8

196 4 0
                                    

Bahagia sekali rasanya kalau sudah berada diperjalanan menuju Bandung.Rasa ketidak sabaranku sampai di rumah kadang membuatku ingin menggantikan pilot agar lekas tiba di Bandung.

Kedatanganku membuat suasana yang tadinya sepi berubah menjadi berisik.Aku yang suka mengecek kamar anak-anak dan mengomel jika isinya berantakkan.

Apa lagi kamar Lia,bungkusan pembalut dimana-mana,bra yang tergantung dipinggir keranjang pakaian kotor,atau piring dan gelas bekas makannya semalam.

Berbeda dengan Alwi,anak itu tidak suka hal-hal yang berantakkan.Dia selalu rapih dan kamarnya akan selalu wangi setiap masuk kedalam.Yang minusnya,galon diatas dispanser selalu kosong atau lupa membuka gorden.

"UMAAARRR ?!"

"UMAAARR ?!"

Umar masuk tergopoh-gopoh.

"Iyah Bu ?"

"Bang Ali mana ?"

Karna sejak aku tiba,aku belum melihat batang hidung Bang Ali dimana.Biasanya,orang itu yang selalu menyambutku dengan berbagai ledekkannya.

"Keluar Bu.Tapi gak ngomong mau kemana"

Kebiasaan !

"Pake motor saya ?"

"Iyah Bu..."

"Hhh ! yaudah,kamu aja yang pergi bawa ke loundry gorden ini.Yang expres yah ?"

"Oh,baik Bu"

"Ini duitnya.Sisanya beliin dada ayam dua di alfa.Saya mau masak"

"Siap Bu"

"Oh iya,abis balik kamu bersihin galonnya Alwi.Bapak udah telepon tukang galonnya,nanti kamu layani aja"

"Siap Bu"

Soal Lia dan Alwi tak perlu ku tanya dimana dan kemana.Kedua anakku itu semalam menginap diluar.Alwi yang praktek di RS,dan Lia yang nginap dirumah Selfi.

Info itu,diberitahu oleh Ayahnya kemarin.

Asyik membersihkan dapur,Aku terkaget oleh sebuah pelukkan dari belakang.Siapa lagi kalau bukan Mas Alfi.Dia akan selalu memberikan perlakuan-perlakuan kecil yang membuatku cukup tersipu.

Sederhana,tapi sangat membuatku merasa dicintai.

"Udah lama hem ?"

Bisikkan halusnya di telingaku,menggelitik hal aneh didalam sana.Aku,selalu dibuat merinding.

"Lumayan..."

"Kok gak bangunin aku sih ?"

"Orang kamunya molor lelap banget.Lemburkan semalam ?"

"Hem..."

Dia semakin mengeratkan pelukkannya.Mencumbui kecil bagian leherku.Aku tau apa maksudnya.

"Yank ihh...orang lagi beres-beres juga"

"...makanya kalau abis keramas itu jangan pake daster..."

Huuufff...

"Yaudah aku pake jubah aja ntar"

Bibirnya yang kenyal menjalar ke tengkuk,demi Tuhan ini sungguh menyiksa.Apa lagi,sebelah tangannya turun mengelus bagian pahaku.

Ya Tuhan....

"Yank,ini di dapur loh.Ntar Umar atau Bang Ali masuk gak lucu tau !"

Dia tidak mengindahkan,tangannya semakin liar meremas bagian dadaku.Nafasnya memburu,syarat akan gairah yang beberapa hari tertahan.

Akupun tidak munafik,selama disana aku sudah tidak merasakan lagi kenikmatan-kenikmatan yang dulu sering menjadi kegiatan malamku.Bukan tidak diberikan,tapi akulah yang selalu menolak.Alasannya sederhana,gairahku tak ada lagi akibat bayangan-bayangan perselingkuhan-dia.

Sudah ku coba beberapa kali merelakan tubuhku dijajahi,tapi tetap saja yang diingatanku adalah bagaimana dia berbagi keringat dengan perempuan selingkuhannya.

Miris bukan ?

"...aku kangen..."

Sama !

Tapi,aku memilih diam meresapi setiap inci sentuhannya.Mataku terpejam kala lidahnya bermain di tengkukku.

Kain bekas di tangan ku remas erat,manahan desahan agar tidak keluar.Mas Alfi selalu bisa memancing hasratku,harusnya bukan disini.

"Yankhhh...aku belum selesai hhh..."

"...hehem ?..."

Gumamannya yang selalu mengalun kala berada diatasku.Gumaman yang selalu menjadi favoritku.

Lekas ku bekap mulutku saat tangannya sudah mengangkat bagian bawah dasterku,dan dengan cepat beberapa jarinya mengelus bagian sensitifku.

Posisi seperti ini sulit ku lerai.Di cumbui dari belakang serasa tubuhku melayang di udara.

Ini gila !

Dengan gesit aku membalikkan badan,lalu menyambutnya dengan brutal.

Aku tak tahan lagi...

Ku lumat kasar bibirnya dan melingkarkan kedua kaki di pinggulnya.Dia sudah paham gerakkan itu,Mas Alfi tak kalah cepat mengangkatku keatas mini pantry.Kami saling menyambut dengan nafas yang hampir habis.

Aku ingin dibawah ke kamar,tapi Mas Alfi lebih suka tempat yang menantang.Seperti di dapur sekarang.Mas Alfi terus menjajaki setiap inci bagian dadaku,hingga aku tak sadar kancing dasterku sudah tiga bagian yang terbuka.

"yank hhh...janghh ahhh..."

"jangan apa hem...? ngomong yang bener..."

Oh Tuhan...

Hati dan logikaku tidak singkron.Lidahku kelu,meresapi elusan dibagian bawah sana.Apa lagi,saat satu bagian jarinya sudah lolos masuk.

Rasanya,aku ingin mengerang.

"bawa aahh aku...hhh ke kamar yankhhh"

Pintaku memohon diiringin dengan desahan yang berat.

Feelingku,Umar tidak lama lagi akan pulang.Ayam titipanku itu bisa lembek kembali jika tidak segera ku masak.Tapi,aku sudah terlanjur terbuai didalam dekapan suamiku.

Tentu saja,tidak akan ku lewatkan.Aku,akan dieksekusi Mas Alfi.

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang