Dia seperti orang kerasukan setan,mengadu semua kelakuanku kepada Papa.Selama ini,aku memang anak yang tidak pernah mengadu apapun kepada orang tua sekalipun sudah diselingkuhi ataupun mengalami KDRT.Kecuali,sebagian keluargaku yang menceritakan.
Sejujurnya aku ingin,tapi takut jika mereka berkata 'itu pilihanmu dulu !' makanya aku lebih memilih diam dan menghadapinya sendiri.
Ponselku yang dicolongnya ketika sedang mandi,dibawanya kepada Papa.Aku mengutuk diri kenapa bisa seteledor ini ? Harusnya ponsel itu ku bawa saja sekalipun ke kamar mandi.
Sial !
Disana ada beberapa chat-ku dengan Ayy,juga Mas Alfi.Untungnya,dia lebih bodoh dari pada aku.Karna malah menuduhku berselingkuh dengan Ayy.
"Coba Papa buka,kali aja ada foto senonoh yang dikirim Ebi ke orang itu"
Aku menggeleng tak habis pikir.Bisa-bisanya dia berasumsi demikian.Rasanya aku ingin tertawa,tapi yang ku lakukan hanyalah diam dan membiarkannya mengotak atik ponselku.
Bukannya dia yang sering meminta foto senonoh dari selingkuhannya ? Mengotori matanya hanya demi memuaskan nafsu.
"Kamu saja,karna kamu suaminya"
Papa menolak,dan gurat wajah kecewa Papa kepadaku jelas sekali terlihat.Aku ingin memaki,tapi tidak ingin membuat masalah semakin kacau.
"Aku benar-benar gak nyangka Ebi begini Pah"
Papa tetap terlihat tenang,memandangku.
"Ebi ? Siapa pria itu ?"
Aku langsung menjelaskan kepada Papa,sebab dan alasannya.Terdengar nafas Papa agak berat,disertai bahu yang turun.
"Menurut Papa masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan.Tidak baik jika orang-orang tau dan malah menjadi gosip.Lebih baik kalian berdua yang menyelesaikannya sebagai suami istri"
Aku tersenyum dalam hati.
"Lagian kan pria itu juga jauh dan tidak tahu menahu soal status istri kamu.Mungkin lebih tepatnya virtual.Papa anggap pria itu tidak bersalah.Ini hanya persoalan Ebi yang merasa sudah tidak dicintai makanya nekat mencari perhatian dari orang lain"
Aku menunduk,memberikan semua kuasa kepada orang tua untuk menanggapi,meski aku tau endingnya tetap sama seperti yang sudah-sudah.
Pernikahan kami akan tetap diminta dipertahankan.
"Tapi Ebi,Papa ingetin...Jangan pernah membalas dendam sekalipun hatimu ingin.Biarkan semua berjalan dengan sendirinya sesuai keinginan Tuhan.Begitupun sebaliknya,sebagai suami kamu harus bisa pahami keadaan istrimu.Intinya,kalau ada masalah sebisa mungkin kalian selesaikan sendiri.Papa tidak ingin Mama kalian sampai dengar..."
Untungnya,sore ini Mama sedang tidak berada di rumah.Penyakit Mama bisa kambu dan akulah orang yang pertama pasti disalahkan.
Hingga saat ini aku belum bisa menebak,apakah Mama sudah menceritakan kepada Papa soal pernikahan sirihku dengan Mas Alfi ?
Jika sudah,demi Tuhan aku benar-benar belum siap melihat ataupun mendengar khotbah ceramah dari Papa.
"Bukannya Papa mengusir,lebih baik kalian berdua pulang sebelum Mama balik.Papa mohon kerja sama kalian menjaga kesehatan Mama"
Tanpa menunggu,aku bergegas naik ke motor dan meninggalkan kediaman Papa yang memang terbilang agak jauh dari rumahku.Beberapa bulan terakhir,aku jarang mengunjungi mereka.Bukan karna mendewakan ego,tapi aku lebih memilih menghindari berbagai macam hal yang menimbulkan perdebatan bersama Papa.
Papa dan Mama cukup paham dengan sikapku,mereka tau betul bagaimana aku.Sebelumnya aku juga sudah mendiskusikan dengan Mama dan beliau tidak memaksa.Hanya demi menjaga nama baik Papa dan keluarga,Mama ingin aku tetap bertahan saja.Hanya itu permintaan Mama.
