22

111 6 2
                                    

"GUE UDAH BILANG JANGAN TERIMA TAMU !"

Aku memberontak lagi.

Bang Ali yang sudah paham betul bagaimana karakterku,hanya menanggapinya dengan duduk santai memangku kaki.

"Ya,masa harus gue usir ? Orang dia datang baik-baik kok"

Taukah Bang Ali setiap Ayy kesini rasanya aku sudah berselingkuh ?

"TERIMA SEMUA TAMU SELAIN DIA BANG !"

Bang Ali menurunkan kakinya dan memijit pelipisnya.

"Bi,Ayy kesini niatnya baik.Gue gak bisa nge-judge seseorang sebelum tau pokok permasalahannya.Iya gue tau lo gak suka,tapi se'enggaknya kita hargain niat baiknya.Dia tulus loh minta maaf ke kita.Lagian,masalah ini sebenernya simpel banget kalau lo berdua menyikapinya dengan sikap dewasa"

Aku mengeraskan rahang,menatap Bang Ali tidak habis pikir.Orang ini memiliki hati dan pola pikirnya masing-masing.

Sebagai istri,aku bisa sangat amat memaklumi tanggapan Mas Alfi soal pria yang bernama Ayy.Mas Alfi tau betul apa yang sudah terjadi tempo dulu antara aku dan sahabatnya itu.Jadi wajar sekali jika suamiku itu cemburu.

"lo mana tau apa yang udah terjadi antara kita bertiga Bang ! Ayy itu sahabat Alfi dulu !"

Bang Ali mengedikkan bahunya,menganggap kekesalanku tidak mendasar.

"Justru sahabatan itu mestinya laki lo minta klarifikasi dulu ke Ayy.Bukan malah main ninggalin anak bini kek gini kan ? Harusnya dia sebagai suami dan seorang Ayah,bisa bersikap bijak biar anak-anak lo gak ikut ngebenci Ayy"

Aku terdiam,sedikit membenarkan opini Bang Ali.

"Anak-anak gak tahu menahu drama masa lalu kalian.Gak adil banget rasanya mereka ikut setress dengan sikap bo-cah lo berdua !"

Aku masih terdiam,Bang Ali memang belum berumah tangga seperti kami.Tapi beliau sedewasa itu menuturkan pemikirannya.

"Lo liat skarang,kuliah anak-anak ikut berantakan.Alwi sering izin dari RS karna sibuk nyari Bokapnya gak tau dimana.Lia,dia setiap hari dan malam nangis ngeliat keadaan Nyokapnya yang tinggal mati enggak ! Heran gue"

"Gak usa banyak mu-..."

"Udah stop ya Ebi.Gue minta kedewasaan lo bukan buat kita muji-muji lo.Tapi demi anak-anak.Bokapnya Alwi sama Lia itu bukan cuma Alfi doang,gue masih disini karna gue tau banget anak-anak masih butuhin gue saat kayak gini nih,lo berdua ribuuuuut mulu.Beranteeeem mulu.Gue yang ikut stress !"

"Kok lo malah ngedebatin gue sih Bang ?"

Bang Ali berdiri dengan gelas kopi di tangan,mengambil gerakkan mau meninggalkanku yang kembali dilanda kegusaran.

"Masa gue musti ngedebatin Umar ?"

Aku tau Bang Ali sudah muak dengan sikap kami yang terlalu berlebihan.Beliau keluar dengan raut datar dan aku semakin diserang kesedihan.

Aku kembali drop,ketika menerima telepon dari Dosen soal Alwi yang sudah dua hari tidak masuk dinas di rumah sakit.Anak itu akan dikirimin SP 1 jika praktek berikutnya masih absen.

Pun Lia begitu,beberapa temannya menanyakan kapan Lia sembuh dari sakitnya ? Sementara aku tidak tahu menahu alasan itu yang diajukan Lia ke kampus.

Ya Tuhan...

Semua gara-gara ulahku.

Kamar sudah rapih kembali setelah dua malam aku tidur di kamar Lia.Umar yang membersihkan atas perintah Bang Ali.

Aku terbaring lemah lagi di ranjang dan menangisi nasib rumah tanggaku yang berjalan ditempat.Sudah hampir tiga hari Alwi tidak pulang,aku tidak tahu kemana anak itu pergi.

Dokter kembali dipanggil Lia ketika aku pinsang di kamar mandi.Entah kenapa kepalaku semakin hari semakin terasa berputar dan saat Dokter masuk,aku sudah muntah-muntah.

"Bunda pucet banget Bang !"

Kepanikan Lia,dihalau Dokter.

"Biar saya yang tangani.Nyonya Bebi sering melewatkan jadwal makannya"

Lia menangis lagi,dipelukkan Bang Ali.

"Sssttt...ada Bang Ali disini.Kamu doain Bunda cepet sehat,dan Abang pulang dengan kabar baik yaah ?"

PIPPP PIPPP !

Suara klakson itu,memenuhi telingaku.

Saat pintu kamar terbuka,netraku menangkap sosok yang aku rindukan hampir tiga minggu belakangan.

Mas Alfi,berlari memelukku...

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang