Malamku kembali kelam,ditemani cahaya remang dari lampu kamar yang senyap.Hujan mengguyur kotaku dilarutnya malam seperti ini membawaku terlena pada saran Indah dan Sisi beberapa jam yang lalu.
Aku terkukung oleh keraguan yang harusnya sudah ku ketahui jawabannya,tanpa andil dari siapapun.Ini bukan perkara sulit,tapi yang membuat kondisi ini semakin sulit adalah diriku sendiri.
Dalamnya ketakutan yang ku selami,hingga mengakibatkan keberanianku sedikit lebur tenggelam dan susah bernafas.Wajah Lia,sikap Alwi,dan perjuangan Mas Alfi membuatku kuat.Tapi,nasib Rere dan mental Zahra yang membuatku takut berenang lebih jauh lagi.
Katakan aku pengecut,menciptakan dua kehidupan yang sama tapi berbeda cerita ini namun tak punya kekuasaan diri sebagai pemeran utama.Mengorbakan perasaan Mas Alfi,menghianati bakti sebagai mahkota rumah tangga dan membuatnya semakin tabu.
Sejauh ini,aku sudah banyak berperang dengan ego dan isi pikiran sendiri,bahkan kata hati yang menjadikanku berubah sebagai wanita pendosa sudah tak ku perdulikan lagi.
Setiap menatap mata teduh Mas Alfi,juga ketangguhannya memperjuangkanku semakin aku tersesat.Apa lagi,kesabaran dan ketulusannya...Ah,apa masih bisa ku sebut demikan setelah kejadian menyakitkan seminggu yang lalu ?
Aku selalu melabeli Ayahnya Rere tukang selingkuh,lalu kali ini aku harus melabeli Mas Alfi suami setia ? Air mataku tumpah bersamaan derasnya hujan membasahi atap rumah.
Sedih menghimpit relung jiwaku yang mengambang entah kemana.Aku terus terisak sambil meringkuk diantara bantal,sebab suara hujan jauh lebih keras diluar sana.
Sialan !
Aku menangisi dua laki-laki yang sudah memberiku empat orang anak.Bahkan,sudah mengetahui semua kebrengsekkan Ibunya.Dalam kisah yang menyimpang ini,aku sudah tau pasti akan dibakar dan siksa bertubi-tubi di neraka jahanam.
"AARRRRGGHHHHH !!!"
PRAANKKK !
PRAANKKK !
Aku memberontak,memecahkan kaca cermin juga melempar semua botol-botol skincare ke tembok.Ku lampiaskan semua amarah dan menyalahkan diri sendiri.Air mata terus tumpah,karna tidak ada gunanya menyesali semua yang sudah terjadi.
Aku mengorbankan Mas Alfi,perasaan anak-anak,juga mempertaruhkan keselamatan diri.Hukuman akan segera datang,aku yakin itu.Karma itu akan lebih pedih,tapi aku masih tetap saja melangitkan ego.
"Arrrgghhh !!!"
"BRENG-SEK !!"
Aku memaki diri sendiri,menjambak rambut sekuat-kuatnya.Keadaanku kembali pada masa itu lagi,ku ketahui dari respon tubuhku yang gemetar dan tak terkontrol.
Dadaku berdentum keras,seperti dipukul palu berton-ton beratnya.Sesak,dan juga ngilu.Lebam-lebam hati dan jiwaku seperti semakin nyata,melebar dan aku sudah terperosok di lantai.
Pudar penglihatanku,memutar.Samar-samar lolongan makian itu bermain dimemoriku layaknya rekaman rusak,terus terdengar menjalar ketelingaku,serta bunyi tamparan dan pukulan pada tubuhku masa itu makin mengacaukan kesadaranku.
"Cukuupp..."
Keluhku menutup telinga.
"DASAR WANITA SIAL !!"
"JALANG !!"
"ISTRI KURANG AJAR !!"
"Udah cukupphh...."
PLAAKK !
Tamparan itu...
Desisan itu...
BUGHH !
Tendangan itu...
"MATA DUITAN ! GAK TAU DIUNTUNG !"
"Aakkhhh !"
Kepalaku sakit...
Tubuhku gemetar,merasakan dinginnya lantai...
"Maass Alfi...."
Gumamku tertahan,pelan...dan aku sekarat.
Aku butuh pil itu...
Tapi tenagaku tak berdaya...
Dimana pil itu ?
Aku membutuhkannya...
Demi Tuhan...ini sudah terlalu menyiksa...
"MU-...RA-...HAN-..."
Kalimat itu,kembali samar terdengar.
Terus terngiang,menyerang bertubi-tubi.
"Ma-...ma..."
"Jangan Pah...plis stop Pah..."
"DIEM KAMU !"
"Pah Rere mohon...hikss..."
"Akkhh !"
Keluhku lagi...
Aku terseok mencari keberadaan pil itu.Sakit di kepalaku bertambah denyut,mengetat,menusuk.
"Rere...Zahra..."
Sungguh,aku sudah tak kuat lagi.
Laci itu dekat,tapi terasa jauh.Jelas didepanku,jaraknya hampir beberapa senti dari uluran jemariku.Tapi,semakin buram...dan...
"Tuhaann...."
Disusul dengan,gelapnya dunia...