10

196 5 0
                                    

"Dari mana aja lo ?!"

Aku tak mau menjawab.Ku lewati dia begitu saja menjajaki setiap anak tangga.Tiba diatas,dia menyusulku lalu mencekal pergelanganku.

Hhh !

"Gue tanya dari mana lo ?"

Aku membalik,menghempas cekalan dengan kasar.

"Bukan urusan lo !"

Desisku.

Matanya tajam,seolah akan mengulitiku.

"Jangan lupa Ebi,lo itu masih istri gue !"

Dia menghardik.

"Kalau lo masih ngerasa punya istri,harusnya lo tau gimana jadi suami !"

Benar bukan ? Harusnya rumah tangga ini dibuat jelas.Dia bertingkah se'enak jidat,pergi tanpa pamit dan kembali kapan dia mau.Apa dia lupa,rumah ini milik siapa ?

Beberapa detik dia terdiam.Yang ditaksir benakku,dia sedang merangkai kalimat membalasku.

Namun,belum ada sahutan yang ku tunggu.Ku seret kembali langkah menuju kamar.Tapi,belum juga tanganku menyentuh konsen pintu dia kembali menghadangku.

"Emang gue ngelakuin apa ? Salah,gue nyari temen ? gue juga sumpek di rumah mulu.Gue diluar,bukan berarti gue masih selingkuh Ebi.Gue akuin yang kemarin itu bener,tapi gue udah berubah.Gue juga udah minta maaf ke lo dan orang tua lo"

HAHAHA !!!

Dia bilang apa tadi ? Sudah berubah dan minta maaf ?

Rasanya aku ingin tertawa,sekaligus menjedotkan kepalanya ke tembok agar otaknya kembali ketempat yang seharusnya.

"Kesalahan gue itu,seolah lo jadiin senjata buat ngelakuin apa yang lo mau.Disini lo yang berubah,lo udah gak ngehargain gue sebagai suami.Gue bertahan sama lo,karna gue masih sayang lo dan juga mikirin anak-anak.Di mata lo,gue cuma status doang,tapi gak lo hargain lagi"

Hari gini ngebahas rasa sayang ? dasar playing victim !!!

Ku buka pintu dengan kasar,berniat meninggalkannya.Aku muak mendengar segala macam opininya.Namun lagi-lagi aku kalah cepat,dan dia sudah berada didalam kamarku.

"Ngapain lo masuk ?"

Tanyaku sambil mencolok kabel carger ke ponsel.

"Gue cuma mau selesaiin masalah ini"

Aku menghela nafas malas.Lalu membidiknya dengan sorot amarah.

"Bukannya pembahasan kita hanya masalah ini mulu ? Lo masih inget perjanjian itu atau cuma pura-pura amnesia ? Lo gak capek apa,ngebahas masalah yang lo sebenarnya udah tau cara nyelesaiinnya gimana !"

"ITU BUKAN PENYELESAIAN EBI !"

"GAK USA TERIAK !!!"

Ku balas kemurkaannya lebih tinggi lagi.Badanku mulai gemetar,tapi tidak sedikitpun air mataku ingin keluar.Sekarang aku bukan sedih,tapi marah.

"Harus berapa kali gue tanya,mau lo apa ? gue udah kasi lo kebebasan kemana dan bersama siapa ! mau lo balik atau enggak TERSERAH !! Lo bisa liat,sesakit-sakitnya gue,semarah-marahnya gue tetap masih ngurus lo sebagai suami !! Tapi apa,di mata lo...gue masih KURANG !!"

Ini kan yang mau dia dengar ? Haruskah ku keluarkan semua fakta soal dia menjatuh-jatuhkanku di depan selingkuhan dan circle-nya ? aib rumah tangga dan semua kebiasaanku dibongkar hanya demi mendapatkan perhatian dari perempuan lain !

Tapi,ini saatnya ku luapkan kesakitanku.Dia yang meminta,maka akan ku lakukan.

"Lo selalu nilai gue gak ada benernya ! Karna emang hati dan isi pikiran lo tuh udah gak disini ! Lo gak tau gimana berusahanya gue biar tetep waras ngehadapin peliknya rumah tangga ini.Gue kuatin hati,tutup telinga dari saran orang-orang yang nyuruh gue TINGGALIN LO !!! Masih kurang kesempatan dan maaf yang gue kasih ? Dan sekarang,lo menuntut gue dengan semua KE'EGOISAN LO ITU !!"

Aku meluap-luap.Hingga air mata yang seharusnya tidak lagi ku jatuhkan untuknya,malah membantah untuk keluar.

"Iyah gue salah ! Dan itu kesalahan gue.Semua gue akui itu saat gue belum buka mata,lo itu wanita kuat dan paling sabar.Itulah kenapa gue milih pertahanin lo Ebi"

"GUE GAK MINTA DIPERTAHANIN ! GUE MINTA DI CERAIIN.GUE CAPEK HIDUP PENUH DENGAN TUNTUTAN KAYAK GINI !!"

Aku tidak perduli tetangga-tetangga mendengar teriakkanku.Persetan dengan semua asumsi orang-orang terhadapku.

"kalau lo emang udah gak sanggup kenapa lo masih bertahan dan tetap ngasih maaf ke dia ?"

Atau...

"lo itu sebenarnya masih sayang ma dia,cuma lo sekarang masih emosi"

Terserah !!

Aku yang merasakan,aku juga yang menghadapi.Keputusan-keputusan yang aku ambil tidak ada restu dari orang tua.Yang lebih mirisnya lagi,Zahra selalu menangis jika Ayahnya ku usir.

Disitulah,aku difonis ibu yang egois.

"APAPUN YANG GUE LAKUIN SEMUA SALAH DIMATA LO ! JADI SEKALIAN AJA,GUE BUAT SEMUA INI SEMAKIN SALAH !!"

"Bisa nggak sih lo bikin semua ini jadi mudah ?"

Aku maju dua langkah lebih dekat kehadapannya.Ku pikir,tenagaku akan lebih terkuras habis jika tak berhenti berteriak.Jadi,mari kita turuti permintaannya.

"...Lo mau ini gue bikin lebih mudah kan ? Mari kita bercerai..."

Matanya mengedip beberapa kali,rautnya berubah pias diikuti dengan gelengan merasa tidak percaya dengan jawabannku.

"Denger ya Ebi...Gue tekanin sekali lagi,sampai mati gue gak bakal ceraiin lo.Jangan harap !"

Breng-sek !!!

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang