Aku keluar,sesekali kakiku berlari.Ku lewati koridor kantor dengan denyut nyeri yang sulit aku deskripsikan.Air mataku mengiringi langkah sepanjang koridor yang melewati beberapa kubikel para karyawan disana.
Keadaanku berantakkan.Bagaimana tidak mungkin pandangan para karyawan disana melihatku aneh yang keluar dari ruangan Bos mereka dengan penampilan rumahan.
Dia mengejarku,mencoba mencegahku.
"Bi,Bi wait.Ebi wait"
"Lepasin ! gue gak sudi disentuh sama lo !"
"Iya makanya dengerin gue duluuuu...please listen to me.Just a moment..."
Air mataku masih berderai.Pikiranku tidak disini.Jiwaku berhamburan kesembarang arah menanyakan dimana Mas Alfi berada.
Keluarga mertuaku semua sudah ku coba menghubungi,namun tak ada satupun yang mengetahui dimana beliau berada.
Aku ingin meraung-raung.Hatiku selalu memanggil nama Mas Alfi.Ayah dari anak-anakku itu mungkin sedang mempersiapkan surat cerai.Dan gugatan itu,ku tebak pasti akan dikirim dalam waktu dekat ini.
Sungguh,aku belum siap.
Surat gugatan itu tidak perlu Mas Alfi ajukan ke pengadilan agama seperti orang-orang.Nikah sirih kami hanya ada beberapa saksi dari pihak Mas Alfi termasuk Bang Ali.
Aku,hanya bermodalkan restu dari mamah lewat sms.
Ironis bukan ?
Ini terlalu mendadak,dan...
"Gue mau klarifikasi ke laki lo..."
Haha !
Terlambat Ayy...
Dia sudah pergi,membawa separuh jiwaku.
Kehancuranku,tidak lama lagi.
Mas Alfi sudah tidak ingin menjadikanku satu-satunya,karna memang selama ini dia terlalu naif menikahiku.
Mungkin,dengen kejadian ini Tuhan sudah membuka matanya bahwa wanita menjijikan sepertiku tidak pantas untuk diperjuangkan.
Runguku kembali kemasa lalu,dimana hubunganku dengan Ayy masih terjalin.Kami sempat virtual,tapi dia sempat melamarku.Ketika aku menerima lamarannya,berharap dialah obat dan rumahku nanti jika aku lagi-lagi dicampakkan Ayahnya Rere.
Namun ternyata,semua itu hanyalah ilusi.
"ngapain sih virtual-virtual ? buang-buang waktu aja.Gak penting"
"Will you marry me ?"
"Are you okey hon ?"
"Nanti kalau gue ilang,jangan cari gue Bi..."
Aku menengadah sembari menarik nafas yang menyesakkan dada.
Rupanya,disini aku yang naif.
Harusnya aku realistis.Tidak menuntut apa-apa dari Mas Alfi.Wajar dia meninggalkanku seperti mereka,karna memang pernikahan dibawah tangan tidak bisa saling menuntut.
Miris...
"Klarifikasi ? Haha.sekarang aja gue gak tau dia dimana"
"Bi,jangan putus asa dulu.Lo istrinya,gak mungkin gak ada satupun dari temennya yang lo gak kenal.Kita cari bareng-bareng Bi"
What teh hiil ?
Aku tersenyum miring,merasa lucu dengan ide yang barusan.
"Ide lo bagus.Kita cari bareng-bareng,lalu kemudian ketemu,dia ngeliat kita berdua,lo bisa bayangin asumsi dia gimana parahnya ? itu malah makin nambah masalah di rumah tangga gue Ayy !"
"Bi,lo jangan tersinggung.Maksud gue,apa yang ngebuat suami lo semarah ini hanya soal perkara gue mau main ke rumah lo ? Sumpah gue gak ada niatan aneh-aneh ke lo Ebi.Lo sahabat gue anjing"
Oh,aku lupa.
Selama ini Ayy memang belum mengetahui siapa yang menjadi suamiku itu.Haha !
"Kebetulan lo bingung kenapa suami gue ninggalin gue gara-gara lo.SUAMI GUE ALFI BANGSAT !!!"
Gerak tubuhnya menegang.
Sudah ku duga,Ayy akan syok mendengarnya.
"Wa-what ? Lo...wait,wait,wait.Alfi ? Bang Alfi maksud lo ? are you kidding me ?"
Nafasku terengah,mendengar nama Alfi disebut Ayy rasanya nyeri dan ngilu itu nyata.
Ayy memijit pelipisnya.Bisa ku tebak dari reaksi tubuhnya kalau dia tidak percaya dengan kenyaataan ini.
Aku mengangguk.
"Yah...gue dinikahi Alfi setelah lo campakan gue..."
Kepalanya terangkat,menatapku semakin tidak percaya.
Ku buang pandanganku kearah lain.Itu jauh lebih baik dari pada melihat tatapan sakit dari mantan singkatku ini.
"Gue gak ada niat campain lo waktu itu Ebi"
"Gak usa bernostalgia ! Gue muak mengingat kisah itu !"
Emosiku kembali naik ketika dia membahas itu lagi.Apa yang dia rencakan sebenarnya ? Membalas dendam ? Atau memang dia berpikir masih ada kesempatan untuk menjalin hubungan memilukan itu ?
Kepalaku terasa berat memikirkan semuanya.
Ku tekan tombol control dari kunci mobil,memangkas waktu yang sudah cukup lama berdiri dengan seorang perusak rumah tanggaku.
"Ebi tunggu !"
Aku tak ingin mendengar apapun dari mulutnya.Jawabannya sudah cukup buatku paham.
Ku stater mobil,meninggalkan pelataran parkir itu.
"EBI IZININ GUE BERTANGGUNG JAWAB !"
"EBI WAIT !!"
Maaf untuk semua kenangan yang menyebalkan itu Ayy.Air mataku dulu untukmu sudah habis.Sekarang yang tertinggal hanyalah air mata kesakitan ditinggalkan Alfi.
Tubuhnya sempat terjungkal mengejarku.Bahkan sekalipun kedua kakinya patah,tak bisa membayar rusaknya kebahagiaanku.
Aku berpikir,apakah ini karma yang dikasi Tuhan untukku karena telah berani menentang nilai moral dan norma agama ?
Tapi...
Aku hanya menjalani takdir yang Tuhan berikan,dan aku tak memiliki kuasa menentangnya.
Aku menangis mengemudi,didalam mobil hasil jerih payah Mas Alfi yang dibelinya tepat hari ulang tahunku.
"Aaarrrrgggghhh !!!"