64 Cookies On Going!

4.7K 356 232
                                    

"Sshh...ah."

"Ca, kenapa?"

Rony yang baru saja dari kamar mandi langsung berlari terpogoh-pogoh.

Salma terduduk ditepi kasur, memegangi pinggangnya yang terasa seperti mau copot.

Salma membuang napasnya, Rony berjongkok didepannya. Menyentuh perut Salma dengan kedua tangannya. Salma menghembuskan napas lagi.

Minggu ini adalah perkiraan HPL-nya, tak terasa ya? Belakangan ini perutnya sering kontraksi. Hanya kontraksi ringan, sebuah tipuan.

"Mas..." lirihnya.

Rony menatap wajah perempuannya, gusar. "Ca..."

Salma menghembuskan napas lagi, menetralisir sakit diperutnya. Cekat cekit. Perutnya terasa mengetat, sungguh nikmat rasanya.

Rony jadi resah, padahal ia sudah memakai pakaian rapi. Hendak bekerja.

"Ayah..." rintihnya. Memegangi pinggang.

Rony menatapnya sendu, lantas mengusap-usap perut buncit perempuannya. Salma sampai mendongak, menggigit bibir bawahnya. Meredam rasa sakit, keningnya sampai berpeluh.

"Nak, kalau mau keluar? Keluar ya. Kasian Bunda." pintanya, mengecup perut itu.

Napas Salma kian teratur, kontraksinya perlahan hilang. Hanya berangsur beberapa menit saja. Itu pun sering akhir-akhir minggu ini, sepertinya Cookies sedang mencari jalan keluar. Salma pikir seperti itu.

Rony mendongak, lalu bangkit. Salma langsung memeluk pinggangnya.

"Nikmat banget rasanya, Mas." ujarnya, mengadu. Napasnya sedikit tak beraturan.

"Masih kontraksi?"

Salma menggeleng, "Udah enggak."

"Ca, aku gak tenang mau berangkat kerjanya."

"Gakpapa, Mas. Belum mau lahiran ini, Cookies kebiasaan suka nge-prank." kekehnya, pelan.

"Aku telpon Bunda sama Rere ya? Buat nemenin kamu disini?"

Salma hanya mengangguk pelan, masih memeluk pinggang lelakinya. Rony merogoh ponsel disaku celananya.

Ia berbicara pada sambungan telpon sambil mengelus pucuk kepala Salma, Salma sampai memejam. Semakin erat pelukannya, menghirup dalam-dalam wangi tubuh lelakinya.

"Iya, Abang takut ninggalinnya."

"Salma udah sering kontraksi."

"Bunda gak sibuk kan?"

"Iya, Abang tunggu."

"Sekalian Rere juga Bunda."

"Iya."

"Waalaikumussalam."

Rony mengantongi ponselnya, lagi. "Ca, Mas gak kerja hari ini ya?"

Salma menggeleng, "Mas, kamu masih karyawan baru. Baru kerja sebulan lebih, kamu tau sendiri sistem kontrak diperusahaan itu kaya apa. Absen kehadiran itu penting. Lagi pula aku gakpapa kok, nanti kalo Cookies beneran mau lahir aku telpon kok."

"Tapi, Ca..."

Salma memundurkan tubuh, mendongak. "Ayah...nurut sama Bunda ya?"

"Ayah gak tenang Bunda..." keluh Rony, Salma mengulum senyum. Merasa aneh dengan panggilan itu. Namun lucu juga.

Rony menatapnya, sendu. Rautnya menyiratkan ke khawatiran. Ia mengusap peluh dipelipis perempuannya, "Kita kerumah sakit aja, ya?"

Salma memberi senyumnya, bibir tak bergincu itu sedikit pias dipagi hari ini. "Kontraksinya cuma sebentar-sebentar doang kok, kayaknya belum waktunya, Mas. Nanti kalo kontraksinya udah sering sama lama baru kita kerumah sakit."

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang