23

94 5 0
                                    

Sepuluh hari berlalu setelah kepulangan Mas Alfi ke rumah,aku sembuh dari drama keterpurukkan.Beliau mengatakan bukan ingin menceraikanku,tapi hanya sekedar menenangkan diri di pesantren yang dulu tempatnya menimba ilmu.

Ironisnya,saat dia disana Ayah angkatnya berpulang kerahmatullah.Menambah panjang waktu yang dia rencanakan.Namun,setelah Ibu angkatnya menceritakan permintaan terakhir beliau sebelum menghembuskan nafas terakhir,dia ingin Mas Alfi segera pulang ke Bandung.

Aku turut berbela sungkawa atas kepergian beliau untuk selama-lamanya.

Mas Alfi terlihat terpukul sekali.Orang yang dia anggap sebagai orang tua sendiri sudah tak bisa lagi menjadi tempatnya berlindung dan berbagi kebahagiaan.

Apa lagi kedatangan Mas Alfi kesana dengan tiba-tiba selama beberapa tahun terkhir,Ayah angkatnya begitu antusias menyambutnya.Istri dari beliau juga sempat menawari hanya Mas Alfi yang pantas meneruskan pesantren.

Bukan menolak,bukan pula soal Mas Alfi yang sudah memiliki anak istri.Akan tetapi tanggung jawabnya semakin sulit untuk menerima tawaran baik itu,karna pekerjaannya yang jauh di Bandung.

Demi mengganti semua hari-hari yang berat ku lalui kemarin,Mas Alfi menepati janji soal the dinner yang sempat tertunda.Lusa aku harus kembali ke kotaku karna ada sesuatu lain hal yang memaksa.

Gaun yang sempat ku beli di butik langgananku tempo hari hampir ku bakar,akhirnya ku pakai juga.

Gaun yang sempat ku beli di butik langgananku tempo hari hampir ku bakar,akhirnya ku pakai juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sesuka itu dengan warna hitam.Mungkin karna kepribadianku memiliki biground yang sama persis dengan perjalanan hidupku,hitam menandakan diriku yang sebenarnya.

Aku bukan wanita yang mengutamakan merek limited edition dengan harga fantastis demi memenuhi life stile dan kemauan.Cukup harga murah tapi memiliki design yang elegant dan klasic.

Sejujurnya aku pecinta fashion,gemar mengikuti model-model pakaian trend sesuai zamannya.Waktu masih gadis aku termasuk salah satu wanita yang cukup diakui teman-temanku dalam memilih outfit jika berpergian,nongkrong atau acara-acara formal.

Aku sering menerima pujian dan pertanyaan-pertanyaan random dimana aku membeli barang-barang yang ku pakai.Kadang hanya aku merekomendasikan tempatku membelinya.

Aku bukan wanita yang memiliki gelar pendidikan tinggi.Menikahpun setelah lulus SMA dan langsung dikarunia anak,yaitu Rere.Masa mudaku kelam,hamil diluar nikah dan itu sangat-sangat membuat keluarga dan kedua orang tuaku malu.

Aku menjadikannya tabu.

Ayahku berbeda dari Ayah-ayah yang lain.Beliau tidak menghakimi atas musibah yang menimpaku saat itu.Beliau menerima takdir yang diberikan Tuhan dengan lapang dada dan memberikanku kekuatan,bahwa hanya orang tualah yang bisa menjadi tempatku menyandarkan kerapuhan jiwa.

Saat itu Ibuku yang paling terpukul,karna anak perempuan yang diharapkannya bisa mengangkat derajat orang tua malah menanggung nasib yang tragis.Banyak harapan Ibu sudah ku patahkan kala itu,karna memang aku selalu menjadi kebanggaanya kepada siapapun sebab aku memiliki prestasi yang cukup diacungi jempol di sekolah.

Aku bukan jenius,tapi cukup banyak mendapatkan peringkat pertama sepanjang bersekolah.Dan yah,anakku yang mewarisi kepandaianku Zahra dan Alwi.Otak Rere standar,tidak terlalu pandai tapi tidak terlalu minim pengetahuan.Hanya saja,Rere anaknya cuek dan tidak suka ribet.

Ia akan melakukan sesuatu sesuai kemampuannya dan tidak mau memaksakan diri.Tapi,kalau soal penampilan,Lia dan Rere nomor satu.

Abis baju gue diambil !

Tatapan dan raut Mas Alfi kurang enak dilihat saat aku keluar dari kamar.Tak lupa aku memakai anting dan juga kalung bermutiara sekecil biji rawit.

Bisa ku tebak,beliau kurang suka dengan penampilanku malam ini.

"Gak ada baju selalin itu ?"

Tuh kan benar ?

Aku memutar bola mata malas.

Dasar laki-laki tua gak tau fashion !

Umpatan itu tertahan di tenggorokkan.Aku tidak ingin mendebatinya,karna tenagaku sudah terkuras separuh saat berdandan tadi.

"Gak ada"

Jawabku asal mendaratkan pantat di sofah.

Matanya memicing,serta kunyahannya yang mengunyah asinan dari dalam toples melambat.

"Setauku lemari full sama baju kamu deh ?"

"Ya teruuuusss ?"

Aku menekuk wajah,sambil bermain ponsel menunggu Lia dan Alwi selesai siap-siap.

"Terus kenapa bilang gak ada ?"

"Ck,ribet amat sih ? gak usa bawel deh jadi suami"

"Kalau dibilangin"

Masih menjadi misteri sampe sekarang,kalau perempuan mau jalan selalu bilangnya tidak ada baju.Padahal lemari sudah tak sanggup menampung perkoleksian outfit.Dan bahkan,separuhnya diungsikan ke box.

"Beli baju yang gak cukup bahan kek gitu,inget umur yank"

"huuff ! Umur boleh tua,penampilan jangan !"

"LIAAAAAA,ABAAAANGGG ?! UDAH BELUM SIH ?!"

Aku bangkit dari duduk menuju mobil.

"Astaga yank ? Mulai deh !"

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang