71 Plek-Ketiplek!

4.9K 380 179
                                    

"Buhe'na. Ya, Yah..."

Salma kelimpungan sendiri, bingung. Sedari tadi Cookies terus menangis. Meneriaki ayahnya. Tiba-tiba perasaan Salma tidak karuan.

Ia mencoba menghubungi lelakinya, nihil. Tak diangkat.

"Cookies, tenang dulu, Nak. Kenapa? Kenapa hm?"

Salma berucap begitu lembut berharap tangis putranya mereda, bahkan wajah bocah itu benar-benar memerah. Terlalu lama menangis, Salma mengecek suhu badannya. Barangkali meriang, tidak! Putranya baik-baik saja.

"Buh, Ya, Yah..." beonya, disela isakan.
Salma menggendong putranya, dipuk-puk punggungnya dengan lembut. Cookies sampai sesegukan, entah apa yang lelaki kecil itu rasakan.

Salma jadi khawatir sendiri, melihat anak kecil menangis membuat panik bukan? Itulah yang Salma rasakan sekarang.

"Mas, angkat dong!" gerutunya, pelan.

Salma mencoba memberi pengertian, "Sayang, Ayah-nya gak bisa di telpon. Mungkin lagi kerja."

"Ya, Yah...Buh." rengeknya, suara bocah itu kian serak. Salma semakin bingung.

●○●○●○●○

Rony diam sambil memperhatikan beberapa perawat yang memeriksa keadaanya. Rasanya tak mengenakan, lemas tak karuan.

Rony menoleh ke kanan dan ke kiri, semua blankar terisi penuh. Disini, ditempatnya. Ruangan umum, masal. Semua korban keracunan makanan dievakuasi keruangan ini. IGD lebih tepatnya.

Kebanyakan korban mengalami dehidrasi akibat diare dan juga muntah. Rony pun demikian. Ia menghela napas, mendongak menatap pada langit-langit ruangan.

Satu per satu keluarga rekan-rekannya berdatangan, guna menjenguk. Beberapa diantaranya ada yang menangis haru, tak luput ada yang kesal. Pun dongkol sekalipun. Ah, namanya musibah kan?

Saat beberapa perawat pergi ia merogoh saku celana, mengambil ponsel disana. Rony hendak menghubungi perempuannya, rupanya banyak panggilan tak terjawab pun pesan dari Salma.

Rony menekan tombol panggilan, tangannya yang sedikit gemetar mengarahkan ponsel itu ketelinganya.
Tak butuh waktu lama, panggilan tersambung. Rony mendengar tangis Cookies, putranya. Suara Salma juga menyapa dengan terpogoh-pogoh. Tanpa sapaan.

Mas, kamu gakpapa kan? Cookies nangisin kamu terus. Aku bingung.

Rony tersenyum kecut, hatinya kelu. Bingung mau menjawab apa.

Mas?

"Ca..." suara Rony lirih, Salma diseberang sana menajamkan telinganya.

Mas, kamu gakpapa kan? Suara kamu kok lemes gitu?

"Aku dirumah sakit."

Tut!

Panggilan langsung dimatikan, "Ca? Ca, aku gakpapa."

Ah, sial! Terlambat. Salma kayaknya langsung kesini, batin Rony.

Rony memejamkan mata, menikmati denyutan di punggung tangannya. Sedikit ngilu karena ada jarum infus di sana.

Lama berlalu, Rony akhirnya membuka mata.

"Ya, Yah!"

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang