6

233 6 0
                                    

Rere dan Zahra sudah ku hubungi,memberitahu mereka jangan ke rumah.Kakak beradik itu sempat menginfokan akan berkunjung kesini,lekas ku tolak.Aku tidak ingin mereka melihat-lagi,hal buruk selama aku menikah dengan Ayah mereka.

Sudah cukup memori mereka merekam jejak-jejak kejadian yang seharusnya tidak mereka konsumsi.Kedewasaan kedua anak itu patut ku syukuri.

Tumbuh sebagai anak yang hidup dikehidupan tidak sehat,sudah jelas mengganggu mental.Tapi sebagai ibu,aku harus tetap waras memperlakukan mereka lebih adil.

Rere selalu bilang "lakukan apa yang menurut mama bisa bikin bahagia,karna menikah itu tujuannya untuk bahagia" Aku tau yang dimaksud anak itu Mas Alfi.Karna semenjak nikah sirih,dia melihatku sudah memiliki peralihan masalah.Lebih tepatnya,obat penyembuh-kata Rere.

Rere tau betul bagaimana beratnya beben yang ku pikul.Dia salah satu saksi bisu bagaimana Ayahnya memperlakukanku.Efek yang ku terima aku jadi jarang keluar kamar,setiap malam mimpi buruk dan emosi berubah-ubah.

Rere : klw ga bisa dirmh,kita ketemu ditmpt biasa bisa kan mah ?

Balas : bisa syg 🥰

Rere : okeyyy lov u mah ❤️

Balas : ❤️ u to honey

Planing yang diatur Rere batal.Caffe biasa yang kami sambangi terlalu ramai pengunjung.Rere anaknya kurang nyaman dengan kebisingan,dia lebih suka keheningan dan kami berakhir di Apartementnya.

Semenjak bekerja,dia tinggal berdua dengan adiknya.Ide itu,aku setujui.Mengingat anak perempuan tinggal sendirian membuatku sangat kawatir.Tempat kerja Zahra cukup dekat dari Apartement,hanya menempuh jarak sekitar sepuluh menit.

Kata Rere,adiknya itu tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan peresmian cabang perusahaan yang bergerak dibidang perhotelan.Rencananya,minggu depan akan dilaksanakan dan mengundang beberapa artis model.

Mini pantry Apartement Rere bersih dan rapi,tanda jarang digunakan.Dua gelas teh hangat buatannya sudah tersaji di meja,juga beberepa potong roti dioles selai coklat kesukaanku.

"Aku denger Lia udah persiapan skripsi ?"

Aku tersenyum,artinya dia sering komunikasi dengan adik tirinya itu.Meski tidak sedarah,Rere sangat menyayangi adik-adiknya.Perhatiannya cukup ku acungi jempol.

Sebuah paparbag besar di sofah,katanya hadiah untuk adiknya jika sudah selesai mengajukan skripsi.

Padahal belum juga di ACC Dosen.

"Kamu kapan cuti ? Papah mau ngajak liburan ke Lambang..."

Tubuhnya berbalik,memperlihatkan wajah yang ditekuk.Aku menelisik,dari ekspresinya sudah bisa ku tebak.Si anak kuat ini,masih dalam jawaban yang sama seperti yang sudah-sudah.

"Kenapa gak aku aja sih diangkat jadi bos ? mau cuti kapan aja gak ada yang bisa ngatur !"

Aku terkekeh,setelah badannya kembali menghadap westafel mencuci bekas piring makan kami.

"Udah berapa kali papah ngajakin,tapi aku selalu gak bisa.Gak enak hati banget tau Mah,ntar Papah mikirnya akunya yang gak mau"

Dari pantulan dinding kramik,ku lihat bibirnya mengerucut.

Kunyahanku sempat terhenti,hampir tersedak karna merasa lucu dengan sikapnya.

"Papah tau kok kamu sibuk.Soal bisa atau enggak Papah tetep infoin.Kali aja kamu bisa kan ?"

"Ck ! Andai aja aku yang dipindahin ke Bandung,dengan seneng hati aku iyain"

Bulan kemarin salah satu temannya dimutasi ke cabang Bandung,harusnya dia.Tapi,aku minta dipikir-pikir dulu.Aku memikirkan Zahra,jika kakaknya pindah ke Bandung,siapa yang menemaninya ?

Ada sedikit rasa bersalah dihatiku,tapi ini demi keamanan bersama.Jika Rere pindah ke Bandung,sudah pasti suatu hari Ayahnya akan menyusul.Tidak lucu,semua rahasia akan terbongkar.

"Iyaa Mamah minta maaf..."

"Apa sih Mah ?"

Tuan is calling....

Netraku menangkap layar ponsel,seketika emosiku meruak begitu saja.

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang