39

62 4 0
                                    

Tok tok tok...

"Bu...? Ini Bibi..."

Sudah dua hari aku mengurung diri di kamar meski pintu itu sudah tak dikunci lagi.Bukan karna aku takut keluar,tapi lebih menahan diri untuk tidak melihat wajahnya yang menyebalkan itu.

Kata Bibi,dia masih di rumah ini.Dan beberapa kali menyuruh Bibi membujukku untuk keluar.Ku persilahkan Bibi masuk,beliau membawakanku makanan.

"Taruh di meja aja Bi.Nanti saya makan..."

Meski tidak lapar,aku tetap menghargai usaha Bibi yang masih memberikanku perhatian seperti Ibu kandungku sendiri.

Bibi meletakkan nampan itu di meja,dan berpamitan melanjutkan pekerjaannya.Tapi sebelum Bibi menutup pintu kembali,dia kembali berbalik.Aku menaikan sebelah alis,beliau seperti melupakan sesuatu.

"Bibi lupa,tadi Nyonya Indah nelpon katanya mau mampir kesini.Nomor kamu gak bisa dihibungi katanya"

Oh iya,sedari kemarin ponsel sengaja ku nonaktifkan untuk menutup akses siapapun yang menghubungiku,termasuk Mas Alfi.Aku tidak ingin dia tau kalau keadaanku saat ini berantakan.

"Makasih Bi..."

"Sama-sama.Yaudah,Bibi kebawah dulu.Kalau butuh sesuatu nanti panggil Bibi aja yah ?"

"Iyah Bi..."

Dan benar saja,ketika ponsel ku aktifkan,pesan beruntun dari Indah masuk,juga beberapa panggilan tak terjawab.Ku dial nomornya,dan langsung dijawabnya.

"Ha-..."

"LO MATI ATAU KEMANA SIH HAH ?!"

Ku jauhkan ponsel dari telinga,suara teriakkannya membuat kepalaku semakin pusing.

"Ebi ?! Jangan pura-pura budeg lo yee !"

Lagi,dia menggonggong.

"Ck,berisik lo ah ! Kenapa ?"

"Kenapa,kenapa ? Ilang berapa hari pas balik lo udah jadi artis ? Susah amat lo dihubungi.Gue bukan fans lo markonah !"

Aku terkekeh,sembari bangkit dari kasur berpindah duduk didepan jendela dengan kaki yang disilang keatas meja.

"Lo lagi boke ? Sinilah gue dandanin.Kebetulan temen gue banyak yang lagi kesepian tuh"

"Bacot anjing ! Gue mau ke rumah lo nih.Lo jangan kemana-mana,ada something yang mau gue kasitau ke lo"

"hem..."

"yaudah gue ot-..."

"Eh bentar !"

"Ck.Apeee lagiiiii ?!"

"Jangan di rumah gue.Ada setan disini"

"Hah ? Maksud lo ?"

"Udah ! Gue serlok ntar !"

Aku bergegas keluar setelah mengganti baju.Sempat berpasasan dengan pria itu di ruang tamu,sedang menikmati kopi yang ku ketahui asapnya masih mengepul.

Baru beberapa langkahku hampir sampai diambang pintu,suaranya terdengar.

"Mau kemana lo ?"

"Bukan urusan lo"

Jawabku membanting pintu dan segera menyalakan motor.Dengan gesit aku menarik gas dan meninggalkan pekarangan rumah.

Sepanjang perjalanan ponselku terus berdering,dan aku tetap mengabaikannya.Entah itu Indah,atau si brengsek itu aku terus menerobos jalanan dengan cepat.

Tiba diparkiran sebuah Caffe yang ku tujui,segera aku turun dan merogoh ponsel mengirim lokasi dimana aku menunggu Indah.Aku masih tidak tahu apa yang akan diperlihatkan Indah padaku,yang pasti aku juga butuh udara segar.

Tak berselang lama,Indah pun juga sudah tiba.Tapi kali ini dia tidak sendiri,dia bersama Sisi.Ku lambaikan tangan dari meja tempatku duduk.

Seperti biasa,kami bertiga cipika-cipika dulu sebelum mereka duduk.

"Cepet amat lo nyampe ? Lo sendiri kan ?"

Aku mengangguk,dan memesan minuman untuk menemai me time kami malam ini.

"So ?"

Langsung saja,aku bertanya kepada Indah yang memainkan ponselnya.

"Lo liat ini"

Dia mengarahkan layar ponselnya kepadaku,memperlihatkan sebuah foto dimana si brengsek itu sedang duduk bersama perempuan yang aku kenal.Mataku membidik pada siluet itu,memastikan kalau memang digambar itu adalah dia.

"Anjing nggak ?"

Aku tersenyum miring,tidak kaget apa lagi sakit hati.Malah aku puas,karna semakin mengantongi bukti perselingkuhannya yang akan ku gunakan untuk melawannya.

"Kirimin ke gue"

Indah menuruti,tapi sebelum itu dia memintaku untuk tidak membongkar dari mana bukti itu ku dapatkan.Tentu saja aku tidak bodoh,justru aku akan merahasiakannya.

"Lo tenang aja,lo aman kok.Thanks yah ?"

"Sama-sama"

Kami bertiga melanjutkan obrolan yang sesekali membuat kami tertawa.

"Gue masih penasaran,lo dapet bukti itu dari mana ?"

Tanyaku karna memang Indah belum menjelaskan bagaimana bisa foto itu ada padanya.

"Dikirim ke group WhatsApp gue.Kayaknya yang didalam group pada gak nyadar deh kalau gue gabung disitu.Mereka ngegibah dan gue gak mau nimbrung.Tapi gue tetep pantau"

"Bukannya Bokapnya Rere masih balik ke rumah lo Bi ?"

Sisi memang kurang tahu perkembangan rumah tanggaku,karna memang dia jarang gabung semenjak menikah beberapa tahun lalu.Hanya sesekali saja dia menyempatkan waktu,itupun tidak bisa lama.

"Balik anjing ! Orang dia emang gak punya malu tuh !"

Seru Indah setelah menyeruput minumannya.

"Iih,parah banget sih jadi laki.Bener-bener gak ada harga diri !"

"Ember ! Keluarganya aja udah tau anaknya keparat kek gitu maaasih aja ngerasa bener.Secara gak lansung,mereka tuh ngedukung perselingkuhan anaknya.Giliran digunjingin orang,malah gak trima.Trus,malah si Ebi yang disalahin ! Gimana lo gak gedeg ?"

"Tapi,tuh pelakor kenapa masih mau sih ? Logikanya,dia udah tau Bokapnya Rere itu masih suami lo,ngapain diladenin kalau emang lo gak suka ? Iya kan ?"

Sisi ikut berpendapat.Dan aku hanya tersenyum menanggapi.

"Ck,gatal sama gatal ketemu yah gitu"

Jawabku santai.

"Asli yah,tiap ketemu sama tuh pelakor gue kadang malu sendiri sumpah.Kek gak ada rasa bersalahnya tau gak ?! Bertingkah paling jago ngerusak rumah tangga orang.Melakor kok dijadiin prestasi ?"

Bibirku melipat spontan,mendengar kekesalan Sisi.

"Menurut gue lo kudu ambil sikap aja Bi.Minimal laporin ke polisi biar pada tau rasa !"

"Stuju ! Abis itu laporin ke pengadilan agama !"

Aku terdiam,andai mereka tau...

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang