To : Husband
aku udah nyampe bandara yank...
Terkirim...!Husband
Alhamdulillah.aku sama abang yang jemput yah ?Balas : suruh umar aja yank...
Terkirim...!Husband
o-okeh...Dadaku sesak,menatap balasan chat barusan.Air mata yang sedari kemarin ku tahan tak bisa lagi ku bendung.Aku tidak perduli dengan orang-orang yang lalu-lalang di res area.
Itulah suami keduaku,yang selalu mengalah dan tidak banyak menuntut.Selalu menjadi orang pertama mendengar keluh kesahku.Ku nobatkan dialah rumahku yang sesungguhnya.
Ku biarkan air mataku mengalir deras sebelum sopir rumah tiba menjemputku.Aku juga tidak peduli dengan tatapan aneh ataupun reaksi heran orang disekitarku.
Pip pip !
Lekas ku seka air mata,sebelum Umar memergokiku.
Umar turun,memutari depan mobil dan membukakan pintunya.
"Maaf bu,saya agak lama.tadi macet soalnya"
"gapapa Mar..."
Jawabku yang sudah duduk didalam mobil.
Umar tidak perlu repot seperti sopir-sopir yang lain memikul koper atau memasukkan barang-barang ke mobil.Aku hanya perlu membawa tas kecil dan juga ponsel setiap pulang ke Bandung,karna semua barang dan pakaianku ada disana.
Mobil melesat mulus meninggalkan pelataran bandara,bersamaan dengan bunyi telepon dari Mas Alfi.Ku jawab setelah menetralkan suara yang sempat serak akibat habis menangis tadi.
Beliau memastikan apakah Umar sudah menjemputku dan memesan sate taichan untuk Lia yang sering dipanggil si manyun.
Ku iyakan,kemudian disusul bunyi beb.Setelah itu,dadaku kembali terasa sesak.
"Bu...?"
Suara halus Umar menyadarkanku.
"Hem ?"
"Maaf kalau saya terlalu lancang,tapi...mohon jangan ditahan.saya akan pura-pura tidak mendengarnya..."
Aku terbungkam,jawabanku terlahan oleh keluhnya lidah.Umar,rupanya tau kalau aku sedang menahan tangis-lagi.
"Rumah masih lumayan jauh Bu.masih ada waktu untuk melampiaskan..."
Detik itu juga,aku sudah tidak sanggup lagi menahannya.Persetan Umar melihat kelemahanku,toh dia juga paham.
Air mataku terus keluar diiringi isak tangis yang beradu dengan suara music dalam mobil.
Gerobak sate taichan sudah didepan,mobilpun berhenti tapi Umar belum turun.Mungkin dia sengaja menunggu instruksiku jika aku sudah selesai meyuaeakkan lelahnya hati.
"Kamu boleh turun.saya sudah selesai..."
"Baik Bu"
Dua porsi sate taichan sudah ditangan Umar,sengaja ku pesan lebih banyak agar orang dirumah juga semua kebagian.Setelah Umar masuk kembali,kamipun kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah.
Rumahku bersama keluarga keduaku.
"Umar ?"
"Iyah Bu ?"
"Saya tidak perlu mengajari kamu,kamu pasti tau apa yang harus kamu lakukan"
"Saya mengerti Bu.tenang aja..."
Trimakasih Umar...
Mobil kembali bergerak,sepuluh menitan kami tiba di rumah.Senyumku mengembang kala sosok seorang pria menyambutku.Disusul dengan kedua anak lelaki dan perempuanku dibelakangnya.
Kebiasaan dirumah kami,sambutan diawali dengan aku yang mendapat pelukan hangat dan kecupan kecil dikening,juga hamburan pelukkan dari kedua anakku.
"Bundaaaaaaaa !"
Rengekan itu,sudah pasti dari si bungsuku Lia.Anak bawel yang selalu dimanjakan oleh Ayahnya.Tak satupun permintaannya ditolak beliau,katanya kupingnya pengap kalau Lia ngerengek.
Kadang si sulung Alwi suka sewot karna adiknya terlalu dimanjakan.Dan aku,sama sewotnya dengan Alwi haha.
"Udah biar Bunda masuk dulu ih.Kasian masih capek perjalanan juga"
Aku terkekeh,melihat bibir Lia mulai manyun kearah Ayahnya.
"Tau nih anak !"
Tuh,Alwi mulai kesal.Ah bukan,dia sewot lagi.
"Dih,cemburu lo hah ?!"
"Ngebantah lo,gue sita hp lo ntar !"
"Apaan sih ! main ngancem segala !"
Mulaaiii Ya Tuhaaann....!
"Gue gak main-main yah Lia ! gue sita lagi tuh hp ngehe lo !"
"Bundaaaaaa Abang tuuuhhh !"
Ayahnya melipat bibir,seperti biasa tak bisa mengahalangi.Aku yang menatap tanya Alwi,malah dibalas lirikan kesal.
"Lia abis dibeliin Abangnya hp baru..."
Bisikkan Ayahnya,membuat bola mataku melebar.
"Serius ?"
"hu'um...iPhon pengeluaran terbaru"
Anjir !
Selain sibuk koas,anak lelakiku itu juga sedang merintis usaha caffe tak jauh dari rumah.Bukan modal sendiri,tapi dia mengelolanya bersama beberapa sahabatnya.Salah satunya pacar Lia yang bernama Rio.
Awalnya,aku sangat menentang ide itu.Karna apa ? modal yang tidak sedikit itu dari mantan kekasihku.
Plot twis sekali bukan ?
Aku menolakknya bukan tidak mendukung usaha mereka.Hanya saja,aku lebih menjaga perasaan suamiku.Tapi Alwi,dengan kedewasaannya mampu meyakinkanku harus bisa berdamai dengan keadaan.
Inilah bukti dan hasilnya,Alwi sudah mulai bisa membantu Ayahnya membayar tagihan kuliah adiknya dan biaya koasnya sendiri.Yang lebih membanggakan lagi,Alwi mampu membelikan apa yang diminta adiknya.
"SATE TAICHANYA MANAAAA BUNDAAAAAA !!"
Astaga !
