"Abang..."
Rengganis harap-harap cemas menunggu putranya sadarkan diri, Rony dibawa ke IGD.
Sang ibu membaluri kening, dada dan sedikit dihidungnya menggunakan minyak angin. Upaya agar putranya kembali terjaga. Kabar menantunya saja ia tak tahu menahu, belum ada dokter yang keluar dari ruang bersalin.
"Abang..." panggilnya lagi sambil mengusap telapak tangan Rony yang dingin, berharap agar kembali hangat dan siuman tentu saja.
Dokter menghampiri, "Belum sadar juga ya, Bu?"
"Belum, Dok? Anak saya gak kenapa-kenapa kan?"
Dokter itu tersenyum tipis, memberi tenang. "Gakpapa, Bu. Mungkin hanya syok saja. Sebentar lagi juga siuman sepertinya."
Rengganis mengangguk mengerti, Rony sudah diperiksa tentunya dan baik-baik saja, hanya saja masih enggan membuka mata.
Sedangkan Salma sudah siuman, bahkan sedang menyusui putranya. Sesuai perintah dokter, padahal asinya saja belum keluar sedikitpun.
Salma tersenyum geli, hal yang tak baru namun terasa berbeda saat Cookies menyesap dadanya.
Ia baru sadar, "Dok, Suami saya mana ya?"
Salah satu perawat sepertinya baru dari luar, ia hendak memanggil Rony untuk mengadzani putranya namun menurut keluarga lelaki itu tak sadarkan diri.
"Suaminya Bu Salma ada diluar, Sus?" tanya dokter.
"Hanya ada keluarganya saja, Dok. Katanya, Pak Rony pingsan." terangnya, Salma menajamkan telinga. Bertanya ulang.
"Pingsan, Sus?"
"Iya, Bu."
Salma pasti cemas, "Sekarang gimana keadaannya, Sus?"
"Alhamdulillah baik, Bu. Pak Rony hanya pingsan biasa, mungkin syok ya. Hanya saja belum sadarkan diri sedari tadi."
"Ya Allah..." Salma menatap putranya, membatin resah mengenai ayah dari bayi itu. "Mas..."
Cookies nampak diam diatas dada ibunya, mulutnya mengecap namun memejam sambil melepaskan sumber asupannya. Bayi itu jauh lebih anteng setelah menangis santer.
Disisi lain, Rony nampaknya sudah siuman. Ia mengerjapkan mata, aroma menyengat begitu terasa. Minyak kayu putih.
Keningnya berkerut, menahan pening. Aroma menyengat itu membuat pening ternyata.
"Abang? Alhamdulillah. Kamu gakpapa, Nak?" tanya Rengganis dengan senyum lebar, bersyukur.
"Bunda?"
Sejenak ia diam namun detik berikutnya Rony sadar, ia langsung duduk membuat ibunya sedikit terkejut.
"Salma, Bunda..." ia bangkit turun dari blankar. Ibunya ikut terpogoh-pogoh menahan tubuh Rony yang sedikit oleng.
Rony berlari, tergesa. Meninggalkan ibunya, kurang ajar memang.
Sampai didepan ruang bersalin banyak orang-orang, keluarganya dan juga keluarga perempuannya.
"Alhamdulillah...Abang..." Siska yang memekik haru.
Panji mengambil alih, "Abang dicariin disuruh adzan."
Tanpa cakap lagi Rony langsung masuk, pandangannya lurus menatap blankar perempuannya.
Bunyi decitan pintu membuat semua orang didalam ruangan langsung menoleh.
"Ca?" beonya, tak menyangka.
Begitupula Salma yang menatap penuh syukur karena lelakinya pun baik-baik saja.
"Mas..." ia membeo, haru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Switzerland (END)
أدب المراهقين#Karya 4 [Romance Funfiction] Sequel You're SPECIAL ●○●○●○●○ Switzerland is a dream country bagi seorang gadis untuk melanjutkan pendidikannya disana, namun orang tuanya melarang jika ia hanya pergi seorang diri. Jalan pintasnya adalah ia dinikahkan...