Perasaanku tidak karuan selama diperjalanan pulang.Pikiranku masih menancap pada pesan singkat yang dikirim pria licik itu.
Nama Ayy terus berseliweran di kepalaku mencari jawaban tanya dengan berbagai praduga.Mungkin,desas desus soal hubunganku yang sudah berakhir lama berasama Ayy menguap baru sekarang.
Sepertinya,dia sudah mencium soal itu.
Ku coba menguatkan jiwa,karna saat itu aku memiliki alasan yang logis meski,itu tidak juga bisa dibenarkan.
Pukul sembilan malam kurang,aku tiba di rumah.Beruntung,pesawat yang ku tumpangi tidak delay dan pria itu sudah duduk manis di ruang tamu dengan keadaan lampu dimatikan.
Aku tidak kaget,karna sebelum tiba tadi Bibi sudah lebih dulu menginfokan kepadaku.Aku berjalan santai menaiki tangga meski pikiran berkecamuk.Aku terus naik pura-pura tidak menyadarinya.
Ketika kakiku sampai diujung tangga,suaranya tepat dibelakangku.
"Lo udah mulai main kotor dibelakang gue ?"
Aku tidak tau rautnya bagaimana.Selain pencahayaan yang minim,aku berusaha menenangkan kerja otak.
"Kenapa lo gak balas chat gue ? Dari mana aja lo ?"
Setelah ku rasa lumayan tenang,aku berbalik.
"Gue harap lo nggak pernah lupa perjanjian itu"
"Ja-wab pertanyaan gue Ebi !"
Intonasinya menekan.
"Lo sebut nama orang itu dengan jelas,artinya gak perlu gue jawab dia siapa.Apapun sumsi lo soal orang itu,bebas"
Lenganku ditarik kasar ketika ingin berbalik,hingga membuat tubuhku hampir tersungkur.Kedua tangannya berpindah meremat erat bahuku.Tatapan kami saling menusuk.Rahangnya mengerat,dengan jarak sedekat ini jelas sekali nafasnya memburu karna emosi.
"Gue tanya,siapa laki-laki itu ?"
Pertanyaannya menyeramkan,tapi lebih menyeramkan lagi bisikkan suaranya.
"Siapa-laki-laki-yang-lo panggil SAYANG ITU ?!!!"
"Akhh..."
Bahuku dihempas kasar hingga bokongku menubruk dinding.
"JAWAB !!!"
Dia berteriak tepat didepan wajahku.Matanya tajam,seolah akan mengulitiku hidup-hidup.
Entah kenapa,melihat urat-urat wajahnya yang menonjol kali ini rasa ketakutan yang biasa ku alami melebur dibakar kobaran amarahku.Tapi,hanya bisa mengendap didalam sana.
Senyum miringku tipis,membalas bidikkan matanya.
"Udah berapa kali lo tidur sama dia ?"
Aku tidak tersinggung sedikitpun.Ini yang aku inginkan,melihatnya terluka oleh perasaannya sendiri.Selama ini,perlakuan se'enaknya yang dia lakukan padaku setidaknya sedikit terbalaskan.
"Kenapa gak lo tanya langsung ke dia ?"
Jawabku mengepalkan tangan dibawah.
Perkataanku barusan,ku sadari menggoyahkan jiwa dan logikaku sendiri.Jangankan bersetubuh,menciumku saja Ayy tidak pernah.Pria itu memang menyakitiku,tapi dia tidak bajingan.Dan apa lagi,saat itu Ayy juga tidak mengetahui statusku yang sudah bersuami.
Aku yang jahat,menjadikannya pelampiasan disaat aku hancur oleh penghianatan.Wajar,jika Ayy memberikan luka yang sama dan aku sadar betul itu teguran Tuhan untukku.
Dibalik kisahku bersama pria blesteran itu,Tuhan masih menyayangiku.Kalau saja Tuhan tidak memperlihatkanku sifat asli Ayy kala itu,mungkin aku tidak akan menikah dengan Mas Alfi.
Ayy yang dari kalangan orang berada,juga berpendidikkan membuatku kadang minder sebenarnya.Bukan karna aku lebih tua dua tahun darinya,gaya hidupnyalah yang membuatku merasa tidak cocok.
Namun dibalik semua itu,Ayy tetaplah masih pria yang baik dimataku.Bukan dia yang merusak hatiku,tapi perasaanku sendirilah yang menyakitiku.
"DASAR WANITA MU-RA-HAN !!"
"WANITA SIAL !!!"
Plakkk !
Dengan spontan,aku melayangkan tamparan di wajahnya.Dadaku naik turun,ditunggangi emosi yang sudah melampaui batas.
Demi Tuhan,tidak sejengkalpun Ayy menjamah tubuhku.Jikalau tadinya dia memakiku karna ketahuan berzinah dengan Mas Alfi,aku tidak akan semarah ini.Karna memang benar,aku menikah sirih tanpa akta cerai.
"Jaga bicara lo !"
Dia mengelus pipinya,menampilkan bekas tamparan yang memerah.Hampir tiga puluh tahun menikah dengannya,ini pertama kali aku menamparnya.
"Gue trima lo maki gue wanita murahan,karna insiden gue hamil deluan yang bikin kita sampe nikah.Tapi...udah cukup lo sebut gue wanita sial"
Julukkan murahan yang selalu dia layangkan untukku sudah tak lagi ku pusingkan.Itu jauh lebih baik dari pada disebut wanita sial.Hatiku terlalu remuk mendengar kalimat merendahkan itu.
Ingatanku kembali berputar kala dimana aku menerima kenyataan putri pertama kami meninggal ketika masih didalam kandungan berusia enam bulan.
Aku mengalami musibah itu karna terlalu stress setiap hari melihat perlakuannya yang tidak pernah menghargai dan menjaga perasaanku.Cintaku yang begitu besar kala itu,membuatku terlalu buta untuk membuka mata bahwa dia adalah seorang pria yang tak hanya brengsek,tapi juga ba-ji-ngan !
Tak ada seharipun aku tak menangisi putri pertamaku meninggal sebelum ku susui.Bahkan hanya untuk membelai kulit tipisnya yang membiru aku tak sempat.Kalian bisa bayangkan bagaimana meleburnya hatiku yang hancur kala itu ?
Awal dimana hari cerita penderitaanku dimulai,dan awal aku merasakan getirnya kehidupan diremehkan.Setiap bertemu keluarganya aku mendapat cemoohan yang sungguh menyakitkan hati,kadang mendengar sindiran terang-terangan bahwa aku adalah wanita yang tidak becus menjaga kandungan.
Aku selalu diam,berusaha menguatkan hati dan jiwa sendirian.Sifatnyapun kadang menguatkanku,kadang juga malah menyuruhku tak usah diambil pusing.Tapi biar bagaimanapun,saat itu aku masih berduka,dan aku bukan seorang istri yang tabah seperti istri-istri Nabi.
"Akhh !"
Rahangku,diremasnya.
"Lo mau balas dendam dengan cara yang sama hem ? Jangan mimpi !"
Wajahku dihempas,mengakibatkan rambutku berantakkan.
"Lo mau jadi wanita rendahan ?
Telunjukku mengudara,tepat didepan wajahnya.
"Denger ya,gue bukan lagi wanita lemah seperti dulu.Dan hukum tabur tuai itu ada...lo bakalan menuai apa yang lo perbuat ke gue selama ini"
Setelah mengatakan itu,ku tubruk bahunya kasar dan berjalan menuju kamarku.Tapi,masih setengah pintu kamar ku buka,aku kembali berkata...
"Lo pernah denger kalimat ? sengaja dia memelukmu dengan erat,agar pisaunya menancap lebih dalam"
BRAKKKK !!!
Pintupun ku banting.