Honeymon ?
Yah,kami akhirnya memutuskan mengikuti saran Bang Ali.
Setelah ku pikir-pikir,tidak ada salahnya jika ku lakukan cara ini.Apa lagi,aku juga masih berstatus istri Mas Alfi.Dan...masih mencintanya.
Aku yang tau isi hatiku,berpisah dengan Mas Alfi adalah kemunafikkanku yang sejati.
Villa milik keluarga Mas Alfi yang berada di Bogor adalah tujuan kami.Kebetulan,beberapa bulan lalu Villa itu sudah direnofasi untuk meningkatkan kenyamanan jika ada yang menyewa,kata Mas Alfi.
Benar,fasilitasnya semakin lengkap.Tidak seperti terakhir kali kami menyambangi Villa ini beberapa tahun yang lalu.Sudah lumayan lama,sekitar Lia masih berumur lima tahun.
Interiornya di design dengan aspek yang moderen,memiliki rancangan estetic dari warna catnya yang kegelap-gelapan.
Kamarnya dilengkapi kedap suara,meski hanya menggunakan kaca tebal sebagai pengganti tembok.Dari kamar,jika gordennya dibuka,mata langsung disuguhi pemandangan yang luar biasa cantik.Gunung,persawahan juga jalur sungai yang bening membuat hati tenang dan damai.
Ah,aku merasa seperti kembali menjadi pengantin baru yang akan berbulan madu.
Aku duduk di balkon menggunakan sofa terbuat dari bahan rotan berwarna putih,menimati pemandangan yang menyejukkan jiwa ditemani segelas teh jahe hangat buatan suamiku.
Mas Alfi masih di kamar,bekerja sambil liburan lewat laptop andalannya.Sesekali aku tersenyum melihat wajahnya yang begitu serius menatap layar benda canggih itu.Bibirnya yang sesekali melipat,juga kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya menambah pesona kedewasaannya.
Kembali ku tebar pandangan kearah pepohonan pinus yang berjejer dibagian sebelah kanan pekarangan Villa,juga kembang-kembang bunga asoka yang selalu mekar tanpa mengenal musim itu.
Senyaman ini rasanya,tinggal jauh dari bising perkotaan.Tak ada suara kendaraan atau bunyi klakson,yang ada hanya gemericik air sungai dan kicauan burung-burung yang mencari makan atau membuat sarang.
Lagi,aku tersipu.
Mataku berpindah pada gelas teh di tangan yang asapnya masih menyisahkan kepulan kecil itu,ku seruput sedikit demi sedikit.Kata Mas Alfi,teh jahe hangat ampuh untuk menghangatkan tubuh.
Aku memangku kaki,memainkan jemariku yang berkutek merah cerah.Tubuhku yang hanya dibalut kemeja putih gading over size milik suamiku,mengekspos sebagian pahaku.Bibirku melengkung,merasa lucu melihat penampilanku sendiri.
Aku bangkit,meletakkan kembali gelas teh ke meja bundar dan berdiri mendekati pagar balkon tanpa alas kaki.Ku pejamkan mata meresapi setiap sentuhan udara segar tanpa polusi itu,di pipiku.
Sejuk...
"Lagi apa hem...?"
Aku dikagetkan bisikkan pelan Mas Alfi di telingaku.Lengannya melingkar dari belakang memeluk perutku.
Aku tersenyum kecil.
"udah kerjanya...?"
Tanyaku balik.
"Belum..."
Jawabnya pelan.
Aku menoleh sebentar,