49 Big Baby Babble

3.6K 320 54
                                    

Cup!

Salma terperanjat karena Rony tiba-tiba mengecup bibirnya, meski singkat namun serangan itu membuat Salma memejam replek, terkejut.

Saat membuka mata Salma langsung menyerbu lelakinya dengan pukulan, Rony tertawa pelan.

"Sunnah, Ca."

"Mana ada kaya gitu sunnah," Salma mencebik, manyun.

"Dih, gak percaya. Sunnah tau, masa kamu gak tau kalo makan dan minum ditempat yang sama itu sunnah. Kaya makan pake satu sendok barengan, minum satu gelas barengan. Romantis tau, Ca. Tapi kalo dipikir-pikir, sama aja kaya ciuman secara gak langsung kan?" Rony mengulum senyum, mengerlingkan matanya. Genit.

Pipi Salma bersemu namun perempuan ya tetap perempuan. Saltingnya selalu terlampiaskan lewat physical attack-nya.

Salma mencubit perut lelakinya cepat, Rony sempat mengaduh namun setelahnya tetap tertawa.

"Dasar mesum!" makinya, sebal. Salting sebenarnya. Salma mengakui itu.

"Kan, ngasih contoh, Ca."

Salma beringsut dengan kesal, lalu menyambar gelas dinakas. Diminumnya air disana, "Nih, coba minum."

Rony menurut saja, ia bangun mengambil gelas yang disodorkan Salma. Meminum airnya tepat dibekas bibir perempuannya.

"Kaya gitu baru nyontohin." dengus Salma, sebal. Atau masih salting? Wajahnya memerah mirip kepiting rebus.

Rony mengedikan bahu, "Sama aja, sama-sama..."

Cup!

"Ciuman." lanjutnya, cepat.

Bisa-bisanya Salma kecolongan lagi, matanya membulat sempurna. Terkejut selalu diserang tiba-tiba.

"MASSS!!!"

Salma memekik kencang, Rony yang panik.

"Heh! Jangan teriak nanti aku dikira macem-macemin kamu." desisnya, menunjukan gestur menutup bibir dengan jari telunjuk.

Salma langsung menutup mulutnya, ia lupa jika mereka sedang dirumah mertuanya. Iya, rumah orang tua Rony. Salma pikir mereka masih diapartemen, Swiss.

Salma mendesis juga, "Maaf." lalu manyun.

Rony ikut manyun, "Giliran kamu yang nyosor, aku gak teriak-teriak tuh." cebiknya, mencari perbandingan.

Salma mencubit perutnya lagi, "Itu sih emang kamu yang dasarnya mesum!" Salma juga mencebik tak mau kalah.

"Dih, enak aja."

"Emang gitu faktanya," Salma menyahut.

"Minimal ngaca sih."

"Dih!"

"Yaudah, mau poligami aja."

"Boleh, silahkan." ucap Salma, santai. Ia merampas gelas ditangan Rony lalu menaruhnya dinakas.

Rony yang diam kali ini, terkejut dengan jawaban Salma.

"Tapi, setelah disunat tiga kali." tambahnya, menatap tajam lelakinya lalu merebahkan diri lagi.

Rony mengatupkan bibir, ngeri. Salma psikopat ternyata, begitu pikirnya.

"Lagian ditanya apa poin yang kamu dapet dari cerita itu malah bahas poligami." ujar Salma.

Rony ikut merebahkan diri lagi, kali ini Salma tidur terlentang sedangkan Rony miring menghadapnya.

"Ya, bebas dong."

"Hmm." Salma menyahut malas.

"Tapi bukan itu poin yang aku maksud."

"Apa?"

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang