32

69 4 0
                                    

"Terus maksud lo ngomong kek gitu apaan ?!"

Aku sudah habis kesabaran.

Sudah ku usahakan menahan diri selama perjalanan untuk tidak menanggapi segala macam sindirannya terhadapku.Semarah-marahnya aku kepada keluarganya,aku masih manusia untuk mengutamakan etika menghargai.

Namun saat tiba di rumah,ku rasa cukup wajar untuk menanggapi.Masih menyandang status suami,wajar jika dia memiliki kecemburuan.Tapi,kecemburuannya ini tidak mendasar.

Ku tanggapi kemarahannya setelah pintu ku banting.

Tangannya bersedekap pinggang,membelakangiku.Kepalanya menoleh miring kepadaku.

"Kenapa ? Lo ngerasa keberatan ?"

Aku tersenyum miring.

"Gue gak bakal keberatan kalau alasan lo itu masuk akal !"

Badannya berbalik sempurnah menghadapku.Tatapannya tajam,juga rahangnya jelas sekali mengerat.

Aku tidak takut,karna ini waktunya untuk menyuarakan isi hatiku.Meski sebelum-sebelumnya tetap saja tidak menghasilkan apa-apa.

"Gak masuk akal dimananya ? Laki-laki itu sengaja Ebi !!"

Ku lingkar lengan di dada,menantang keangkuhannya.

Sejujurnya,aku tidak memiliki energi untuk mendebatnya.Lelah perjalanan hampir dua puluh empat jam harusnya kami mengambil waktu untuk istrahat.Tapi,dia malah mengibarkan bendera perang.

"Bisa lo jelasin,sengaja dalam konteks apa yang lo maksud ?"

Tanyaku dengan alis naik sebelah.

Aku ingin mendengar semua karangan tetekbengenya.

"Gak usa pura-pura gak tau ! Lo sengaja nyari duri biar punya alasan nusuk gue kan ?"

Luar biasa laki-laki ini.Semua isi pikiran kotornya dilontarkan semudah dia menutupi kebusukkannya.

"Gue gak mau nyari celah soal sengaja yang lo maksud itu.Yang pasti,apa yang didalam otak kecil lo itu,hanyalah penyakit hati yang lo buat sendiri"

Rautnya berubah pias.Bisa ku tangkap dari gerakkan tubuhnya yang menyugar rambut kasar.

"GUE INI LAKI-LAKI ! GUE TAU GIMANA CARA DIA YANG GAK WAJAR ITU !!"

Lagi-lagi dia melonglong.

"Sekedar ngebantu orang lo analogiin gak wajar ?"

"IYAH ! SAKING GAK WAJARNYA GUE PENGEN GESERIN RAHANGNYA !!!"

Ku rasa dia harus ke psikiater.Ini sudah terlalu jauh dari dasar kewajaran menuduh orang.

"Kenapa nggak lo lakuin kemarin ? bila perlu patahin tangannya dan lo diseret ke polisi !!"

Dan aku menjadi orang pertama yang ti-dak akan membelanya !

"LO MASIH NGEHARGAI GUE SEBAGAI SUAMI NGGAK ?! DIA ITU MODUS EBI !!"

Kalimat yang selalu membuatku ingin tertawa.

"Oh ? Lo nyamain tingkah laku lo ke orang itu ?"

Langkahku maju mendekatinya,menyamakan posisi menghadapnya.

"Harusnya,lo konsisten ngoreksi diri agar seorang istri...bisa ngehargai suami"

BRAAKKK !!!

Ku banting pintu kamar dengan nafas yang memburu.

Perkara sesi foto yang tidak penting itu membuat malam yang sudah larut menjadi berisik.Bahkan Bibi yang ku ketahui sudah istrahat ikut terganggu.Beliau berpapasan denganku ketika keluar dari kamar dan menuju dapur.

Suara air dari disepenser ku dengar,artinya beliau haus.Tenggorokkannya kering mendengar perdebatan kami beberapa menit yang lalu.

Aku melanjutkan langkah menuju ruang tengah,mematikan saklar lampu.Ku banting tubuh di sofah menatap loteng rumah.

Sesaknya dada memikirkan dua kehidupan yang bertolak belakang.Air mataku jatuh,seiring perasaan yang remuk redam.

Setiap kali mengalami pertengkaran,Mas Alfi menjadi rumah untukku pulang mengadukan segala macam masalah yang mendera.

Tapi,setelah ku cek kembali room chat itu,aku belum mendapatkan balasan kabarnya.

Ku pukul dada meredakan sesaknya yang semakin menjepit,apakah nasib yang ku alami ini akan menjadi teman hidup sampai denyut nadi terakhirku ?

Air mata tak bisa lagi ku cegah.Ku biarkan ia terus tumpah dengan isak tangis mengiringi suara detakkan jarum jam menuju pagi.

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang