11 Deeptalk with U

4.9K 352 143
                                    

"Si Amel nanyain lo, Ron. "

Lanjutnya, "Nanyain lo juga, Sal. "

Raut wajah keduanya yang semula tegang nampak sedikit rileks, Salma menghembuskan napasnya. Rony memperhatikan air muka perempuannya, sedikit berubah. Lantas ia menatap Paul.

Paul berbicara lagi setelah mengunyah, "Lebih tepatnya nanyain kabar kalian, mungkin basa-basi doang kali. Nanyain kabar gue juga soalnya, sebelum kalian ribut mending gue jelasin sekalian. Jadi gue satu hari sebelum kesini tuh sempet ketemu sama Amel waktu gue beli pecel lele. Kan ngantri tuh, mungkin dia gak enak karena kenal gue tapi gak nyapa. Dia nyapa, awalnya gue juga gak ngeh kalau itu Amel. Terus yaudah kita saling sapa, ya kan bagaimana juga gue juga sempet deket sama dia karena dia temennya Nabila. Terus denger kalian juga udah baikan kan sama dia jadi yaudah gue lanjutin ngobrol, basa-basi doang. Awalnya dia nanya kabar gue terus ke kalian berdua sama Nabila juga. "

Paul menghela napas dulu, Rony dan Salma kompak mendengarkan saja. Tidak ada yang memulai menyela diantara mereka, menimalisir kesalah pahaman karena emosi yang mendadak tak stabil. Apalagi Salma.Rony pun demikian, mereka mempunyai problematikanya sendiri dengan perempuan itu.

Lanjutnya, "Terus gue jawab semuanya baik-baik aja, meskipun gue gak tau berita validnya kek apa. Tapi gue rasa kalian baik-baik aja. Terus dia juga nitip salam. Udah sih gitu doang, gue cuma nyampein. Jangan ribut lu pada." pungkasnya.

Pasutri itu kompak menjawab lirih, "Waalaikumussalam."

Menyadari Salma yang nampak diam saja, mungkin sedikit syok atas kalimat pembuka dari Paul. Manusia itu memang bermulut berbisa, asal ceplas ceplos saja. Atau Salma overthinking atau trust issue padanya? Ah, Rony jadi berpikir yang tidak-tidak.

Tangan kanannya turun mengelus lutut kiri Salma yang membuat Salma langsung menatapnya, hanya dari tatapan keduanya langsung paham. Salma tersenyum tipis, ia tahu Rony sedang memastikan perasaannya. "Aku gakpapa. " ucap Salma tanpa suara.

Rony masih saja menatapnya, memastikan. Tangan kiri Salma naik mengusap bahu Rony. "Mam lagi, mau disuapin? "

Rony menggeleng, menurut melanjutkan makannya.

"Ada kabar baru juga. " celetuk Paul, lagi.

Rony mengangkat alis sambil mengunyah sedangkan Salma menimpali tak enak Paul sedari tadi berbicara sendiri. "Apa? Lama-lama lu jadi member lambe turah, Ul. "

Paul memutar matanya, malas. Ia hanya berbagi cerita. Pikirnya.

"Si Bagas dipenjara. "

"Hah? " kompak keduanya, respon wajar.

"Lo serius? Dapet berita dari mana lo?" itu suara Rony. Salma menimpali, "Terus si Amel gimana? "

Paul menjelaskan, "Bagas dipenjara gara-gara ketahuan jadi agen pengedar sabu. Dia direhab juga sih, soalnya ngonsumsi juga. "

Salma dan Rony kompak nyebut dalam hati, Paul melanjutkan ceritanya. "Denger kabar Bagas dibawa ke kantor polisi bikin si Amel kontraksi, padahal usia kandungannya baru nginjak delapan bulan dan terpaksa harus diambil bayinya. Awalnya selamat bayinya tapi berhubung lahirnya prematur jadi belum ada sehari bayinya meninggal. "

Salma nyebut lagi merasa miris juga iba, Rony tak jauh beda. Sedikit terkejut mendengar cerita Paul. Salma nyamber dengan semangat, "Terus sekarang gimana keadaan mereka? "

"Ya, Bagas tetep dipenjara gak tau gue berapa lamanya. Kalau Amel sempet frustasi. Gue juga kalau jadi dia frustasi sih, tapi sekarang kayaknya udah mulai berdamai sama keadaan buktinya waktu gue ketemu dia baik-baik aja. "

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang