58 Cookies : Aku siapa? Aku dimana?

3.7K 341 109
                                    

"Makasih."

Rony tersenyum, manis. Lalu berjongkok didepan perempuannya yang duduk bersila diatas sofa sambil menyesap susu hangat, khusus untuk ibu hamil. Rony yang membuatnya tadi.
Salma dirawat tiga hari dirumah sakit, dan sekarang sudah dipulangkan. Perawatan dilanjutkan pribadi dirumah. Tetap harus bed rest meski tidak total, Salma boleh melakukan kegiatan namun yang ringan-ringan saja. Karena Cookies pun masih cukup stress didalam perutnya akibat goncangan. Meski sekarang sudah membaik, Cookies kadang bergerak meski pelan. Dan tentu saja membuat kedua orang tuanya tersenyum senang.

"Mas, mau adain tujuh bulanan gak?"

"Eh? Akhir minggu ini 28 minggu ya?"

Salma mengangguk, "Iya."

"Boleh, sekalian syukuran juga karena Cookies baik-baik aja setelah jatuh waktu itu."

Salma mengangguk paham, menyesap susu hangatnya lagi. "Kamu maunya gimana? Pake adat jawa? Mitoni? Atau modern? Baby shower? Atau pengajian aja kaya kemarin pas empat bulanan?"

"Kamu sendiri?"

"Ish, kok nanya balik sih? Kan, aku minta pendapat kamu." gerutunya, mencebik.

Rony mengusap perut perempuannya, "Kalo Cookies maunya gimana? Atau mau langsung keluar aja?"

Salma mendengus, "Gak jelas."

"Kalau mitoni rangkaiannya pasti banyak, kondisi kamu sama Cookies belum bener-bener baik, Ca. Aku takutnya kamu kecapekan."

Lanjutnya, "Kalo baby shower kan budaya luar."

"Ya, kalo budaya luar emang kenapa?" Salma bertanya setelah menyesap susu hangatnya, lagi.

"Ya, gakpapa sih. Tapi kalo terus-terusan ngikut budaya luar yang kata orang-orang modern itu gak baik juga. Nanti budaya lokal perlahan ilang, banyak yang lupa. Terlebih generasi baru yang kemungkinan gak tau sama budaya lokalnya sendiri karena keseringan liat orang-orang ngelakuin sesuatu dari budaya luar."

Salma mendengarkan, mengangguk pelan. "Iya, sih. Sekarang mindset kebanyakan orang nganggap budaya lokal itu kuno. Gak kekinian, karena mereka jadiin budaya asing sebagai kiblat yang katanya 'modern' itu. Tapi kalo dipikir-pikir budaya luar juga bagus, gak buruk-buruk amat. Tapi tergantung kitanya sendiri sih. Harus pinter milah milihnya. Gak semuanya harus diikutin. Tapi lebih better di combine, budaya lokal sama budaya luar. Kayaknya seru!"

"Eh, orang Indo kan fomo sama budaya luar. Ah, contohnya orang-orang yang ngidolain aktor atau grup band korea. Mereka fomo ngikutin style pakaian atau pun gaya hidup sekalipun. Ada juga yang fomo sama budaya barat. Nah, kalo Indo fomo sama budaya negara lain. Kalo negara lain fomo juga gak ya? Kaya dinegara kita?" Rony jadi berpikir. Ah, mungkin saja bukan?

Salma langsung mengangguk, "Pasti, kan pengaruh globalisasi. Medsos?"

Medsos? Penyebar informasi yang cepat tanpa harus bersitatap. Berbicara langsung. Berita gosip saja mudah menyebar apalagi perkara budaya. Ah, mungkin dimulai dari budaya yang lumrah. Seperti lifestyle? Ootd?

"Jadi?" tanya Salma, lanjutnya. "Mau apa?"

"Kayaknya opsi baby shower enggak dulu deh, tapi kalo kamu mau gakpapa sih."

Salma menggeleng, meminum susu hangatnya lagi. "Mau nurut aja sama Suami."

Rony mendengus, tersenyum salting setelahnya.

"Opsinya tinggal dua berarti ya? Mitoni sama pengajian."

"Em, aku mau mitoni aja. Boleh?" sebenarnya Salma mengajukan pertanyaan sebelumnya hanya membuka akses untuk lelakinya berpendapat. Diskusi.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang