"CA... "
Atensi keduanya langsung tertuju pada seseorang itu.
Rony datang dari arah sebaliknya, lurus dengan punggung Salma membuat Salma berbalik melihatnya.
"Mas? " ucapnya, lirih.
Tenggorokan Salma rasanya tercekat, suara yang ia keluarkan mungkin hanya dirinya yang mendengar. Respon atas keterkejutannya. Semoga dia gak liat...
Berganti pada Rony, tatapannya lurus pada objek yang dituju. Satu titik, pada Raihan. Rautnya memang datar tapi matanya menyorot tajam, ia menghampiri dengan langkah sedang tidak terburu-buru dan juga tidak pelan.
Salma ingin hilang dari sini, andai saja. Ia menatap tak tahu arah. Kiri kanan, lalu bawah menunduk.
Salma memutar posisi saat Rony berdiri disampingnya, menghadap Raihan lagi.
Melihat tatapan Rony yang tajam pada Raihan membuat Salma menatap kedua lelaki itu bergantian, mendadak suasana mencekam. Apa Rony melihatnya? Mengapa Salma takut? Rasanya seperti terpergok selingkuh. Sungguh, Salma pasti akan menjelaskannya. Semoga gak tantrum ...
Saat langkah terhenti, ia berdiri tepat dihadapan Raihan. Dengan jarak sekitar setengah meter. Kedua tangannya ia masukan kedalam saku celana. Bombastis side eyes masih diberikan, jangan harap berganti tatapan lembut. Itu mustahil.
"Belanja juga? " tanyanya, dingin. Tak bernada.
Rasanya lebih menjengkelkan dari pada diketusin ataupun dibentak. Orang bodoh juga tahu kalau Rony menyembunyikan amarahnya.
Raihan menatap kikuk lelaki yang lebih tinggi darinya itu. Raihan mengecapkan bibir mencoba biasa saja. Tak dipungkiri ia sedikit ciut.
"Iya, lagi cari-cari aja. Eh, gak taunya ketemu Salma. Sekalian gue nanyain barang yang gue cari. "
"Oh." lanjutnya. "Barangnya ada disini? "
"Eh, gue ke rak sebelah ya. Bener, Sal ada disana bumbu masaknya? " Raihan menatap Salma cepat tak mengindahkan pertanyaan Rony. Mungkin pernyataannya bisa melunakkan tatapan tajam itu.
Rony menatap Salma sekilas lalu membuang pandangan, ganti bersidekap dada. Ia berdehem yang membuat Salma sadar. "Ehghm."
"L-lo cari aja, setau gue ada disana sih. " Salma menjawab, gugup.
"Yaudah, sekarang udah ada Rony. Gue cabut dulu. Bay guys. "
Raihan berlalu, bertolak mundur. Punggungnya terus Rony perhatikan. Tatapannya bak elang memburu mangsanya, tajam.
"Mas? " Salma memberanikan diri membuka suara.
Intonasi panggilan Rony 'CA' sudah Salma pastikan tidak baik-baik saja. Namun Salma masih bermunajat semoga Rony tak melihatnya. Melihat Raihan mengelus keningnya. Sungguh, Salma bisa menjelaskannya.
Rony mengalihkan pandangan, sekarang udah ada Rony? Ucapan Raihan terngiang dipikirannya. Berarti mereka berdua udah lama?
"Mas..."
Rony menurunkan tangannya, ia masukan lagi kedalam saku celana.
"Udah? " tanyanya, datar.
Gawat...dia liat!
"Mas, aku bisa jelasin. "
"Masih banyak? "
Salma menghembuskan napasnya, "Tinggal sayuran. "
Rony mendorong troli itu, Salma otomatis sedikit menyingkir. Ia mengekor disamping Rony. Kenapa jadi canggung gini?
"Mas... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Switzerland (END)
Teen Fiction#Karya 4 [Romance Funfiction] Sequel You're SPECIAL ●○●○●○●○ Switzerland is a dream country bagi seorang gadis untuk melanjutkan pendidikannya disana, namun orang tuanya melarang jika ia hanya pergi seorang diri. Jalan pintasnya adalah ia dinikahkan...