PIPPP PIPPP !!
"YANK PELANIN MOBILNYAAAA !!"
"YANK STOP !!!"
Dia terus berteriak mengejarku.
Sesekali ku lirik dari spion,motornya menyelip pada kendaraan yang lalu lalang.Semakin dia hampir mendekati mobil yang ku tunggangi,semakin ku injak gas lebih dalam lagi.
PIIIIIPPPPPP !!!
Kalkson panjang dari sebuah mobil yang hampir bertemu dengan mobilku,mendadak ku injak rem,lalu ku banting penuh setir mengabaikan umpatan serapah sang pengemudi.
"EBI STOP !!"
Aku mengabaikan permohonan Mas Alfi yang terus mengejarku.Bahkan rambu lalu lintas ku terobos.
Aku tidak perduli,mati sekalipun aku sudah tidak takut.
Terus ku fokuskan melesatkan mobil ditengah rintikkan hujan kota Bandung.Jalan tol yang ramai pada jam seperti ini sedikit menyulitkanku untuk melakukan aksi melarikan diri.
Motor Mas Alfi hampir menyamakan posisi denganku,tapi lagi-lagi aku berhasil menghindar.
Bayang-bayang kejadian tadi terus memutar seperti rekaman rusak dimemoriku,semakin membuatku brutal menguasai jalanan.
Aku tidak tahu apa yang sudah mereka lakukan sebelum ku pergoki,yang pasti sakitnya terlalu nyata.
Mas Alfi sudah menghianatiku.Aku tidak tahu lagi laki-laki seperti apa yang patut ku percayai.Mas Alfi salah satu orang yang dari kesekian kalinya menghancurkan hatiku.
"BANG-SAAAATTTT !!"
Aku berteriak memukul setir,melampiaskan kemarahanku dengan air mata.
"BA-JINGAN !!!"
Rasanya aku ingin menabrakkan diriku ke pembatas trotoar.Menyesali diriku yang begitu bodoh menaruh harapan dan kepercayaan pada pria yang tak mau menyerah mengejarku.
"WOY ! JALANAN BUKAN CUMA PUNYA LO DOANG ANJING !!"
Aku mengacuhkan kekesalan orang itu,dan melanjutkan aksi meninggalkan area trotoar.
Dengan ugal,ku belok mobil memasuki pelataran rumah.Umar dan Bang Ali yang duduk di pos jaga terkejut melihatku.Di susul Mas Alfi yang berhenti tepat dibelakang mobil.
Aku turun setelah menyambar ponsel di kursi samping kemudi,dan berlari memasuki rumah.
"YANK ?!"
"Alfi ?!"
"Gue peringatin jangan ada yang masuk !!"
Ku dengan Bang Ali memanggil suamiku,lalu ku banting pintu sekeras-kerasnya.
BRAAKKK !!
Mas Alfi kembali menyusulku,ikut masuk berjalan cepat menarik tanganku.Tentu saja ku hempas kasar tangannya.Aku muak !
"Yank de-..."
"Tega kamu Mas..."
"Yank,aku bisa je-..."
"Jangan pegang aku ! Jangan sentuh aku !!"
"Itu gak seperti yang kamu bayangin yank"
"STOOOPPPPPPP !!!"
Jeritku menatapnya nyalang.
"Dengerin aku dulu yank...aku tau kamu marah,tapi bisa nggak dengerin penjelasanku dulu ?"
Ku seka air mata kasar,berbalik berniat meninggalkannya.Tapi lagi-lagi tanganku ditariknya.
"LEPASIN !!"
Aku berteriak mengacak rambut yang ku cepol asal tadi,tanda aku benar-benar sudah kacau.
Derap langkah yang mendekati kami ku yakin itu dari Alwi dan Lia.Persetan anak-anak menyaksikan langsung pertengkaran kami.Pikiranku sudah terlalu buntu.Raut penyesalan Mas Alfi semakin membuatku murka.
"Yank ? yank ? de-..."
"UDAH CUKUP ! CUKUP !!"
Aku memberontak kala dia hampir berhasil memelukku.Aku menatapnya degan penuh air mata.
"Kamu udah janji sama aku ! Tapi...malam ini,kamu sendiri yang udah hancurin semua janji itu !!"
"Iya,dengerin aku dulu.Aku bakal jelasin dari awal dia siapa dan kena-..."
Kalimatnya lekas ku potong dengan jari yang menunjuk wajahnya.
"AKU GAK MAU DENGERIN APAPUN DARI KAMU MAS ! Semakin kamu ngejelasin,semakin kamu hancurin hati aku !!"
"DENGERIN DULU PENJELASAN AKU EBI !"
Dia berteriak karna sudah tak tahu lagi bagaimana meredakan emosiku yang meledak-meledak.Tapi sekeras itu juga aku memberontak.
"GAK ADA YANG BISA DIPERCAYAAAAA !!!"
Aku menghindar darinya yang mendekatiku,hingga ketika bokongku menubruk buffet mini disekat sofah,satu vas bunga jatuh kelantai.Menimbulkan bunyi pecah yang nyaring.
Kakiku yang telanjang tanpa alas tak ku hiraukan tertancap belingnya,hatiku jauh lebih sakit dari itu.
"Ebi...please listen to me..."
"YOU ALL CONNOT BE TRUSTED !!"
Aku terus berteriak hingga dengan spontan melemparnya menggunakan foto kami berdua yang dipajang pada buffet itu.
PRAAANKKKK !!
Mas Alfi berhasil menghidar,dan menatap nanar bangkai foto yang sudah tidak berbentuk itu.
Aku terperosok ke lantai dengan suara jeritan yang memenuhi ruang tamu.
"Yank..."
"Ya Tuhaaaann...Astagrifirullah,astagfirullah..."
"Ebi dengerin dulu penjelasanku ??"
"Apa salahku,apa salahku ?!"
Aku meraung-raung sambil memukul kepala.Ini terlalu kejam untukku.
"Aku sama dia gak sengaja ketemu.Dia tersesat di Bandung dan aku hanya berniat menolongnya.Dia yatim piatu sama kaya aku"
Aku menoleh menatapnya tajam.
"Bagus ! Kamu lebih cocok sama dia bu-kan sama aku !"
"Ebi,dia sekota sama kamu.Mumpung gitu aku pengen kenalin dia ke kamu,kali aja kalian saling kenal Ebiiii"
Aku bangkit berdiri kembali menunjuknya.
"KAMU TAU AKU GAK SUKA ADA YANG KENAL AKU DISINI MAS !! KAMU MAU NGANCURIN RUMAH TANGGA KITA ALIH-ALIH WANITA ITU SATU KOTA SAMA AKU ?! GITU ?!!!"
"Bukan gitu maksud aku yank"
"APAPUN ITU AKU GAK BISA TOLERIR !!"
BRAAAKKK !!!
Bantingan pintu kamar Alwi menggema.Anak itu sudah menyaksikan sendiri pertengkaran kami.Aku tidak tau bagaimana dia mencerna masalah ini,sebab Lia yang menangis menyusul Abangnya masuk ke kamar.
Imbas dari kejadian ini,anak-anak ikut terluka dan juga malu.
Aku menatap kosong pada kakiku yang sudah berdarah.Tapi anehnya,aku tidak merasakan apa-apa.Mas Alfi yang duduk di lantai dengan lutut yang ditekuk.Sebelah sikunya menopang,dan tangannya sebelah meremat kasar rambutnya.
Kami sama-sama kacau,hingga aku memutuskan berjalan melewatinya menuju kamar.