnya heran, menatap Hendra yang mengkode Anas untuk mendekat.
"Ada apa?"
"Nyesel kita semua pernah anggap lo anggota Cornelord!" Abigail berdesis.
Pemuda itu menarik kerah Fero dan membanting tubuh pemuda itu ke dinding.
Terlihat Aril dan Giral yang terdiam kaku. Bahkan Aril yang biasanya tak mau diam, kini terdiam. Melihat sendiri kebusukan sahabatnya.
"Lo yang bocorin semua ke anak Gurgle, iya, kan?!" gertak Abigail.
Fero terkekeh sinis, "Lo tau dari mana?"
"Bukan urusan lo gue tau dari mana." Abigail berdecih, menyingkir dari depan badan Fero.
Tadi malam Anas memang sempat mengutarakan rasa keponya kepada Abigail. Tetapi tak disangka Abigail mencari tahunya.
"Kalo iya kenapa? Lo mau pukul gue lagi? Silahkan, kalo perlu semua anggota berjejer buat gantian pukul gue." Fero beranjak, wajah yang biasanya menampilkan ekspresi konyol kini lenyap seketika. Tidak ada Fero yang Aril dan Giral kenal. Mereka asing mulai sekarang. Karena rasa kecewa Aril dan Giral tak akan pernah termaafkan.
"Karena semua yang kalian lakukan nggak akan sebanding sama pembunuh!" tekan Fero, melirik singkat kearah Anas.
"DIAM BR******!" Awan meninju Fero berulang kali. Karena bagaimanapun masih banyak anggota yang belum mengetahui rahasia ini.
"Kenapa? Bahkan saat situasi kayak gini kalian masih menjunjung tinggi nama Cornelord?" Fero terkekeh pelan sebelum berucap parau, "Sampah!"
"Penghianat kayak lo nggak diijinin buat komentar, manusia rendahan! Lebih sampah mana sama penghianat?" Dian berjalan menuju Fero, menekan pundak pemuda itu sebelum menyikutnya. "Lebih rendah lo! Kita semua benci sama penghianat! Dan lo semudah itu bilang kita sampah, ngaca lo!"
Anas masih terdiam, sedikit tak mengerti kenapa Fero melakukan hal itu. Dia kira tidak ada yang mengetahui masalah ini selain pendiri Cornelord dan dirinya.
"Dari Mana lo tau?" Anas membuka mulut.
"Dari mana? Gue tau dari dulu, gue masuk Cornelord buat balas dendam!"
"A***** LO FERO SI****!" Adit berlari dari luar, menerjang tubuh Fero dengan pukulan bertubi. Tak memberi ampun atau bahkan napas untuk Fero. Pemuda itu gelap mata, terlanjur emosi mendengar berita itu kembali muncul.
Anas bergerak melerai. "Jangan potong pembicaraan!" ucapnya tajam.
"Lo! Pembunuh Adit!" Fero menunjuk Adit. Menekan kalimatnya hingga seluruh anggota mendengar.
"Apa yang mau lo banggain? Selain pembunuh lo ternyata jadi ketua nggak tanggung jawab."
"Karena lo, gue kehilangan peran Abang! Karena lo impian gue musnah." Fero mendongak, mencegah air matanya mengalir. "Karena lo, semua karena lo ... si****!" lirihnya menahan tangis.
Anas terdiam kaku.
Abang?
Sedikit dejavu mendengar kata itu. Anas tau bagaimana sakitnya kehilangan sosok Abang. Kenapa seolah Anas dapat merasakan apa yang Fero alami?
"Lo tau siapa orang yang udah lo bunuh? Dia Abang gue! LO PEMBUNUH ABANG GUE ADIT!" teriak Fero kencang.
"PEMBUNUH HARUSNYA LO MASUK PENJARA! ANDAI GUE PUNYA BANYAK DUIT GUE JUGA NGGAK AKAN SEGAN SUAP POLISI BUAT LO MENDEKAM DI PENJARA!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASYA {END}
Teen FictionDicintai secara tsundere? Di mana enaknya?! About Tasya dan Anas. Keadaan yang mengikat Tasya dan Anas dalam suatu hubungan pernikahan. Akibat wasiat dari Nenek Tasya, kehidupan Anas bertambah rumit. Anas hanya ingin mencapai tujuannya, berharap ti...