33

77 3 0
                                    

Marwah pernikahanku tidak lagi ku cecapi.Baktiku habis oleh penghiatan bertahun-tahun yang ku alami.Rusaknya mental menjadikanku wanita yang egois.Dampaknya,aku susah mengontrol emosi.

Dadaku bergemuruh kala kakiku melangkah memasuki rumah.Aku sudah tiba di Bandung beberapa menit yang lalu.Dan kata Umar,Mas Alfi belum pulang hampir empat hari.

Aku tidak tahu beliau kemana,setelah ku coba menghubungi orang kantor.Karna merasa tidak puas,ku tunggangi mobil menuju kantornya.Lebih baik aku memastikan sendiri,dari pada aku berprasangka yang iya-iya.

"Pak Alfinya ada ?"

Raut salah satu karyawan yang ku tanyai kelihatan bingung.Ku rasa,dia mengenaliku.

"Pak Alfi ?"

"Iyah.Ada ?"

Sejenak,ada lipatan di keningnya.

"Ibu Alfi yah ? Sebentar,saya cek dulu"

Aku menunggunya yang sedang menelpon.

"Bisa konfirmasi ke Pak Alfi ? Nyonya Febrianti nunggu dibawah nih"

"...."

"Gue udah hubungi langsung ke ruangannya.Beliau gak ada"

"...."

"Ok ok"

Dari obrolan barusan,bisa ku pastikan Mas Alfi tidak ditempat.

Perasaanku semakin tidak enak.Dari sekian lama menjadi istrinya,baru kali ini aku nekat mengikutinya sampai ketempat kerja.Karna baru kali ini juga Mas Alfi sudah beberapa hari tidak pulang.

"Maaf Bu,Pak Alfinya sedang tidak di kantor.Saya sudah mengecek semua kebagian defisi,tapi beliau memang sedang tidak ada"

Tanganku berkeringat.

"Gitu yah ? Eum...selain di kantor,kamu tau biasanya Pak Alfi kemana ?"

Saking penasarannya,aku bahkan menanyakan pertayaan personal.

"Maaf Bu...saya tidak tahu"

Entah dia menjawab jujur,atau sedang menjaga perasaanku.

"Ok makasih..."

Dengan pikiran kacau,ku dial nomor beliau.Tapi,hasilnya tetap nihil.Nomornya diluar jangkauan.

Kembali aku keluar menuju area parkir.Aku sudah duduk dikemudi,tapi belum berniat untuk pergi.Bolak-balik jemariku menari pada layar ponsel,mencari nomor seseorang yang bisa ku anggap membantuku mencari dimana Mas Alfi sebenarnya.

Sempat terbesit dibenakku untuk menelpon Ayy,tapi lekas ku urungkan.Ayy tidak boleh ku libatkan lagi dalam permasalahan rumah tanggaku.Namanya terlalu sensitif dipernikahan kami.

Beberapa saat berpikir keras,dengan terpaksa aku menelpon Alwi.

"Papah pake motor Abang"

Bodoh !

Kenapa aku tidak berpikiran kesana ?

Alwi kan kemana-mana pake mobil.Dan saat ini anak itu sedang mengerjakan tugas di kamarnya bersama Rio.

Tanpa pikir panjang,ku buka maps yang sudah dikonekkan ke motor Alwi.Ada rasa syukur menyelip,karna Mas Alfi dulu memasang alat itu demi mengontrol putranya kemana saja jika sedang keluar.

Mobil ku nyalakan,perlahan kakiku menginjak gas mengikuti arah panah yang ditunjuk maps tersebut.

Dari titik yang terbaca,jaraknya tidak terlalu jauh dengan kantor.Mulai jantungku memompa tidak karuan.Tanganku gemetar meremat setir mobil.

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang