Bukan liburan namanya kalau tidak ada acara sesi foto.Hari ini jadwal kepulangan kami,dan aku sudah tidak sabar untuk itu.
"Ebi sini ayok.Kita foto-foto dulu biar ada kenangan"
Aku memaksakan senyum,ikut bergabung menyesuaikan diri dengan mereka.Aku mengambil posisi paling pinggir,berdampingan dengan Momi.
"Mba Ebi disamping Abang biar cocok"
"Gak usa disini aja..."
Momi menampilkan raut tidak enak mendengar jawabanku.Aku tau maksudnya,jadi aku maklumi.
"Siapa yang fotoin Mah ?"
"Kamu dulu,nanti gantian sama Mba Momi"
"Iiihh gak mau ! Masa udah cantik-cantik gini malah jadi tukang foto ?"
Dengan gaya angkuhnya si bungsu Salsa mengibas rambutnya.
Aku memutar bola mata malas mendengar Ibu dan anak itu.Perkara mengambil foto seribet ini.
"Sini,biar Mba aja yang fotoin"
Lebih baik aku mengalah,karna aku juga sebenarnya malas mengabadikan moment palsu yang tentu saja tidak akan menjadi kenangan yang manis.
"Pake hp Mba aja yah ? Soalnya hp aku memorinya udah full"
Aku mendengus dalam hati.
Bagaimana tidak full,dari sebelum tiba disini anak manja ini tak ada henti-hentinya berselfi.Instagram dan WhatsApp-nya penuh dengan story yang tidak berbobot.Tak lupa disematkan lokasi liburan sengaja dipamerkan ke teman-temannya.
"Skali lagi Mba ! Kejauhan.Aku gak pede kalau kakiku keliatan"
Kalau aku hitung-hitung,banyaknya foto yang ku ambil lebih dari lima puluh kali.Bahkan aku sudah berusaha membidik gambar sesuai keinginannya.Masih saja dia tidak puas ?
Lagi-lagi aku mengalah.Lima kali bidikkan,jika setelah ini dia masih memerintahku ? Liat saja,akan ku tinggalkan mereka dan memilih masuk ke mobil.
"Mba,gantian.Biar aku yang fotoin.Mba gabung gih"
"Udah gapapa.Biar cepet kelar.Keburu mau magrib ntar"
Tolakku halus.
"Mba Ebi aja yang gabung,biar Reno yang fotoin"
"Gak usah Mas,biar aku aja"
"Jangan Mas Reno ! Dia gak pinter ambil angle foto.Yang ada malah kelia-..."
"Sini,biar saya yang bantu ambil fotonya"
Rangga ?
Leherku tercekat kala ponselku sudah berada di tangannya.Aku ingin meraihnya kembali,tapi Momi malah menarik lenganku untuk gabung.Dan sialnya,aku malah berdiri tepat paling tengah berdampingan dengan Ibu mertuaku.
"...Anjrit.Cowok itu siapa ? ganteng amat sihhhh..."
Aku tidak menanggapi bisikkan Salsa.Lagian,kenapa Rangga musti kesini ? Aku sempat melirik mata kearah Ayahnya Rere,jelas sekali dia terlihat kurang suka.
"...Mba kenal cowok ganteng itu ?..."
Aku diam,bukan karna malas menjawab.Tapi karena tidak tahu musti jawab apa.Jelas-jelas dua hari kemarin aku sempat menyita waktu dengan Rangga.
Jantungku berdebar tidak pada tempatnya.Bukan karna aku kagum pada Rangga,tapi karna merasa cemas Rangga akan bersikap berlebihan padaku.
Beberapa kali Rangga mengarahkan camera ponsel pada kami.Aku berusaha menampilkan senyum tanpa beban,menghalau perasaan-perasaan yang tidak menentu.
"Ck udah ! Kemasi barang kalian skarang ! Sini hp istri saya !"
Ayahnya Rere mengambil ponselku dari tangan Rangga.Sejenak dia melihat hasil foto yang baru saja dibidik Rangga.Jantungku semakin berpacu seiring benda pipih masih di tangannya.Bukan soal hasil foto,tapi riwayat chat dan teleponlah yang membuatku rasanya ingin menghilang saja.
"Mba Ebi ?! Tasnya aku masukin ke bagasi mobil aja yah ?"
Suara Momi seperti samar ku dengar.Padahal dia jelas-jelas berteriak.Aku seperti orang tolol yang bisa merespon tapi tidak bisa menjawab.Lidahku kelu ditunggangi pikiran yang berantakkan.
"Maksud anda ambil foto seperti ini apa ?"
Pandanganku berpindah kepada Rangga yang tersenyum.Pertanyaan barusan membuat perutku menjadi mules.
"Saya tidak terlalu mahir dalam dunia fotografi.Maaf kalau hasilnya kurang memuaskan"
Dengan santainya Rangga menjawab sambil melempar senyum kepada kami.Ah,lebih tepatnya kepadaku.Tapi,malah Salsa yang tersipu.
Aku melempar pandangan kearah mobil,melihat Momi dan Reno yang agak kerepotan memasukan semua perkakas kami ke bagasi.Sementara Salsa,masih berdiri disampingku.
"Fotonya kurang bagus.Tapi saya cukup puas !"
Ku gigit bibir dalamku,saat ponsel itu dikembalikan kepadaku.
Rangga masih disana,entah apa yang dia pikirkan aku tidak perduli.Sebab aku sudah berpindah ke mobil.
"Laki-laki tadi siapa ? Kok Mamah ngerasa aneh sama dia ?"
Aku tidak kenal siapa Rangga itu,tapi mendengar pertanyaan Ibu mertuaku rasanya aku seperti tersindir.
"Iyayah Mah ? aneh deh.Tiba-tiba aja nimbrung sok kenal gitu"
Salsa menyambung,dan aku memilih diam.
"Kemarin Mamah sempet merhatiin dia,suka ngeliatin kita.Jangan-jangan modus doang tadi mau fotoin kita"
"Mba Ebi kenal ?"
Salsa kembali melontarkan pertanyaan yang sama.Aku menggeleng jujur.
"Kamu kenal Ebi ? Rasa-rasanya dia kenal sama kamu deh ?"
Ini bukan pertanyaan,tapi menjurus tuduhan.Dan aku kurang suka dengan asumsi asal Ibu dan anak ini.
"Aku gak kenal"
Jawabku dingin.
Lagian,kalau penasaran kenapa tidak ditanyakan langsung ke orangnya saja ?
"Kalau lo gak kenal,ngapain dia tiba-tiba ikut gabung ?"
Itu suara Ayahnya Rere.
Elaan nafas lelahku berhembus.Kecurigaan yang tidak mendasar ini sungguh tidak adil bagiku.
"Maksudnya ?"
Tanyaku membalas bidikkan matanya.
"Lo liat foto itu Ebi ! Kurang jelas apa kalau lo gak kenal sama tuh orang ?!"
Mataku segera mencari hasil foto yang dimaksud itu.
Rahangku mengeras,cukup kaget juga melihat hanya aku yang terfokus pada gambar itu.
"Yakin,gak kenal ?"
Todongannya membuatku ingin turun dari mobil ini.Rasa kesal bercampur malu menyusup bersamaan didepan Ibu dan adik-adiknya.
