16

111 5 0
                                    

Baru juga turun dari mobil sepulang dari Sukabumi,Umar mengabari ada seseorang yang mencariku di rumah.

Kata Umar,orang itu belum lama meninggalkan pelataran rumah.

Keningku melipat,mencoba memikirkan siapa seseorang itu ?

"pokokoknya jangan terima siapapun selain keluarga kita.Saya sama Bapak akan keluar kota selama dua hari,dan selama itu awasi Lia dan Alwi jangan sampai membawa orang sembarangan ke rumah.Kamu mengerti Umar ?"

"Siap mengerti Bu..."

Umar ini sudah lama bekerja dengan kami,tak sekalipun dia melanggar aturan atau nasehatku.Tidak mungkin Umar membiarkannya jikalau buka orang itu yang memaksa.

"Sendiri ?"

Tanyaku masih mencoba berpikir positif.

Tapi,dadaku terus bergemuruh membantah jawaban-jawaban dari isi kepalaku.Namun,hatiku terlalu kuat membenarkan.

Mas Alfi,masih diam ikut menunggu keterangan dari Umar.

"Sendiri Bu.Pakai mobil"

"Siapa yank ?"

Aku menggeleng ragu.

"Eum...ciri-cirinya kamu ingat ?"

"Ingat Bu.Orangnya tinggi,putih,rambutnya mirip motongan mandarin dan..."

"pake mobil HRV putih ?"

Selaku cepat.

"Ah,bener Bu"

Shit !!!

Ngapain dia kesini ?

"Kok lo tau yank ? Siapa emang ?"

Aku teridam,takut jujur jika Mas Alfi nanti berpikir yang iya-iya.

"Yank ?"

"Hem ? eum...anu itu,gak tau yank.Aku asal nebak aja..."

"...."

"Yaudah Umar kamu lanjut lagi.Kami masuk dulu"

"Iya Bu..."

Kakiku terus ku seret dengan pikiran yang tidak karuan.Itu mobil Ayy,dan ciri-ciri yang disebutkan Umar tadi sangat-sangat menjurus keperawakan Ayy.

Saat kami masuk,Lia sedang duduk di rang tamu memangku laptop.

Sementara Mas Alfi,mengikutiku dari belakang lalu melewatiku begitu saja menuju kamar.Aku bisa merasakan perasaan beliau.Dia pasti merasakan ada aneh yang sedang tidak dia ketahui.

Mas Alfi itu orangnya peka,apa lagi yang berhubungan denganku.Dia pasti akan terbawa pikiran jika sesuatu itu belum terselesaikan.

"hay sweety ? Lagi kerjain apa hem ?"

Ku coba menghalau firasat buruk,mendekati Lia yang terlalu fokus pada layar laptonya.

"Hay mom..."

Aku duduk,menata hati yang campur aduk.Berdoa semoga yang aku takutkan sejak kamarin jauh dari yang lebih menakutkan.

Ting !

Husband : aku tunggu dikamar skrg

Wallahi....

Mau tidak mau,aku terpaksa mengiyakan isi pesan Mas Alfi.Ketika aku masuk,ku lihat Mas Alfi duduk memangku kaki di sofah menatapku datar.

"Bisa kamu jelasin siapa yang dimaksud Umar tadi ?"

Tepat sasaran !

Pertanyaan itu sudah ku wanti-wanti.Dan benar saja,meluncurkan jantungku ke lantai.

Aku pura-pura bingung,namun Mas Alfi tetap menodongku dengan pertanyaan yang lebih tajam.

"Aku berharap orang itu sedang tidak mejalani kisah yang sama denganku"

"Apa maksud kamu yank ?"

Tanyaku tidak menyangka.

Bahkan setiap kalimat-kalimat yang dia lontarkan kepadaku berubah formal.Mas Alfi bukan seorang jaksa,dia hanya seorang karyawan kantoran yang akan berbicara seperti tadi hanya dengan teman kerjanya.

"Aku bukan orang bego yang bisa kamu kibulin"

Ucapnya lagi.Dia berdiri mendekatiku.

"Jujur sama aku,dia siapa yank ?"

Ini jauh lebih mencekik dari pada saat Alwi menanyakan siapa laki-laki digambar foto copy itu.

Seperti ada sesuatu yang menghimpit dadaku.Otakku bekerja keras mencari jawaban yang tepat selain "aku tidak tahu" Sudah pasti Mas Alfi tidak akan percaya.

"Aku gak suruh kamu diam yank...firasat aku gak bakal buruk kalau gak ada something yang kamu sembunyiin dari aku"

Aku memejam sesak.

Ini terlalu ironis.

Rasanya aku ingin menangis saja dan bersujud di kaki beliau.Itu jauh lebih baik dari pada Mas Alfi berubah menjadi tidak percaya lagi kepadaku.

"Ya-..."

"Dia Ayy !"

Desisku meredam suara AC yang menyerap semua debu dari keheningan malam ini.

Lalu,air mataku jatuh seiring langkah Mas Alfi yang meninggalkanku.

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang