Perkiraan buku yang Salma dan Zara tulis akan rampung akhir bulan ini,itu artinya kemungkinan akan masuk cetakan sebelum Salma melahirkan.
Salma tak sabar sekali, sistem promosi pun bukan hanya melalui platform digital saja melainkan bertandang ke sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar. Ah, meski tidak semua sekolah. Hanya beberapa sekolah yang sudah menjalin kerja sama saja. Sudah berkoordinasi sebelumnya.
Tapi Salma berpikir nanti ia akan melahirkan, proses pemulihan yang dinamakan nifas pun berjalan lama. Salma menghela napasnya, semoga ia bisa ikut dalam sesi promo nanti. Itu impiannya! Terjun langsung ke lapangan mempraktikan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Meski hanya kadar biasa saja, menyesuaikan orang yang dididik. Tidak mungkin juga anak Paud dan SD diajarkan teori yang rumit kan?
Salma tengah berkutat dengan laptopnya di tengah ruangan, merevisi naskah serta menyusun gambar-gambar animasi sebagai visualisasi buku menjadi satu. Sangat melelahkan namun mengasyikan juga.
"Ah, pegel banget." Salma meregangkan tangannya, lalu mengusap pinggangnya yang terasa pegal.
Lalu ia mengusap perutnya sambil bersandar pada sofa, kepalanya ia tidurkan didudukan sofa. Salma duduk lesehan didepan meja.
Baru saja ingin memejam teriakan lelakinya nyaring terdengar, membuat Salma terlonjak dan membuka mata cepat-cepat.
"ASSALAMUALAIKUM."
Rony memekik diluar membuat Salma tergesa membuka pintu, meski langkahnya sudah lambat karena perutnya sudah membesar. Iya, Cookies akan segera lahir sebentar lagi. Hanya tinggal menghitung minggu.
Krek!
"Waalaikumussalam." Salma menyalami tangan suaminya. Bolak balik seperti biasa.
"Mas, jangan teriak-teriak gak enak sama tetangga. "
Rony malah tersenyum lebar, sangat sumringah. "Aku keterima kerja, Ca." ucapnya antusias.
Salma tersenyum ikut berbahagia, cepat-cepat Rony memeluk Salma, Salma menyambutnya dengan senang hati lalu mengusap punggungnya penuh sayang.
"Alhamdulillah...selamat, Mas."
"Ini rezekinya Cookies, Ca. Dia tau perlu uang banyak buat biaya persalinan." ucap Rony, haru. Sambil melepas pelukan.
Salma tersenyum haru kala melihat lelakinya mengecup perutnya yang nampak sudah besar sekali. "Sayang, Nak...Cookies. Ayah udah keterima kerja, Nak. Ini pasti berkat doa Bunda dan karena Cookies juga. Kamu cepet keluar ya dari sini, jangan lama-lama. Ayah udah pengen ngajak kamu main bola."
Salma meringis namun masih tersenyum saat perutnya nampak bergerak, Cookies menendang. Rony terkekeh, "Nendang dia, Ca." adunya pada sang istri, berbinar.
Rony mengecup lagi perut perempuanya, Salma mengelus rambut lelakinya dengan lembut. "Cookies juga udah pengen keluar, Ayah. Engap disini, pengen main bola aja sama Ayah." balas Salma dengan nada anak kecil.
Ada sebuah pepatah jika perempuan diuji dengan harta namun jika laki-laki juga diuji dengan harta pula namun dengan cara yang berbeda, jika perempuan akan memilih pergi jika pasangannya tidak berharta sedangkan laki-laki akan pergi mencari perempuan lain ketika banyak harta.
Namun tidak bagi Salma dan Rony, Salma tetap bertahan dengan Rony meski ekonominya pas-pasan kala itu sedangkan Rony tetap bertahan bersama Salma saat kejayaan sudah menghampirinya. Karena bagi mereka, perjalanan mereka yang panjang akan terasa sia-sia jika berakhir pisah karena terus-terusan mencari kata sempurna.
Bukannya tujuan berpasangan dan menikah adalah saling melengkapi? Saling menambal dan menutup kekurangan masing-masing?
Rasanya Rony tak mampu bercakap lagi, hanya mampu memeluk Salma seerat-eratnya. Menumpahkan rasa syukur yang teramat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Switzerland (END)
Teen Fiction#Karya 4 [Romance Funfiction] Sequel You're SPECIAL ●○●○●○●○ Switzerland is a dream country bagi seorang gadis untuk melanjutkan pendidikannya disana, namun orang tuanya melarang jika ia hanya pergi seorang diri. Jalan pintasnya adalah ia dinikahkan...