22 Mas...

4.8K 311 86
                                    

"Cincin kamu mana? "

Rony melihat jari manis tangan kirinya. Loh kok gak ada?

"Ilang? "

Rony berpikir keras, mengingat-ingat. Masa iya jatoh?

Salma memperhatikan dengan raut kesalnya, bisa-bisanya Rony tidak menjaga cincin pernikahannya. Apa tidak penting? Salma dengan segala overthinkingnya.

Padahal Rony sendiri juga mendadak kalut, berusaha mengingat dengan baik. Tapi nihil, Rony lupa.

"Ca, dimana ya? " bingungnya.

Salma mendengus, egonya ingin memarahi Rony namun Rony nampak kebingungan juga. Salma mendadak luluh.

"Ca, tadi pagi aku masih make gak sih? "

"Mana aku tau. " ketusnya.

Rony frustasi sendiri. Mengingat-ingat namun tak ingat. Tapi disatu sisi ia khawatir. Bagaimana jika ternyata jatuh? Terus hilang? Cincin itu bukan sembarang cincin. Bukan cincin ajaib. Tapi cincin tanda sahnya dengan Salma, tanda saling memiliki. Cincin nikah yang sakral kehadirannya, identitas sekaligus bentuk kesungguhan dalam menghargai pasangannya. Sarkasnya, sudah dilabeli jika seseorang itu sudah memiliki pasangan sah. Penanda. Bukti cinta juga.

"Ca, maaf aku lupa. " ujarnya, merasa sedikit bersalah terlebih raut wajah Salma yang nampak jutek.

Ia bukan tidak bisa menjaga kepercayaan, namun hal yang tak diduga bisa saja terjadi bukan?
Lupa salah satunya.

Forgetting, hilangnya kemampuan untuk mengungkapkan kembali informasi yang telah kita terima atau yang sudah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.

Lupa merupakan hal yang wajar namun kadang membuat seseorang yang mengalami lupa itu uring-uringan sendiri. Merutuki diri yang berakhir emosi.

"Inget-inget yang bener. " titah Salma, nadanya sebal. Bisa-bisanya lupa...

Rony melihat lagi jari manisnya, emas putih. Ah, emas peraknya hilang. Penandanya. Cincin nikah diasumsikan orang sebagai simbol cinta abadi, selain sebagai simbol kepemilikan. Hubungan pernikahan diharapkan tidak akan pernah berakhir atau abadi karena bentuknya yang melingkar. Filosofis sekali. Karena itu pula hati Rony rasanya mencelos kehilangan benda kecil bulat itu. Bukan masalah harganya tapi momen dan sejarah cincin itu yang berarti.

"Caaa..." Rony uring-uringan sendiri.

"Itu cincin nikah loh, Mas. "

Rony menghela napas, menetralkan pikiran. Karena panik ia jadi susah berpikir.

Hening, mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Rony berusaha mengingat. Sementara Salma juga, meski ia juga tak tahu persis.

Kehilangan barang yang disayang apalagi punya nilai emosional pasti sebal.

Beberapa orang percaya bahwa cincin nikah hilang adalah pertanda buruk dalam pernikahan. Bahwa ada masalah yang sedang atau akan muncul dalam hubungan. Namun, perlu diingat bahwa kesalahpahaman dan konflik bisa terjadi dalam setiap hubungan, dan hilangnya cincin bukanlah penyebab utama.

Salma tetiba ingat akan mitos itu, ia menghembuskan napasnya perlahan. Teledor banget sih...

Lama hening akhirnya Rony bersuara, "Ca, kamu makannya udah? "

Salma mengangguk pelan, "Udah inget? "

Rony menggeleng, "Belum." lirihnya, antara kecewa pada dirinya sendiri dan takut membuat Salma kecewa.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang