Hari ini,kedatanganku di Bandung sedikit dibuat kaget.Mas Alfi mengatakan bahwa Ayy akan berkunjung langsung ke rumah untuk membahas lebih personal lagi masalah kemarin.
Ayy ingin mengobrol secara langsung sekalian ingin memperkenalkan seseorang.Aku berharap orang yang akan dibawanya bukanlah Nathan.
Sebelum waktu menyongsong siangnya minggu,aku ditemani Lia kepasar membeli kebutuhan dapur untuk dimasak.Mas Alfi ingin mengajak Ayy makan siang bersama di rumah dan memang itu kebiasaan suamiku setiap menyambut tamu.
"Tumben Om Ayy mau ke rumah ?"
Aku sedikit mengerti pertanyaan Lia.Dan,ingatanku kembali pada kejadian resto beberapa bulan yang lalu.Tidak ingin menerka,tapi kadar kepekaanku lancang menyibak tabir dibalik tanya putriku setelah memahami maksudnya.
"Bunda juga kok bela-belain mau masak banyak ?"
Ada yang sedang memaku didalam dadaku.
"Lia gak suka Om Ayy sering main ke rumah"
Lidahku kelu,ketika rasa pahit yang pernah ku cecapi,juga ku rasakan.
Sampai saat ini.
Setir mobil dibantingnya masuk kearea parkiran pasar.Sejak beberapa menit yang lalu aku masih terus diam,tak mampu memberikan satu jawabanpun.Takut,jika Lia salah mengartikan.
Pintu mobil ku buka,lekas aku turun dan langsung menuju tempat penjual sayur.Anak itu mengikutiku dari belakang,dan aku terus dirundung rasa yang berkecamuk.
Setelah semua belanjaan ku rasa lengkap,kami menuju supermarket.Belanja bulanan untuk kebutuhan putri dan putraku.Tak lupa kami mampir sejenak diapotik membeli pesanan Alwi untuk alat prakteknya di rumah.
Sampai kembali kami didalam mobil,aku tetap hanya diam.Sibuk menata hati yang sedari tadi tak ku pahami.
Kedatangan Ayy dihari minggu ini dengan seorang anak perempuam membuatku sedikit terkejut.Anak perempuan yang begitu mirip dengan Ayy,umurnya mungkin hampir sama dengan Lia.
Mas Alfi menyambut mereka dengan bijak sana.Beliau tetap menempatkan sikap yang dewasa,tidak mencampur adukan masalah hati.Aku cukup berterima kasih,tapi tetap saja ada rasa yang mengganjal.
"Duduk Ayy"
"Thanks...Oh iya,kenalin,anak gue"
Hah ?
"Sayang,salim sama Om dan Tante"
Kamipun bersalaman.
"Nabila Om,Tante.Panggil Nana aja"
Aku tersenyum,dan dibalik senyumku masih menyimpan tanya,rupanya Ayy sudah menikah.Artinya,selama ini pikiran burukku terhadap pria yang duduk berdampingan dengan putri cantiknya itu sudah berlebihan.
Aku meminta maaf dalam hati...
"Yank ?"
"Hem ?"
"Tuh,Nana nanya soal Lia"
"Oh,itu...Lianya di kamar.Tadi lagi mandi soalnya.Bentar yah,Tante panggil dulu"
"Iyah Tante"
Memastikan Lia sudah selesai,Nabila ku persilahkan masuk ke kamar dan bergabung dengan Lia.Ku lihat,Nabila anaknya cukup mudah akrab dengan orang baru.Untungnya,Lia juga memiliki sifat yang sama.Kecuali Alwi,yang sering dijuluki teman-temannya kulkas lima pintu saking dinginnya keorang baru.
Aku,Mas Alfi dan Ayy kembali melanjutkan obrolan yang sempat tertunda.Mendiskusikan persoalan yang seharusnya ditindak lanjuti.Rasa bersalah ini terhadap Ayy cukup besar.Dia ikut terseret dengan rahasia yang tidak diketuhuinya.
Hanya saja,aku tetap kekeh dengan keputusan awal.Ayy tidak boleh tau alasanku,dan yang lebih penting menurutku,menjaga perasaan Mas Alfi.
"Lo tenang aja Ayy,gue bakal jadi orang pertama ngejaga Ebi"
"Itu harus.Apa lagi Ebi suka bolak-balik Bandung,keselamatan dia penting.Jangan sampai lo jadi duda dan nikah lagi hahaha"
Candaan Ayy cukup menghibur.Tapi membuatku ingin meremas bibirnya yang terlalu lemas itu.
"Kalau itu terjadi,gue gak yakin jiwa gue bisa tenang.Yang ada bukan cuma gue yang depresi,bini baru gue juga hahaha"
Tatapan sinisku berpindah pada Mas Alfi.
"Jadi mending ngeduda aja seumur idup !"
Sambungnya membuatku dongkol.
Panjang lebar pembahasan kami,hingga soal Ayy yang rupanya telah menyandang status duda.Cerai hidup dialaminya.Mantan istrinya telah berpindah keluar negri,dan hak asuh anak dimenangkannya.
Alasannya,Ibu Nabila ketadapatan selingkuh.
Lidahku kelu.
Memoriku berputar pada hubungan kami dulu.Bukan bernostalgia,lebih berpikir mungkin kami sedang menghadapi kutukkan yang Tuhan takdirkan.
Gurat wajah Ayy setiap menceritakan semua kisahnya,terlihat cukup pilu.Jelas sekali dirautnya menampilkan kesedihan.Meski,sesekali dia tertawa.Tapi aku tau,masih ada luka cinta di matanya.
Aku bukanlah wanita polos,bisa ku rasakan bagaimana hatinya ketika mengetahui sang istri berselingkuh.Sayatan-sayatan itu kembali terasa perih dilubuk sana.Juga beberapa praduga di kepalaku tentang status Ayy yang dulu ketika bersamaku.
Ini seperti dejavu.
Apakah Ayy saat itu berstatus suami orang ?
Jika itu benar,maka kami berdua termasuk manusia brengsek !
