20

122 4 0
                                    

Tok tok tok

"Bun ? Ini Abang...buka pintunya yaah ? I brought something for you...."

Aku tidak tahu lagi sebanyak apa aku menangis.Hampir seminggu Mas Alfi meninggalkan kami,yang ku lakukan hanya meratapi nasib yang mengambang.

Aku merasa jiwaku sudah tidak lagi ada dalam diriku.Ponselku tak berhenti bergetar,nama Rere dan Zahra bergantian dilayar.Aku sangsi,kedua putriku itu sudah mendapat laporan dari sang adik.

Entah Alwi atau Lia yang mengadu,aku tidak berminat menjawabnya kecuali dari Mas Alfi.

"Bun...? ini udah hampir seminggu,apa Bunda gak kasian mikirn Lia ?"

Kasihan Bang...

Dan itu hanya bisa ku jawab dalam hati.

Mengingat Lia,tangisku pecah lagi.

"Bunda ?! Bun,please jangan kek gini...jangan siksa diri Bunda,semua bakalan baik-baik aja.Trust me..."

Bujukkan itu setiap hari ku dengar,tapi hingga saat ini belum ada sedikitpun perkembangan.Bagaimana bisa aku percaya ?

Lagi-lagi aku meraung.Terbesit dikepalaku apakah harus kembali ke kotaku ? Aku tidak akan kuat jika nanti ada orang suruhan Mas Alfi membawa surat kebebasan itu.Sampai mati aku tidak akan mendatanganinya.

Tidak akan !

Aku terlalu frustasi dengan keadaan ini.pikiranku kacau,membuat berat badanku semakin menurun.

Demi mengenang masa-masa bahagia dengan Mas Alfi,beberapa bajunya ku pakai bahkan tidak ingin mencicinya.Aroma Mas Alfi masih tersimpan,ku gunakan sebagai obat pereda rasa rindu.

Hampir dua pekan tepat hari ini,tak ada satupun kabar yang melegahkan.Yang ada hanyalah jeritan dan tangisan yang ku lalui setiap hari.

Aku kembali memberontak,ingin rasanya aku bunuh diri.Bahkan pil yang biasa aku andalkan sudah tak lagi bereaksi.

Telepon dari Dokterku tak lagi ku penuhi,aku sudah tidak butuh obat itu.Yang bisa menyembuhkan luka dan pemderitaanku hanyalah kepulangan Mas Alfi.

"Masih gak mau keluar ?"

Itu suara Bang Ali,yang bertanya kepada seseorang.

"Gue gak tau lagi musti nyari Papah dimana Bang...gue sakit ngeliat keadaan Bunda yang kayak gini..."

Itu Alwi...

Putraku itu rupanya masih didepan pintu kamar.

"Lo udah coba cari ke Sukabumi ?"

"Papah gak ada disana Bang...kata nenek Papah gak ada kesana lagi sepulang dari sana..."

"Hhh...gue juga udah coba hubungi semua temennya,tapi gak ada yang tau..."

Ya Tuhan...

"Kamu dimana yank...? hikss,hiikkss..."

"Biar gue coba bujukin Bunda dulu.Semoga dia mau dengerin gue..."

"Iyah Bang..."

"Bi...? you okey ? Gue mau ngomong sama lo"

"GO OUT !!! GUE GAK BUTUH OMONG KOSONG DARI SIAPAPUN !"

Jeritku.

PRAANKKK !
BRAAAKKK !

"EBI ! GUE MOHON JANGAN KAYAK GINI ! Lo gak tau gimana kacaunya anak-anak dengan tingkah lo itu hah ?!"

"PERGIIIIIIIIIII !!!"

Aku berteriak sekuat tanaga,meski ku tau tenagaku sudah tak tersisa lagi.

Ini terlalu berat bagiku.Aku tak memiliki sandaran selain Mas Alfi.Sakitnya dihianati Ayahnya Rere tak sesakit ini.

Ini jauh lebih menyakitkan.

"Bunda ?! Bunda calm down !"

Alwi menggedor pintu.Aku terpersok sambil memukul dada.

Semua benda di kamar ku pecahkan melampiaskan kemarahan setiap mengingat wajah Ayy.Dia yang menbuatku tidak waras.Rumah tanggaku diambang kehancuran olehnya.

Ku pastikan Ayy harus membayar semuanya.

"PERGIIIIII ! TINGGALIN GUE SENDIRI !"

"An-jjiinggg !!! Bunda stop !"

Alwi lagi-lagi menendang pintu.

"Bunda buka !"

Brak !
Brak !

"Buka nggak ?! Gue rusak nih pintu yaah ?!"

"Al,Al,woy.Lo kalau ikutan panik kek gini yang ada Nyokap lo malah makin kacau"

"Ini gak bisa dibiarin Bang ! Nyokap gue disana kesakitan GIMANA GUE BISA TENANG ?!"

"Lo anak laki-lakinya bangsat ! Kalau lo emosi begini,yang ada malah makin ribet ! Orang yang lagi frustasi gak bakalan mempan dibujuk dengan cara kasar seperti yang lo lakuin !"

"Tapi gue gak sanggup ngeliat Bunda gak pernah mau makan ! Lo bisa bayangin kalau tau-tau dia pingsan atau bahkan-..."

"Bahkan apa ?! Mati maksud lo,gitu ?! Dengerin gue kalau lo masih anggap gue Bokap kedua lo !"

"...."

"Gue bareng Nyokap lo bukan baru dari kemarin Alwi.Gue kenal betul dia kayak gimana.Dia perempuan yang punya sejuta kesatikan dan trauma sebelum nikah sama Bokap sialan lo itu ! Masalah sepeleh aja dia sampe overthinking siang malam.Traumanya itu gak main-main Al...apa lagi ditinggalin lagi sama suaminya !"

"...."

"Lo udah tau kan alasan kenapa Nyokap lo nekat nikah sama Bokap lo padahal masih punya suami disana ?!!! Gue gak perlu lagi jelasin ke lo kan ?!"

"...."

"Hhh ! Lo ikut gue"

Setelah itu,aku sudah tak lagi mendengar percakapan antara Bang Ali dan Alwi.

Yang ku lakukan sekarang,menelan semua wine yang masih tersisa beberapa botol di lemari rak.

Aku ingin mabuk...

Berharap setelah sadar nanti kepelikan ini ternyata hanyalah mimpi...

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang