16 Special Gift

4.1K 304 82
                                    

"MAS..."

Salma berlari menubruk tubuh lelakinya, Rony nyaris terhuyung dibuatnya namun tak ayal ia juga membalas pelukan perempuannya.

Salma meregangkan pelukan, ia mendongak menatap Rony. "Kamu keren. " ucapnya dengan senyum lebar.

Rony terkekeh pelan seraya mengusap pucuk kepala perempuannya, lembut. "Istri Mas lebih keren. " sahutnya lembut.

Lagi-lagi Zara jadi saksi keromantisan itu, ia melengos lagi. Tersenyum miris tersiksa dengan perasaan aneh dihatinya. Zara bingung menjabarkannya.

Asep nyeletuk, "Kita ngontrak aja yu, Neng? " ucapnya pada Zara, miris.

Zara mendengus, "Apasih lu kabayan, sok asik. " ketusnya.

Asep tersenyum, ia suka melihat Zara ketus padanya. Baginya lucu.

"Neng Zara mending nikah juga yuk sama Aa' mau gak? " godanya.

"Ogah." balas Zara ketus.

Salma dan Rony terkekeh melihat perdebatan itu, "Ngajak nikah cewek gak gitu, Sep. Langsung aja minta izin ke orang tuanya. " ucap Rony, nada bergurau namun Asep langsung sumringah.

"Bisa kali, Neng? " godanya pada Zara, Zara meringis lalu berlalu. "Ogah kabayan gue gak mau. " pekiknya.

Asep mengikutinya, "Yaudah temenan dulu atuh ya? Neng mau mahar apa? Aa punya kerbau di Sukabumi. Nanti Aa tinggal bilang sama Ambu. " ujarnya.

Zara menghentakan kakinya, ia berbalik. "Kabayan, lo bisa gak? Gak usah bikin gue kesel sehari aja? " ketusnya lalu berlalu, lagi.

Asep memekik, "Neng, biasanya yang sebel tuh akhirnya bakal cinta. "

"Bodo amat. " pekik Zara juga.

Asep tertawa melihatnya lalu geleng-geleng kepala, biasanya semakin susah perempuan ditaklukan maka semakin besar pula rasa penasaran lelaki begitupula dengan Asep. Padahal di kampungnya lelaki itu menjadi primadona, tubuh yang proforsional serta kulit hitam manisnya yang eksotis membuatnya terlihat tampan dan manis. Tak lupa gigi gingsulnya terlihat saat tersenyum menambah kadar kemanisan lelaki itu.

"Si Zara teh lucu pisan. " gumamnya, terkikik salting.

Meninggalkan perdebatan antara Zara dan Asep, pasangan halal muda ini nampak saling bergandengan tangan menyusuri lorong bangunan dengan pilar-pilar besar disisi kirinya.
"Mas, dapet nilai apa? "

Rony tersenyum, menunjukan hasil persentasinya lewat ponsel.

"A+? " beo Salma.

Rony berbisik pada telinganya, "Jangan lupa hadiahnya."

Senyum Salma melebar, salting dengan pikirannya sendiri. "Siap." sahutnya semangat.

"Emang kamu mau ngasih hadiah apa sih? " Rony lumayan kepo.

Salma bergelendot pada tangan Rony, mengulum senyum. "Rahasia. Hadiah spesial pokoknya."

Rony menyunggingkan senyum, " Dih, main rahasia-rahasiaan. "

Salma menjauhkan tubuh, mengayun tangannya yang bertaut dengan Rony. "Pokoknya special, tunggu aja." ujarnya membuat Rony penasaran.

Salma nampak ceria sekali hari ini, Rony tersenyum melihatnya. Apalagi melihat tangannya yang diombang-ambing perempuan itu. Lucu, pikirnya.

●○●○●○●○

"Assalamuaalaikum."

Rony baru kembali sepulang bekerja, ia membuka pintu yang terkunci. Untungnya ia bawa kunci cadangan, sebuah kartu mirip ATM yang tinggal di scan pada pintu apartemennya.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang