28

78 3 0
                                    

Dengan hati dongkol,aku berakhir ditengah-tengah keluarganya.Nasibku terlalu naas bergabung disini.Ditambah lagi mertuaku itu soksoan menampilkan sikap ramahnya kepadaku.

Aku tahu dia sedang berekting.Wanita lanjut usia itu lebih cocok menjadi aktor antagonis !
Dimataku,sandiwaranya lebih kejam dari seorang pembunuh berdarah dingin.

Dasar muna-fik !

Aku terpaksa mengikuti ajakkan yang membosankan ini,sebab Rere dan Zahra yang memintaku langsung untuk ikut.

Menurutku ini tidak penting,tidurku jauh lebih penting ketimbang berinteraksi dengan manusia-manusia yang penuh manipulatif.

"Ebi aja yang didepan.Mamah duduk ditengah aja sama adik-adik kamu"

Alaaahh ! Mentang-mentang anak emasnya yang nyetir soksoan ngutamain gue,biar disebut mertua paling baik.Kemarin yang bilang gue anak hantu siapa ? Kan gue bukan anak mantu kesayangannya,jadi anteng banget nyindir.

"Ebi suka mual kalau didepan,Mamah aja gapapa"

Mual deketan sama anak kesayangan anda Bu !

"Udah kamu aja.Nih,mamah udah siapin minyak kayu putih buat jaga-jaga kalau mual"

Dasar perhantian palsu !

"Lo tenang aja,gue juga udah siapin obat anti mual kok.Sini masuk"

Aku semakin mendongkol.

Ini anaknya yang nomor dua kenapa gak diajarin aja bawa mobil ? Biar kalau kemana-mana gue gak ribet kayak gini.

"Reno,sini duduk didepan sama Abangmu.Biar Mba sama Momi dibelakang"

"Momi juga suka mual Mba,gak enak kalau Reno didepan malah Mba nanti yang kena muntahan dia"

Ku lirik Momi yang menampilkan raut bersalah.Aku tahu isyarat wajahnya.

Lagi-lagi aku mengalah,meski lidah ingin berkata kasar.

Perjalanan ini akan memakan waktu sehari semalam.Selama perjalanan,aku lebih banyak diam dan mengambil kesempatan untuk tidur.Aku tidak berminat nimbrung dengan topik candaan mereka.

Sesekali Momi menanyakan pengalaman-pengalamanku yang sering bepergian keluar kota,tapi aku pura-pura tuli.

Sebelum Momi menikah dengan Reno dan merubah status menjadi iparku,anak itu sudah dari kecil berteman denganku.Bukan setelah menyandang  menjadi bagian keluarga Hutomo kami saling kenal.Momi tetanggaan denganku,hingga saat ini.

Dia salah satu saksi mata bagaimana perjalanan rumah tanggaku setiap hari.Dia akan bersikap tuli dan tidak ikut campur,karna menjaga perasaan suaminya.Biar bagaimanapun,darah lebih kental dari pada santan.

Adik akan tetap membela kakaknya sekalipun dia tau kelakuan kakaknya itu salah,meski kadang Reno tidak suka hal itu.Jadi,percuma saja jika aku menganggap Reno akan membelaku.

Soal obat anti mual tadi,mau tidak mau harus ku telan demi mengejar kantuk.Sudah dua butir pil itu ku konsumsi selama tujuh jam terakhir.Aku bersyukur karna dengan begitu aku tidak mendengar obrolan-obrolan receh mereka sepanjang jalan kenangan.

Masih tersisa tujuh belas jam lagi waktu yang akan kami tempuh untuk sampai ditujuan.

Sebuah pulau kecil yang memiliki destinasi tempat wisata terbaik disudut kotaku,menjadi pilihan mereka.Aku tak ada komentar apapun soal itu,karna yang ada di kepalaku seminggu penuh disini,adalah hal yang terburuk bagi hidupku.

Harusnya aku ikut menikmati keindahan alam yang diciptakan Tuhan untuk mahluknya.Tapi yang aku lakukan adalah mengambil tempat tidur setelah mereka menyewa satu rumah penginapan untuk pengunjung.

Ku setel music dari ponselku,dan ku sambungkan ke aerphon sekeras mungkin.Aku malas mendengar keseruan mereka yang menikmati cantiknya pantai serta gulungan ombak disana.

"Mba,kok malah molor sih ?"

"Mba ?"

Momi menggoyang bahuku,tanpa melepas aerphon dari telinga ku pause music.

"Hem ?"

"Dengerin music toh ? Yuk,gabung sama mereka.Seru kalau kita foto-foto dulu Mba.Bigroundnya cantik bet dah !"

Momi berseru.Dia antusias sekali dan tahukah dia
ajakannya membuat kepalaku semakin pusing ? Reaksi obat masih menguasaiku sebenarnya,tapi terlalu sombong jika aku menolaknya.

Akhirnya ku setujui.

"Yaudah deluan dulu.Ntar Mba nyusul,mau cuci muka dulu dikit"

"Momi tunggu yah ?"

"Iyah..."

Hhh...

Selesai mencuci muka,aku berdiri diambang pintu.Mataku bertemu dengan matanya,lekas ku buang pandangan lalu mengenakan kaca mata.Dari sini bisa ku lihat Momi sudah melambaikan tangan memanggilku.

"SINI MBA,BURUAN !"

Momi bersama adik ipar kami yang bungsu sudah berpose kanan kiri.Aku berjalan ketempat mereka,tanpa alas kaki.Sesekali dress yang ku pakai terkena percikkan air laut.

Kaca mata yang bertengger di hidung tak serta merta menghalau sunset di hujung senja.Cantik sekali memang,tapi tetap saja menggalaukan bagiku.

Aku malah membayangkan suasana seperti ini bersama Mas Alfi dan anak-anak.Duduk berdua dipinggir pantai,dibawah payung pelangi menikmati Daiquiri Straubery.Minuman yang ditemukan pada tahun 1800-an di Kuba,terbuat dari buah Beri beku.

Aahh,sudahlah...

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang