14 Lauterbrunnen 2

4.6K 340 100
                                    

"Ron! "

Zara menarik lengan Rony sebagai sarana menahan diri, badan Rony hampir terhuyung namun untungnya masih kuat menahan.

Zara memeluk lengan lelaki itu, "Hati-hati." peringatnya sambil melepaskan tangan Zara yang melilit tangannya, risih.

Salma memperhatikan, "Ra, lo gakpapa? "

Zara merapikan penampilannya, Rony memutar posisi membiarkan Salma yang berada disamping Zara. Zara menatap lelaki itu lewat sudut matanya.

"Hati-hati, licin. " Paul ikut memperingati.

"Lo gakpapa, Ra? " Salma mengulang pertanyaan.

Zara menggeleng, "Gue baik-baik aja kok, agak kaget aja untung gak beneran jatuh." lanjutnya, "Eh, thanks ya, Ron. Kalo gue gak pegangan sama lo mungkin gue udah jatuh. "

Rony hanya mengangguk, tersenyum tipis. Respon biasa, Zara menghela napas.

Salma jalan lebih dulu, mengapit lengan Zara. Para lelaki mengekor dibelakang hingga keluar lorong kembali pada lembah hijau yang luas.

Mereka cukup letih, memilih rehat sejenak di atas rerumputan hijau tanpa alas. Salma mengeluarkan tumbler air dari totebag putihnya. Membuka lalu minum, Rony mengulurkan tangan.

"Mau." pintanya. Salma menyerahkannya kemudian.

Paul menulis sesuatu dalam kertas sambil berceloteh.

"Aku senang duduk bersama alam untuk mencari tenang. Heningnya alam seolah mengerti akan semua keluhku. Tidak kutemukan penghakiman ataupun nasib yang dibanding-bandingkan. Maka aku sedikit merasa tenang, "

"Kamu tahu? Tenang yang kamu cari sebenarnya ada didalam dirimu sendiri, dan tugas alam hanya membantumu. Untuk meredakan setiap bisingnya kehidupan. "

"Kalau tenang itu ada didalam diriku, mengapa gelisah dan takut ini terus menghantui ruangku? "

"Sebab tenang itu ada didalam hatimu. Tenang itu saat hatimu mampu menerima setiap kegundahannya, dan saat pikiranmu mampu menerima setiap kebisingannya. "

"Kita memerlukan waktu untuk bisa belajar menerima. Maka wajar saja jika kita semua sering kehilangan arah untuk menemukan ketenangannya. " -temanplutoo

Rony menimpuk lelaki itu dengan rumput kecil yang ia cabut, terbahak mendengar celotehnya. "Sok puitis lu." ejeknya.

"Ih, bagus tau, Mas. " ralat Salma, Paul mencebik. "Gak ngehargain banget temennya lagi bersastra. "

"Lo lagi mode serius aja mukanya lawak, Powl. " kekeh Rony, "Sialan." ucap Paul, ketus.

Paul replek hendak memukul lelaki itu, mencubit. Namun Rony menghindar dengan sisa tawanya, Zara diam-diam memperhatikan interaksinya. Bibirnya tertarik keatas tanpa sadar.

Salma melerai, "Lu berdua ribut mulu heran gue. " keluhnya.

"Dia duluan. "

"Lo yang mulai duluan ya, Ron. " geram Paul.

"Lo! "

"Elo! "

"Elo bule kampung! "

"Elo Rony Elvano sengklek. "

"STOP! " bentak Salma, Zara tergelak. "Apasih, lo berdua kek bocah tau gak. " kelakarnya.

Salma mengelus dada, menghembuskan napasnya. Lelah.

●○●○●○●○

●○●○●○●○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang