Krek!
Pintu utama terbuka berikut suara salam.
Cookies yang sedang merayap disofa langsung melirik kearah pintu.
"Ya, Yah?" beonya, namun memekik.
Salma menjawab salam lirih sambil tersenyum. Ia duduk lesehan dilantai sambil mengawasi Cookies yang bergerak kesana kemari, berdiri sambil berpegangan pada sofa. Merayap.
Rony tersenyum lebar, lalu berjongkok merentangkan tangannya.
Cookies antusias, ia berjalan tertatih. Lalu ambruk. Kedua orang tuanya menatap khawatir namun bocah itu malah tertawa sambil merangkak gesit menghampiri ayahnya. Iya, Cookies sudah pelan-pelan belajar berjalan. Hanya satu dua langkah saja, selebihnya kembali merangkak. Namanya sebuah proses kan?Cookies berpegangan pada kedua lutut ayahnya, Rony membantu dengan meletakkan kedua tangannya dikedua ketiak putranya.
Salma bangkit, mendekat. Sedangkan Cookies memeluk leher ayahnya.
"Ayah punya sesuatu buat Cookies."
"Wah, apatuh Yah?" Salma yang menjawab, Rony berdiri sambil membawa Cookies dalam gendongannya.
Salma mengambil tangan lelakinya, dikecup bolak balik seperti biasa. Rony meraih kepala Salma, mengecup keningnya. Sangat manis bukan?
Cup!
Cookies yang mengecup pipi ayahnya, Rony terkekeh. "Coba lagi." ujarnya, meminta ulang.
Cookies geleng-geleng, "No, no! Yah." tolaknya.
Rony gemas langsung menggigit pipi gembulnya dengan bibir.
"Cookies mau tau gak Ayah bawa apa?"
"Auuu..." jawab Cookies, antusias. Bibirnya sampai monyong saking antusiasnya.
Rony mengajak Cookies keluar, ia membuka mobilnya. Kini bukan lagi mobil milik Rere dan Rony. Tapi mobilnya sendiri, dibeli dengan hasil jeri payahnya. Meski belum lunas. Kredit! Kredit! Begitu bunyinya kata Salma.
Lebih tepatnya Rony membuka pintu mobil depan samping kemudi. Ada kotak disana.
"Wah, ada kotak." ujar Rony, ceria.
"Em, apa ya isinya?" lanjutnya.
Salma yang mengambil kotak itu, ia sudah tau isi dari kotak itu. Rony yang memberi tahunya lewat pesan pribadi siang tadi.
Sepulang bekerja Rony langsung membeli benda itu. Sebuah kue, dari kafe Yaya. Iya, teman Salma yang pemilik kafe itu.
Salma membuka kotak itu, lalu ia mengambil kuenya yang dilapisi tatakan berwarna silver. Ah, Salma tak tahu apa nama benda itu. Salma menancapkan lilin angka satu disana.
Cookies memperhatikan, ia penasaran dengan lilin bentuk angka satu itu. Tangannya ingin mengambil lilin itu, tapi urung karena Salma menghidupkan lilinnya dengan api. Lebih tepatnya Rony yang menahan tangan mungil itu.
"Cookies, no, no!" larangnya.
"Happy brithday too you, happy brithday too you." nyanyi Salma.
Rony ikut, "Happy brithday, happy brithday. Happy brithday Cookies." nyanyi mereka, bersamaan.
Cookies menatap bergantian orang tuanya yang sedang bernyanyi, bingung.
"Sekarang tiup yuk lilinnya." ajak Rony.
Salma menunduk, Rony pun.
1
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Switzerland (END)
Teen Fiction#Karya 4 [Romance Funfiction] Sequel You're SPECIAL ●○●○●○●○ Switzerland is a dream country bagi seorang gadis untuk melanjutkan pendidikannya disana, namun orang tuanya melarang jika ia hanya pergi seorang diri. Jalan pintasnya adalah ia dinikahkan...