Sekitar pukul empat sore,aku menuju sebuah butik langgananku yang tak jauh dari Caffe tempat Alwi bekerja.Aku sendiri yang menyetir mobil,Mas Alfi tidak bisa menemani karna mendadak dapat telepon dari temannya ada yang salah dengan jaringan internet di kantornya.
Sebelum sampai,ku sempatkan singgah di apotik dulu membeli obat yang belakangan ini sering ku konsumsi,tanpa sepengetahuan orang di rumah.Tanpa pil itu,aku sering merasa cemas.
Lebih tepatnya,aku mulai bergantung dengan pil itu.
"Mba,mau resep yang ini..."
"Ok,tunggu sebentar ya Bu.saya cek dulu"
"Ok"
Sembari menunggu,ku buka sosial mediaku.Melihat postingan butik langgananku.
Tadi siang,kami sekeluarga berencana akan dinner malam ini.Resto sudah lebih dulu di booking Alwi.
Asik berselancar di media sosial,tiba-tiba...
"Ebi ?"
Dengan gesit,ku angkat kepalaku.Memindai pandangan pada seseorang yang berdiri di depanku.Seketika,aku terpaku melihat siapa yang sedang menampilkan senyum yang menyebalkan itu.
Damn !
Ayy ?
"Hay ?! Ngapain disini ?"
Tanyanya langsung.
Aku mengeraskan rahang,kenapa dari sekian banyaknya apotik di kota Bandung ini,kami malah bertemu disini ?
"Oh,hay...lo ngapain juga disini ?"
Tanyaku balik sembari menengok kanan kiri,memastikan tidak ada yang mengenal kami berdua.
"Ini apotik langganan gue.lo beli obat juga ? for who ?"
"Oh itu...buat tetangga gue...iya,tetangga gue hehe"
Mampus ! Semoga dia percaya...
"Tetangga ? lo lagi gak boong kan ?"
"Ck,ngapain boong ? Orang dia tetangga samping rumah gue.Dia nitip obat buat anaknya lagi sakit"
Kepalanya mengangguk ragu,sambil meneliti pergerakkanku.
"Ibu Bebi ?"
"Sorry ya ? Udah gilirian gue"
Lekas aku menuju kasir,membayar dan melesat keluar.
"Ebi wait"
Aku memejam,menahan kedongkolan yang mulai menguap.
Kakiku terhenti,tepat setelah pintu kaca itu ku dorong.
"hem ?"
Aku mencoba menahan diri untuk tidan memaki dan melarikan diri.
"Why ?"
Tanyaku sinis.
"Eum...kebetulan gue lagi ngecek perkembangan Caffe,bisa ngobrol bentar ? Ada something yang mau gue bahas soal Alwi..."
Demi apa gue harap Alwi tidak memberitahu alamat rumah.
"Boleh tapi jangan skarang Ayy.Gue lagi buru-buru soalnya..."
Dia terdiam.Aku tidak perduli apa yang sedang dia cerna dari jawabanku tadi.Bertemu dengannya sebanyak dua kali dalam dua minggu ini aku merasa sudah menghianati suamiku.
"Eum gitu yaa ? Oh,atau gini aja deh.Gue minta nomor WhasApp lo boleh ? Biar nanti kalau gue masih di Bandung gue bisa hubungin lo when can i have time"
"Gue gak ganti nomor"
Jawabanku membuatnya kena telak.Bukankah selama ini dia yang memblokir nomorku ? Atau barangkali sudah menghapusnya ? Dan soal itu,aku-tidak-per-du-li !
Setelah memberikan jawaban yang mematahkan kepedeannya,aku menuju mobil dan segera meninggalkan tempat itu.
"Fuck ! fuck fuck fuck !"
Makiku memukul setir mobil.
"Ngap-pain sih tuh orang disini ?! An-jing !!!"
Rungku berkelana ke'kejadian dimana Alwi meminta izin kepadaku mengelola Caffe si brengsek itu.Anak itu sempat bilang Ayy akan berkunjung ke rumah.Tapi dia mengatakan akan mengabariku dulu jika di'izinkan.
Semoga bukan ini yang dimaksud Tuan Ayangsa Gamal itu !
Aku tiba di rumah hampir magrib,dan dinner di batalkan Mas Alfi karna dia tidak bisa meninggalkan kantor sampai besok pagi.Keadaannya sangat mendadak.
Aku tidak masalah,karna memang juga Alwi mendadak ada prakter oprasi.Aku tidak boleh egois,masih ada malam-malam lain yang bisa kami isi dengan planing yang lebih dari the dinner tertunda ini.
Karir Alwi jauh lebih penting.
Permintaan maaf dari kedua lelakiku itu terus mengisi room chat sedangkan aku sudah menjelaskan tidak masalah karna memang moodku juga mendadak hancur sejak kejadian tadi siang.
Aku,memilih tidur di kamar Lia.
