11

153 4 0
                                    

Kalau ditanya,kenapa aku begitu berani melakukan hal yang dilarang oleh agama ? Jawabannya,aku bukan malaikat yang penuh suci.Aku manusia biasa penuh dengan dosa dan kekotoran.

Delusi bukan ?

Lalu,kenapa sudah tau malah dilakuin ?

Lebih tepatnya,aku hanya menjalankan takdir...

Benci ? Tidak.Hanya saja,setiap aku melihatnya,ada rasa sakit yang membuatku tak ingin mengingatnya sedikipun.

Mungkin,perihal perasaanku itulah Tuhan menakdirkan hidupku harus seperti ini.Dari paling dasar hatiku sangat menginginkan ada seseorang yang bisa membuat hari-hariku tanpa beban.Barangkali,itulah kenapa dari banyaknya manusia Tuhan malah memilihku menjalani pernikahan seperti ini.

Ada beberapa dari sahabatku bertanya,lo yakin tuh laki tulus sama lo ? lo gak trauma kalau semisal dia juga selingkuh dari lo ? secara dia kan jauh.Lo juga gak setiap hari sama dia.Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya hanya bisa tertahan di tenggorokkan.

Sekali lagi,aku hanya menjalani takdir.

Selebihnya,jika memang Tuhan mengujiku lebih dari pada ini,aku hanya bisa berdoa diberikan kelapangan hati dan jiwa yang kuat.

Aku bangga pada diriku sendiri,karna semua yang aku hadapi tanpa campur tangan siapapun.

Memilih diam itu lebih baik,dari pada harus berperang dengan ego dan emosi orang lain.Ikhlaskan saja orang lain mau memandang kita baik atau buruk,karena seseorang yang sudah berfikir negatif tentang kita,tidak akan pernah dilihat sisi baik yang kita lakukan selama ini.

"Bokapnya Rere nge'dm gue Bi..."

Es teh yang ku sedot tadi seketika mencekik leherku.

Tapi gumamam Indah tidak ku sahuti.Membahas soal lelaki itu membuatku malas.

"Lo ngusir dia ?"

Hhh...

Malas sekali rasanya untuk klarifikasi.

"Kata dia,dia masih gak abis pikir apa kesalahan dia sampe lo usir"

"Intinya gak mungkin gak ada asap kalau gak ada api"

Indah mengatupkan bibirnya kembali,dengan anggukan pelan.

"Ck,tapi semua juga tau kok kelakuan dia kek gimana.Biarin dia ngerasain gimana kalau gak ada lo"

"Masalahnya,Zahra belum tau Bokapnya gue usir..."

Gumamku menghela nafas berat.

Indah membenarkan cara duduknya.Menarik mug es tehnya lebih dekat kearahnya.

"Yaaa...tinggal jelasin aja.Zahra kan juga udah dewasa Bi.Kadang tuh anak cuma tau doang orang tuanya ribut,dan mereka jadi malu.Pemahaman anak-anak tuh masih kurang karna belum ngalamin"

Benar,akulah yang terlalu berlebihan.

"Lo terlalu ngejaga perasaan anak lo.Skali-skali pikirin juga perasaan sendiri.Jangan sampe gila !"

Abang is calling...

Mataku mengunci pada layar ponsel.

Lekas ku raih sebelum Indah melihat dan bertanya.Watak Indah aku tau betul.Dia tidak akan menggali informasi langsung dari orangnya,tapi dia akan mencari tahu dari orang lain.

Ku biarkan telepon terus berdering,menunggu sampai berhenti.Aku tidak punya keberanian untuk bersandiwara disituasi seperti ini.

"Kok gak diangkat ?"

Tuh kan ?

"Ck,males gue"

Males karna ada lo ratu intel !

"Emang siapa yang nelpon ?"

Ingin ku remas mulut bawelnya.

Bukannya makan malah banyak nanya.Dasar kepo !

"Temennya dajal ! Paling mau nanya masalah temennya kenapa gue usir"

Aku terpaksa berbohong,dan berencana sepulang dari sini baru ku hubungi kembali si Alwi.

Namun,belum juga sempat aku mencari alasan untuk harus pulang,Alwi sudah lebih dulu mengirimiku dm.

Papah sakit Bun...

Hah ?!

Pikirannku semakin kacau.Aku belum bisa berangkat sekarang,ini terlalu mendadak.

"Eum...beb,gue balik deluan yah ? Perasaan gue nggak enak"

"O-...Iyah iyah.Lo tiati beb,jangan ngebut.Gue kawatir lo lagi stress soalnya..."

"Iyaah enggak...Lo tenang aja gue gapapa kok.Aman..."

Lekas ku sambar tas di meja beserta kunci motor dan meninggalkan area Caffe sesegera mungkin.

Ku pastikan jarakku sudah jauh dari Caffe tadi,aku berhenti dipinggir jalan.Ku rogoh ponsel dalam tas.

Segera ku hubungi kembali Alwi,anak itu pasti menunggu balasanku.

"hallo Bun ?"

"Papah gimana Bang ? Kok tiba-tiba banget ? Mulai kapan sakitnya ? Lia mana ? Atau kamu yang baru ngabarin Bunda ?"

"Bunda satu-satu nanyanya ah"

Aku terlalu panik.Hingga klakson dari belakang membuatku naik pitam.

Pipp pipp !!
Piiiipppp !!

"BACOT !"

Aku berteriak,lupa dengan telepon yang masih terhubung.

Seorang pria,turun dari mobil melangkah menghampiriku.Aku memincingkan mata,berusaha melihat jelas dari kesehatan mataku yang rabun jauh.

Setelah dia semakin dekat,barulah aku menyadari...

Ayy ?

Ya Tuhan...Cobaan apa lagi ini ?

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang