"Ya Allah...hamba memang makhluk pendosa tapi tak punya malu datang hanya untuk meminta, Ya Allah...sesungguhnya engkau yang maha mengetahui segala isi hati. Engkau tahu bagaimana gundahnya hati ini, Ya Allah...aku meminta tenang, tenang dalam menghadapi setiap cobaanmu,"
"Ya Allah...salahkah jika seorang Suami ingin yang terbaik untuk Istrinya? Tidak kan? Ya Allah...buka jalan dan bantu aku untuk menunaikan kewajibanku, menafkahi Istriku. Sesungguhnya segala sesuatu yang ada dibumi ini adalah milikmu, termasuk perusahaan-perusahaan tempat aku melamar pekerjaan itu. Ya Allah...buatlah para penguasa itu tergerak hatinya, tergerak untuk melirik lamaranku..."
"Ya Allah...boleh kan aku sedih? Sedih karena merasa gagal menjadi Suami, sungguh pun engkau pasti tahu, tak ada sedikitpun niatku untuk lepas dari tanggung jawab itu. Ya Allah...jika takdir ini sebagai ujian, aku mohon akhiri ujian ini dengan nilai yang memuaskan, tuntun aku dan buka jalanku untuk menyelesaikan ujian itu,"
"Ya Allah...boleh aku bercerita? Aku mempunyai Istri yang cantik juga sholehah pun sabar dan pengertian yang tiada batasnya, bersyukurnya aku dia tidak menghakimi ataupun menuntut atas kekuranganku, terima kasih Ya Allah...terimakasih telah engkau hadirkan sosok wanita yang menjadi teman hidupku dalam wujud semenyenangkan itu, tolong perluas lagi sabarnya Ya Allah...tolong jaga dia, kasihi dia sebagaimana aku mengasihinya. Jikapun suatu saat nanti kita berpisah karena ajal, aku mohon ambil aku lebih dulu. Jangan perempuanku, karena aku tak akan mungkin sanggup hidup tanpanya,"
Sayup-sayup Salma mendengar suara lirih diselingi isakan itu, ia membuka netra. Tempat disisi kirinya kosong. Salma membuka mata lebih lebar lalu menoleh ke sisi kanan, ada seseorang yang tengah bersimpuh diatas sejadah disamping ranjang,menghadap kiblat dengan khusyuk.
Salma hanya diam, ia melihat jam. Belum subuh. Iya, sepertiga malam.
Ia mendengarkan kata demi kata yang keluar dari bibir yang sedikit bergetar itu, Salma melihat dari samping bahwa bahu lelakinya sedikit bergetar. Apalagi kala mengadu perihal kegelisahannya tentang pekerjaan. Ah, lelakinya sungguh ketakutan akan hal itu. Bukti bahwa ia memang sebertanggung jawab itu.
Salma pun melihat, tak jelas hanya separuh. Ia melihat pipi lelakinya banjir. Banjir air mata, beberapa kali tangan yang menengadah itu mengusap hidungnya. Kembali menengadah dengan senyum tipis kala menceritakan tentang dirinya. Hati Salma menghangat, merasa istimewa menjadi seseorang yang selalu disebut lelakinya dalam doa. Diceritakan dihadapan Tuhan pula.
"Ya Allah...sungguhpun aku sangat menyayangi Istriku, sehatkan lah dia, bantu dia melewati fase-fase sulitnya. Bantu aku juga agar senantiasa selalu mendampinginya. Dan, teruntuk bayi yang dikandungnya. Aku mohon, tolong jaga dia juga Ya Allah, lindungi dan kasihi bayi itu sampai kami bisa bertemu dengannya. Bertemu dengan wujud sebaik-baiknya tanpa kurang suatu apapun."
Rony memejam, menunduk. Melantunkan banyak lagi doa. Salma memperhatikan sampai akhirnya kata Aamiin terucap pun ia melihat lelakinya kembali bersujud, isakannya makin keras. Ingin rasanya ia merengkuh tubuh itu, menguatkan namun urung, Salma memilih membiarkan Rony berkeluh kesah pada Tuhannya saja.
Salma trenyuh, si cengeng itu. Iya, suaminya. Rony selalu saja membuat hatinya bergetar, getaran bermakna syukur. Syukur yang teramat. Salma pun bermunajat, meminta agar Tuhan mengabulkan semua pinta lelakinya yang sederhana itu.
Tuhan, lihatlah kesungguhan lelakiku...
Ditengah tangisnya, Rony langsung terdiam. Ia mengingat satu hal, ia bangkit cepat, Salma yang sudah waspada langsung memejam. Pura-pura tertidur.
Rony menoleh pada perempuan yang nampak tertidur lelap diranjang, tepat disamping ia menggelar sejadah.
Rony menghela napas, "Untung gak bangun," ujarnya sangat lirih, suaranya bindeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Switzerland (END)
Teen Fiction#Karya 4 [Romance Funfiction] Sequel You're SPECIAL ●○●○●○●○ Switzerland is a dream country bagi seorang gadis untuk melanjutkan pendidikannya disana, namun orang tuanya melarang jika ia hanya pergi seorang diri. Jalan pintasnya adalah ia dinikahkan...