45

72 4 1
                                    

Si manyun
Bun,Abang ribut sama temennya di kampus.Skrg Abang lg dikantor polisi

Mataku membulat lebar kala membaca pesan dari putriku yang di Bandung.Sudah hampir sebulan aku tidak pulang semenjak membuat keputusan sepihak itu.

Mas Alfi tidak menerimanya,dan beliau tetap kekeh mempertahankan rumah tangga kami.Aku belum membalas satupun pesan dari sekian banyak yang dikirim pria itu kepadaku.Aku masih butuh waktu perihal kebimbangan yang mendera.

Segera ku balas pesan anak itu.

To si manyun
skrg msh di kantor polisi ?
Papah udah tau syg ?

Si manyun
Udah bun.ini kita lg sm abang.Bunda bisa pulang skrg gak ?

Kebetulan aku sedang tidak di rumah selama dua hari.Aku yang sementara membenarkan lipatan pakaian Rere menerima pesan mengagetkan itu langsung diserang kekawatiran.

Banyak praduga di kepalaku,ini pasti ada kaitannya dengan kejadian sebulan yang lalu.Alwi ikut stress memikirkan masalah kedua orang tuanya,dan selalu melampiaskan dengan cara itu.

Aku segera menghubungi Rere memberitahunya harus berangkat ke Bandung sekarang juga dan tidak bisa menunggunya sampai pulang.Anak itu menyarankan hal yang sama,karna ikut kawatir memikirkan adik lelakinya.

Penerbangan cepat ku ambil,dan aku tiba di Bandung tepat pukul dua belas siang.Tujuanku langsung ke kantor polisi yang sudah Lia kirimkan alamatnya.Aku bergegas turun dari mobil meninggalkan Umar yang mengikutiku dari belakang.

Aku berlarian menuju ruang penyidik,dan langsung menerobos masuk.Benar saja,Alwi duduk disana bersama korban yang dipukulnya.

Terlihat,Mas Alfi memasang raut yang sulit ku artikan.Sementara Bang Ali,menatapku penuh ibah dan sepasang suami istri mungkin orang tua dari si korban.Karna,tatapan Ibu itu begitu sinis melihatku ketika masuk.

"Bun ?"

Lia berdiri spontan memelukku,langsung ku balas pelukkannya.

"Abang bun..."

"Lia,biarin Bunda duduk dulu..."

Itu suara Mas Alfi.

"Kamu Ibunya anak bandel ini yah ?!"

Ucap wanita itu berdiri,dengan penuh emosi menunjuk wajahku.

"Ajarin anak kamu tuh ! Mau jadi preman hah ?!"

Sungguh,aku merasa sangat bersalah.Aku dan Mas Alfi sempat berkontak mata,tapi lekas ku putuskan.Amarah wanita yang ku kisarkan umurnya sedikit lebih tua dariku itu,seolah ingin menamparku.

"Dasar bandel ! Kalian harus tanggung jawab ke anak saya !"

"Ma-mafiin anak saya Bu..."

Ucapku penuh rasa bersalah.

"Maaf ?! Muka anak saya bonyok gitu kamu minta dimaafkan ?! Enak saja !!"

Dia meledak-ledak,seolah ingin menelanku bulat-bulat.

"Mah udah.Ini kantor polisi...biarin polisi yang menanganinya.Duduk dulu..."

Suaminya,mencoba membujuk.

"Nggak Pah ! Anak bandel ini,musti dikasi pelajaran dan harus dihukum ! Dia udah ngelukai muka anak kita Pah ! Liat tuh,sampe berdarah gitu bibirnya !"

"Iyah Bu,sebagai orang tua Alwi kami akan bertanggung jawab..."

Kali ini Mas Alfi yang bersuara.

"Pokoknya saya gak mau tau ! Ka-..."

"Ibu bisa diam dulu ? Kalau tidak bisa,silahkan lanjutkan keributan diluar"

Seketika wanita itu diam,dan kembali duduk disamping suaminya.

"Udah aah.Jangan nambah masalah.Maafin sikap istri saya Bu,Pak.Dia terlalu emosi"

"Gapapa Pak..."

Aku memaklumi kekesalannya.wajar sekali jika dia semarah itu.Orang tua mana yang bisa terima jika anaknya dipukuli sampai berdarah ? Jika aku jadi wanita itu,aku akan melakukan hal yang sama,bahkan mungkin lebih dari itu.Alwi sudah diluar batas.

"Bisa saya lanjutkan lagi ?"

Kami semua mengangguk dan memberikan hak kepada polisi untuk menyelesaikan kasus ini.

Hampir dua jam lamanya,kami akhirnya di'izinkan pulang.Dan hasil dari polisi,Alwi tetap salah tapi syukurnya keluarga korban akhirnya menerima keputusan bijak kepolisian.

Atur damai secara kekeluargaan,dikarenakan minggu depan mahasiswa dan mahasiswi koas akan melangsungkan ujian.

Didalam mobil,kami semua hanya diam.Mas Alfi duduk disamping kemudi,aku dan Lia duduk dibagian belakang.Sementara Alwi berboncengan dengan Bang Ali.

Hingga tiba di rumah,aku mengalami kecanggungan.Hampir sebulan tidak pulang kesini,membuatku merasa asing.

Tidak ada yang berubah satupun terakhir kali aku meninggalkan rumah ini.Kecuali,sikap Alwi dan Mas Alfi.

Anak itu langsung masuk ke kamarnya ketika tiba beberapa menit yang lalu.Hatiku sesak melihat sikap Alwi yang berubah dingin kepadaku.Mas Alfi terlihat agak kurus dan kantung matanya jelas sekali tercetak di wajahnya.Bahkan rambutnya sedikit panjang,juga kumisnya mulai tumbuh.

Aku memindai pandangan,menatap jemari kakiku.Semua ini gara-gara aku.Aku yang membuatnya menjadi runyam.

Kami terus diam di ruang tengah,masing-masing berperang dengan isi kepala sendiri.Aku dengan segala macam rasa penasaran,sementara Mas Alfi dengan isi pikirannya yang entah apa.

Lia,sudah masuk ke kamarnya,dan Bang Ali masih duduk di sebelahku.Sungguh,aku canggung.

"So ? Mau yang lebih parah lagi dari ini ?"

Suara tiba-tiba Bang Ali,menarik pandanganku kepadanya.

Mas Alfi yang duduk di seberang kami,ikut menatap Bang Ali.

"Atau mau Alwi putus kuliah ?"

Aku menunduk.Sementara Mas Alfi,memijit pelipisnya dan tak menjawab pertanyaan kesal dari Bang Ali.

"Akhir-akhir ini kalau gue itung lo berdua lebih banyak ributnya dari pada akurnya.Pada kenapa sih ? Bosen ? Atau lagi gabut gak ada bahan buat bikin anak-anak stress ?"

Kami masih diam,tak tahu musti memberikan jawaban pas untuk mengunci bibir Bang Ali.

"Alfi lo dengerin gue.Dengerin gue baik-baik !"

Tegas suara Bang Ali,membuatku was-was.

"Berhubung sekrang gue tau lo lagi buntu,gue punya solusi buat lo"

"Solusi ?"

Aku tidak tau raut Mas Alfi bagaimana,karna untuk melihatnya saja aku tidak memiliki keberanian.

"Lo masih mau pertahanin pernikahan lo kan ?"

Mas Alfi diam,membuatku makin dirundung kegalauan.Tapi kemudian,Mas Alfi akhirnya menjawab.

"Lo udah tau jawabannya..."

Suara Mas Alfi pelan,tapi masih bisa ditangkap pendengaranku.Bang Ali sudah tau jawabannya ? Apa Mas Alfi memang sudah memasrahkan semua keputusan padaku ? Apa pria itu sudah siap mengakhiri rumah tangga kami ? Berbagai praduga itu kembali menghantuiku.

Hingga pada saat Bang Ali kembali melontarkan solusinya...

"Okeh.Lo ambil cuti sesegera mungkin.Honeymon lo berdua !"

Hah ?!

Kepalaku terangkat,aku melongo saling bertatapan dengan Mas Alfi.

Pria memiliki lidah lemas itu pergi begitu saja setelah berucap gamblang seperti barusan.

"SEMINGGU FULL !"

Sambungnya lagi berteriak dan punggungnya hilang dibalik pintu utama.

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang