Sebuah Resto bintang lima di Bandung,pilihan Alwi.Malam minggu seperti saat ini pasti ramai pengunjung.
Alwi mereserfasi meja paling sudut sesuai permintaanku.Dia tau betul aku suka sekali menikmati makan malam sambil melihat suasana diluar dengan leluasa.
Apa lagi melihat kendaraan yang lalu lalang,atau pejalan kaki disekitar lampu gantung.
"Lusa Bunda jadi balik ?"
Aku mengiyakan pertanyaan Lia sambil mengangguk,sayang sekali jika stick daging sapi ini ku lewatkan.Ini terlalu lezat di lidahku.Bumbunya pas,juga cara bakarnya yang entah bagaimana sehingga membuat dagingnya empuk.
"Oh iya,Papah dapat salam dari Mba Rere.Katanya pengen banget ke Bandung,tapi belum ada waktu"
Mas Alfi tersenyum simpul.Aaaaa suamiku terlihat sangat maskulin malam ini.Boleh cium nggak ? Hahaha
"Mba mu itu sibuknya bermanfaat,so whatever happens...Papah selalu maklumin dia"
Mas Alfi tidak membeda-bedakan anak-anak.Meski kadang kami berselisih faham,beliau akan selalu menempatkan anak-anak diatas keadilan.
"Tapi kapan sih kita bisa ngumpul bareng ? Liburan kemana gitu Pah ?"
"Ya doain aja Mbamu bisa ambil cuti secepatnya.Makanyaaaa,kalian berdua jangan banyak minta-minta dulu sama Mba.Kasian loh jadi perempuan musti kerja keras,bukannya hasilnya dinimkatin malah abis dipake nafkain adiknya yang suka jajan gini"
"Tau ! dikit-dikit jajan,dikit-dikit sepatulah,taslah,bajulah.Hadeuuhhh kapan Mba bisa ke Bandung coba ?"
Alwi mendumel sewot.
"Eh,bagusan gue yah ! Lo jarang minta,tapi sekalinya minta,harganya jutaan anjing !"
Lia berseru dengan sendok yang diarahkan ke Abangnya.Aku dan Mas Alfi terkekeh menanggapinya.
"Nah itu dia Lia.Mba kan lebih sayang ma gue dibanding lo"
"Paaaapaahhh ! iihh Abang niiihh"
"Dih ? Ngadu hemmmm"
"Udah-udah aah.Tahan dulu,ntar sampe rumah baru dilanjutin"
"Bundaaaaaaa"
Hahaha !
Pengunjung semakin berdatangan.Denting sendok mengiringi alunan music clasik yang romantis menambah ketenangan hati.
Mulai aku was-was,menyadari lirikkan sinis dari suamiku.
Ini pasti perkara gaun lagi deh !
Pura-pura ku acuhkan,malas beradu urat leher apa lagi ditempat umum seperti ini.
Asik menikmati hidangan,Alwi yang sibuk menerima telepon dari temannya menjadikanku mengambil kesempatan mencairkan suasana.
"Ntar gue kirim aja filenya ke email lo.Ngerjainnya gue tuntun dari vc aja gapapa kan ?"
"Makan dulu Abang.Ntar makanannya ngambek loh lama dianggurin ? Kamu mau nambah dagingnya yank ?"
Mas Alfi mengangguk,segera ku ambil piringnya.
"Nih,makan yang banyak yank.Soalnya butuh tenaga nahan kangen kalau aku besok pulang"
"Tinggal disusul aja gampang kan ?"
Aku melipat bibir menahan pipi yang tersipu malu.
"Bro im so soryy.Ntar kita bahas lagi,soalnya gue lagi quality time nih mah keluarga"
"...."
"Okok.Aman semuanya.Bye"
"Bunda ke toilet dulu"
"Aku antar yank ?"
Tawaran Mas Alfi ku tolak dengan lambaian tangan,dan dia mengiyakan.
Baru beberapa langkah aku meninggalkan bangku,kakiku tersandung akibat heels yang agak tinggi dan aku,menabrak bahu seseorang.
Deg !
Kenapa,dari sekian banyaknya Restaurant di kota Bandung ini,aku malah bertemu-lagi dengan orang yang tidak ingin lagi ku lihat.
Ketika kepalaku terangkat,
Ayangsa Gamal !
Tubuhku langsung menerima respon gemetar kala dengan gesit tangannya menangkapku.
"Hati-hati Mba-....Ebi ?"
Aku memejam erat,menahan rasa kesabaran yang setipis tisu untuk tidak menamparnya.Ku benarkan rambut yang sempat berantakkan,juga menata jiwa yang berkecamuk.
"Lain kali kalau jalan pake mata.Minggir ! Gue mau lewat"
Tanganku dicekal,sudah tentu aku kalah cepat darinya.
"Ebi,tunggu..."
Sialnya,dia tidak memberikanku celah untuk melarikan diri.Aku berdoa didalam hati semoga Mas Alfi dan anak-anak tidak menyadari keberadaan Ayy disini.
"Gue mau ngomong sama lo.Important..."
Aku memaki dalam hati,tapi yang bisa ku lakukan hanyalah menghela nafas kasar.Aku berbalik menghadapnya,menatapnya penuh luka.
"...Gue kesini gak sendirian asal lo tau.And one more,gak ada lagi yang musti dijelasin..."
Intonasiku pelan,tapi cukup membuatnya terdiam.
Sempat terdiam,dia kembali melontarkan kalimatnya.
"Bagi gue ini penting dijelasin Bi.Lo gak tau gimana rasa bersalahnya gue pas gue tau lo sakit ga-..."
"Ada apa ini ?"
Demi Tuhan...
Itu suara Mas Alfi yang menyusulku.Aku terdiam seribu bahasa.Ayy juga sama diamnya,barangkali ikut terkejut oleh kedatangan Mas Alfi.Aku menunduk,karna telah merasa bersalah seolah menyembunyikan sesuatu-lagi kepada Mas Alfi.
"Yank ?"
Mas Alfi memiringkan kepala menghadapku.
"Eum Al,ini-...ini gak seperti yang lo pikirin..."
Ayy mencoba menjelaskan.Lidahku kelu untuk mengeluarkan kalimat meski dengan bentuk apapun tidak akan bisa menghapus kesalah fahaman Mas Alfi terhadap kami.
"Emang menurut lo apa yang gue pikirin ?"
Balas Mas Alfi terdengar mengacaukan perasaanku.
"Kita pulang"
Ucap Mas Alfi dingin.
"Al,Al tunggu..."
Ayy menahan lengan Mas Alfi,aku mohon Ayy...
"Lepasin tangan gue atau,rahang lo geser Ayy"
Aku tidak terkejut dengan sikap Mas Alfi,karna memaang ini salahku.
"Ta-..."
"Gue ke-cewa sama lo anjing !"
Tunjuk Mas Alfi ke wajah Ayy yang sudah pias.
