55

91 4 0
                                    

Aku tidak tahu semesta sedang mengatur nasibku seberantakan apa,yang pasti ini sungguh mengaburkan jiwaku.

Hidupku banyak disuguhi kejutan-kejutan yang susah ku tebak.Sore ini,Alwi menambah ketegangan di rumah tanggaku bersama Ayahnya.Mantan kekasihnya yang bernama Reva,muncul tiba-tiba mencari anak itu di rumah.

Aku mulai disulut berbagai pikiran negatif.

Aku ingin mengetahui fakta yang sebenarnya.Karna setauku anak itu sudah mengakhiri hubungannya bersama gadis yang memiliki nama yang sama dengan mantan kekasih Mas Alfi.

Aku bukannya egois,aku dan Mas Alfi sama-sama memiliki masa lalu.Akupun juga sadar dengan sikapku yang berlebihan tidak menyukai Alwi menjalin asmara dengan gadis yang sudah duduk diruang tamu bersama kami ini.

Masalahnya,sebelum terlalu jauh Alwi berpacaran dengan Reva,aku sudah lebih dulu mencari tau tentang latar belakang gadis ini.Bukannya sombong atau terlalu proktektif terhadap anak,aku seorang ibu juga ingin yang terbaik buat anak-anaknya.

Kembali lagi,aku bukannya mengatur 'semau gue' soal hak anak dalam menjalani sesuatu dalam hidupnya.Aku hanya ingin memutus rantai plot twist yang kapan saja bisa menjadi boomerang tersendiri bagi kehidupan kami termasuk mengambil tindakan soal Ayy dan Nathan.

"Maaf Tante,Om...saya kesini ingin berbicara langsung dengan Al"

Aku menyimak dengan baik.

Setahun lebih berpacaran dengan Alwi,baru kali ini aku melihat jelas raut dan sikap Reva bagaimana.Cukup sopan sebenarnya,tapi tetap saja tidak mengena dihatiku.

Gadis ini selalu mengingatkanku pada mantan Mas Alfi.

"Maaf,Alwi sekarang sedang tidak di rumah"

Mendengar jawaban Mas Alfi,wajah anak ini terlihat sendu.Mataku terus menelisik tubuhnya,aku banyak dirundung praduga yang mengacaukan isi kepalaku.

"Eum...boleh saya tau Alwi kemana Om ?"

"Langsung saja.Kamu mau apa ?"

Aku tidak bisa menahan kesabaran.Aku ingin tahu apa sebenarnya yang mengharuskan dia mencari Alwi ?

"Yank..."

Mataku melirik sinis kearah Mas Alfi yang terlihat sedikit canggung.

"Saya ingin berbicara pribadi dengan anak Tante"

Lancang sekali dia !

"Kalau saya tidak izinkan ?"

"Yank ?"

"Diem Mas ! Sebagai ibu saya berhak kan ?"

Desisku membantah suamiku.

"Tapi saya harus Tante,maaf..."

"Berapa lama kamu menjalin hubungan dengan anak saya,pasti kamu sudah tau betul bagaimana sifat anak saya"

"Hubungan kami berakhir karna Tante tidak menyukai saya"

Jawabannya,semakin memancing emosiku.Penilaianku terhadap gadis ini,tidak salah kan ? Alwi pantas meninggalkannya.

"Kamu sudah tau,kenapa masih berharap ?"

Ujarku dengan nada menekan.

Senyumnya tidak enak,juga gurat Mas Alfi ketika melihatku.

"Saya berharap,karna Alwi menghidari saya sebelum hubungan kami benar-benar selesai Tante"

"Kamu minta kejelasan hubungan ?"

Tanyaku tidak habis pikir.

"Bukannya dengan dia menghindari kamu sudah sangat jelas,kalau Alwi sudah tidak ingin berpacaran dengan kamu ?"

Sambungku menasehatinya.

"Saya paham,tapi saya juga berhak meminta kepastian dari Alwi.Saya masih punya harga diri Tante,dan saya rasa sangat tidak adil jika Alwi menggantungkan begitu saja hubungan kami"

Menggantungkan ?

Apa maksudnya Alwi belum benar-benar memutuskannya ?

"Kalau begitu,biar saya yang memastikan.Saya tidak merestui hubungan kalian !"

Tepat pukul tujuh malam,Alwi tiba di rumah.Aku dan Mas Alfi sudah duduk diruang makan,menunggu anak-anak untuk makan malam bersama.

Selesai ini,aku berencana harus berbicara serius dengan Alwi mengenai kejadian sore tadi.Terlihat putraku keluar dari kamarnya dengan wajah yang sudah segar dan wangi tubuh maskulinnya menusuk hidungku.

Pandanganku tak lepas darinya yang mengacak-ngacak rambut.Dalam hati aku membatin,anak laki-lakiku satu-satunya kini telah tumbuh dewasa.Terlahir dengan wajah yang tampan,kulit putih dan hidung yang mancung,kadang membuatku bertanya-tanya,foto Mas Alfi dulu waktu kecil tidak mirip dengan putranya.Tapi,karakter dan sifat Alwi hampir 90% mirip Ayahnya.

Setiap ada sesuatu yang tidak disukainya,anak ini lebih memilih diam.Suka menyimpan masalah sendiri dan sering menghabiskan waktu di kamar jika hari libur.

Dia juga tidak terlalu menyukai keramaian,atau kebisingan.Tapi yang aku bingungkan,dia malah bekerja paruh waktu di Caffe milik Ayy.

"Lia mana ?"

Dia bertanya ketika sudah mendaratkan bokong di bangku.

"Masih mandi kali.Coba kamu cek dulu"

Ketika dia menuruti perintah Ayahnya,aku lekas menyibukkan diri mengisi masing-masing piring mereka dengan nasi.

"Kamu terlalu kentara gugupnya yank"

"Ck,udah diem ah"

Suamiku terkekeh,karna dia tau betul bagaimana aku jika menghadapi Alwi.Seperti orang yang akan dijemput polisi.

"Padahal anak sendiri loh hehehe"

"Diem gak ?"

Bahunya spontan ku pukul.

"Malam Pah,Bun !"

"Malam sayang.Wiih,anak Bunda udah cantik banget ! Mau kemana hem ?"

"Lia jam delapan ada acara di hotel.Ultahnya Siska Bun"

Aku mengangguk mengerti.

"Abang,Lia pinjem mobil yah ?"

"Gue anter"

Tuh kan.Bibir andalan Lia mulai munyun.

"Ih,Lia kan mau jemput Siska Bang"

"Yaudah,dianter Bang Ali aja"

"Ab-..."

"Nolak,gak usah pergi"

Tuntas.

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang